Bakso telah lama menjadi makanan favorit di Indonesia. Dari warung kaki lima hingga restoran, bakso selalu menjadi pilihan utama yang digemari oleh hampir semua kalangan. Kelezatan dan teksturnya yang kenyal membuat bakso sangat populer. Namun, dibalik kenikmatan tersebut ada potensi risiko kesehatan yang sering kali terabaikan oleh konsumen yaitu penggunaan bahan pengawet berbahaya seperti formalin. Formalin, yang seharusnya digunakan untuk keperluan non-pangan seperti bahan pengawet mayat, sering ditemukan dalam makanan untuk memperpanjang umur simpan dan menjaga tekstur makanan agar tetap kenyal.
Penggunaan formalin dalam makanan, khususnya pada bakso, telah menjadi sorotan karena dampak buruknya bagi kesehatan. Formalin mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia. Ketika dikonsumsi dalam jumlah besar atau dalam jangka waktu yang lama, formalin dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan, kerusakan organ dalam tubuh, serta meningkatkan risiko kanker. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk dapat mendeteksi dan menghindari konsumsi makanan yang mengandung formalin.
Meskipun terdapat berbagai metode untuk mendeteksi formalin dalam makanan, kebanyakan dari metode tersebut memerlukan alat laboratorium yang mahal dan sulit diakses oleh masyarakat umum. Hal ini menjadi tantangan besar, terutama bagi konsumen yang tidak memiliki akses ke fasilitas tersebut. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam deteksi formalin yang lebih praktis, murah, dan mudah diakses oleh masyarakat luas. Salah satu solusi yang menjanjikan adalah penggunaan ekstrak kulit buah naga.
Buah naga, terutama jenis yang berwarna merah, memiliki banyak manfaat, termasuk untuk kesehatan. Namun, ternyata kulit buah naga juga menyimpan potensi yang luar biasa dalam mendeteksi bahan berbahaya, seperti formalin. Kulit buah naga mengandung antosianin, pigmen alami yang memberikan warna merah keunguan pada buah tersebut. Antosianin ini memiliki sifat yang sensitif terhadap perubahan pH. Ketika terpapar formalin, antosianin akan bereaksi dan menyebabkan perubahan warna yang bisa diamati dengan jelas.
Metode deteksi formalin menggunakan ekstrak kulit buah naga ini sangat sederhana, murah, dan mudah dilakukan. Dengan hanya menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat, siapa saja bisa melakukan uji deteksi formalin pada makanan, seperti bakso. Berikut adalah cara untuk membuat dan menggunakan alat deteksi formalin menggunakan ekstrak kulit buah naga:
Persiapan Kulit Buah Naga:
- Pilih kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) yang masih segar. Pastikan untuk mencucinya dengan bersih agar terhindar dari kotoran yang menempel.
- Potong kulit buah naga menjadi bagian kecil-kecil untuk memudahkan proses pengolahan.
- Rendam potongan kulit buah naga ke dalam larutan etanol yang dicampur dengan sedikit asam sitrat. Biarkan selama 24 jam pada suhu ruangan untuk mendapatkan ekstrak kulit buah naga yang optimal.
- Setelah 24 jam, saring larutan untuk memisahkan ampasnya dan ambil cairan ekstrak yang berwarna merah keunguan. Cairan ini adalah yang akan digunakan untuk deteksi formalin.
Aplikasi pada Tusuk Gigi:
- Siapkan tusuk gigi yang akan digunakan untuk uji deteksi formalin.
- Rendam tusuk gigi dalam ekstrak kulit buah naga selama 10--15 menit, hingga cairan meresap sempurna ke dalam tusuk gigi.
- Angkat tusuk gigi dan biarkan kering pada suhu ruangan.
Pengujian pada Bakso:
- Gunakan tusuk gigi yang telah dilapisi dengan ekstrak kulit buah naga untuk menusuk bakso yang akan diuji.
- Amati perubahan warna pada ujung tusuk gigi setelah menusuk bakso:
- Jika warna tusuk gigi berubah menjadi ungu kebiruan, maka bakso tersebut mengandung formalin.
- Jika warna tetap merah keunguan, maka bakso tersebut tidak mengandung formalin.
Metode ini memiliki keunggulan yang luar biasa. Selain sederhana dan praktis, alat yang digunakan juga sangat murah dan mudah didapat. Kulit buah naga yang biasanya dibuang sebagai limbah ternyata bisa dimanfaatkan untuk tujuan yang bermanfaat, sehingga tidak hanya membantu mendeteksi formalin dalam makanan, tetapi juga memberikan nilai ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.
Dan juga metode ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keamanan pangan. Dengan informasi yang lebih mudah diakses dan cara yang lebih praktis untuk memeriksa kandungan formalin pada makanan, diharapkan masyarakat dapat lebih berhati-hati dalam memilih makanan yang aman untuk dikonsumsi, khususnya makanan yang sering dijual di pasaran seperti bakso.
Selain itu, metode ini juga memiliki potensi untuk mengurangi limbah organik. Kulit buah naga, yang selama ini sering dibuang begitu saja, bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi bahan berbahaya pada makanan, sehingga memberikan nilai tambah bagi lingkungan dan ekonomi.
Kesederhanaan dan efisiensi metode ini menjadikannya sebagai solusi yang sangat praktis dan efektif untuk memastikan keamanan pangan di masyarakat Indonesia. Dengan penggunaan bahan yang mudah didapat dan murah, siapa saja dapat melakukan deteksi formalin pada makanan di rumah tanpa perlu mengeluarkan biaya besar. Ini adalah langkah kecil yang dapat memiliki dampak besar dalam mencegah bahaya paparan formalin yang dapat merugikan kesehatan masyarakat.
Inovasi ini tidak hanya memberikan manfaat dalam hal kesehatan, tetapi juga memberikan kontribusi dalam mendukung keberlanjutan dan pengelolaan limbah organik. Penggunaan kulit buah naga yang sering dianggap sebagai sampah menjadi contoh nyata bagaimana bahan yang sebelumnya terbuang dapat diubah menjadi solusi yang bermanfaat. Ini adalah bukti bahwa solusi untuk masalah kesehatan tidak selalu harus mahal dan rumit, tetapi dapat ditemukan dalam bahan-bahan alami yang mudah diakses dan ramah lingkungan.
Dengan penerapan metode deteksi formalin menggunakan ekstrak kulit buah naga, diharapkan masyarakat Indonesia dapat lebih peduli terhadap kualitas dan keamanan makanan yang mereka konsumsi. Langkah sederhana ini bisa menjadi solusi nyata yang membantu mengurangi risiko paparan bahan berbahaya dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H