Â
Pertama, Tuhan menegaskan bahwa perempuan dan laki-laki berasal dari satu jenis saja yaitu manusia, bahkan lebih dalam lagi perempuan adalah dirimu jua, hingga tidak pantas kiranya untuk dihinakan serta direndahkan.
Kedua, Allah Swt jadikan laki-laki dan perempuan tidak lain untuklah saling melengkapi kehidupan. Bagaimana kiranya jika dunia ini hanya berisi laki-laki saja ? sudah barang tentu akan kacaulah kehidupan ini, demikian pula sebaliknya.
Ketiga, perempuan dan laki-laki hanya berbeda jenis kelamin saja, bukan berarti berbeda hak dan kewajibannya. Keduanya sama-sama memikul beban kewajiban, serta keduanyapun memiliki hak yang sama pula dalam hidup.
Keempat, tegas sekali bahwa keduanya saling melengkapi saling melindungi bahkan saling tolong menolong. Laki-laki tiada hak mengatakan dirinyalah pelindung bagi seorang perempuan, sedangkan perempuan tidak. Mungkin dirinya lupa bahwa nabi kita tercinta Muhammad Saw, dalam berdakwah dilindungi oleh perempuan hebat yaitu Sayyidati Khadijah.Â
Kelima, (ba'dhuhum auliyaauba'dhin) yang satu menjadi pelindung yang lainnya, bahkan bisalah kita artikan lebih dalam daripada itu. Bahwa perempuan dapat menjadi pemimpin bagi seorang lelaki. Namun makna demikian seringkali diruntuhkan dengan dalil (Ar-Rijalu Qowwamuna 'Ala Nisaa') jika dilihat ayat ini bukanlah ayat perintah melainkan khabar atau pemberitahuan kebiasaan. Memanglah secara kebiasaan bahwa laki-laki menjadi pemimpin perempuan, namun bukan suatu kewajiban yang mesti dilakukan dan jika tidak berdosalah dia. Cobalah dengan insyaf kita lihat kembali perjalanan risalah Muhammad Saw. Seorang nabi pun dipimpin oleh seorang perempuan, marilah kita bayangkan bagaimana kiranya jika Muhammad Saw saat menerima wahyu pertama tiada dibimbing dan dipimpin oleh wanita mulia ? mungkin saja beliau menjadi orang yang gila saat itu. Lihatlah kembali bagaimana rasulullah dipimpin oleh istrinya Ummu Salamah setelah perjanjian Hudaibiyyah. Ummu Salamah mengatakan kepada rasulullah.
"Janganlah engkau marah, ya Rasulullah! Engkau mulai sajalah sendiri. Segera sekarang juga engkau keluar, engkau gunting rambutmu, engkau sembelih binatang dendaanmu kemudian tanggalkan pakaian ihrammu, dengan tidak usah berbicara lagi!".[2]
Â
Demikianlah risalah Islam yang sejati berkenaan kemuliaan perempuan. Islam dalam hakikatnya mengajarkan persamaan, Islam tidak membedakan, bahkan Islam menegaskan perempuan itu dari dirimu, jika engkau merasa mulia lantas perempuan mulia jua. Begitu indah risalah Islam namun kerapkali dirusak oleh golongan yang mengatasnamakan dirinya 'Alim namun sejatinya jahil dalam memahami agama. Besar harapan penulis, kita dapat kembali memahami Islam yang sejati, Islam yang memuliakan perempuan, serta Islam yang tiada membedakan hak maupun kewajiban bagi seorang perempuan.
Oleh : Muhammad Afiffudin Anshori
----------