Mohon tunggu...
Afifah Zahrotul Hasanah
Afifah Zahrotul Hasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Surabaya,Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Descartez Teori

8 Januari 2024   13:38 Diperbarui: 8 Januari 2024   13:44 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ren Descartes (lahir 31 Maret 1596, Den Haag, Touraine, Perancis -- meninggal 11 Februari 1650, Stockholm, Swedia) adalah seorang matematikawan, ilmuwan, dan filsuf Perancis. Karena dia adalah salah satu orang pertama yang meninggalkan Aristotelianisme akademis, karena dia merumuskan dualisme pikiran-tubuh versi modern pertama, yang merupakan asal mula masalah pikiran-tubuh, dan karena dia mendorong pengembangan ilmu baru berdasarkan observasi dan percobaan. , ia sering dianggap sebagai pendiri filsafat modern. Dengan menerapkan sistem keraguan metodis yang asli, ia meninggalkan pengetahuan palsu yang diperoleh dari otoritas, indera, dan akal, dan membangun landasan kognitif baru berdasarkan intuisi bahwa ketika ia berpikir, ia ada; Hal ini diungkapkannya dalam ungkapan "Saya berpikir, maka saya ada" (lebih dikenal dalam rumusan latin, "Cogito, ergo sum", meskipun aslinya ditulis dalam bahasa Perancis, "Saya pikir, saya"). Ia mengembangkan dualisme metafisik untuk menarik perbedaan mendasar antara pikiran, yang pada dasarnya adalah pemikiran, dan materi, yang pada dasarnya merupakan perluasan  tiga dimensi. Metafisika Descartes bersifat rasionalis, berdasarkan pada pengenalan gagasan bawaan tentang pikiran, materi, dan Tuhan, tetapi fisika dan fisiologinya, berdasarkan pengalaman indra, lebih merupakan mesin dan eksperimen.Rasionalisme merupakan paham filosofis bahwa akal merupakan alat terpenting untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan bahwa sumber ilmu pengetahuan yang tertinggi  berasal dari akal atau akal. Dapat dipahami bahwa kebenaran harus melalui proses pembuktian yang logis, serta analisis  berdasarkan fakta, dengan mengabaikan pembenaran oleh iman, dogma atau ajaran agama.

Sedangkan itu, menurut Ren Descartes, asal usul sains dan pengetahuan harus didasarkan pada rasio. Sebab menurutnya kebenaran tertinggi terletak pada akal dan budi manusia. Ketika akal menjadi kebenaran tertinggi, berarti eksistensi manusia terletak pada upaya memaksimalkan akalnya.

Kemudian, untuk melengkapi peran akal dalam memperoleh kebenaran, Ren Descartes meyakini bahwa manusia mempunyai tiga pemikiran bawaan. : termasuk:
 
1. Berpikir ide, gagasan yang membantu manusia menjadi makhluk berpikir;

2. Gagasan bahwa Tuhan adalah wujud yang  sempurna, karena manusia mempunyai gagasan yang sempurna maka ada  yang lebih sempurna yaitu Tuhan;

3. Gagasan tentang besaran memungkinkan kita memahami materi benda. Karena materi ini dapat dipelajari secara kuantitatif

Metode keraguan Ren Descartes

Tahap pertama dalam penemuan kebenaran Descartes adalah melalui keraguan yang muncul dalam dirinya. Bermula dari keinginan untuk mencari metode yang efektif, pencarian kepastian dan pengetahuan yang hakiki. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Descartes membangun landasan dasar dalam mencari  kebenaran melalui "Metode Keraguan".

Landasan ideologi Descartes, dalam tahapan pencarian mencari kebenaran:
 > 1. Terimalah apa pun sebagai sesuatu yang benar kecuali hal itu  diyakini benar.

2. Pilihlah masalah sampai bagian terkecilnya agar lebih mudah penyelesaiannya

3. Berpikirlah secara sistematis, dimulai dari hal  yang sederhana

4. Dikaji secara detail dan menyeluruh, sehingga tidak ada yang terlupakan

Teori kebenaran pengetahuan

Teori kebenaran seperti yang diterapkan Descartes, menggambarkan pentingnya menegaskan dan membenarkan suatu fakta. Kita mengatakan sesuatu itu benar jika itu benar. Sebaliknya, sesuatu dikatakan salah apabila tidak dapat dibuktikan dengan fakta atau berdasarkan rumusan baku yang ada.

Oleh karena itu, untuk mengungkap kebenaran perlu diketahui kandungan kebenaran yang sebenarnya dapat diterima. dan telah  terjadi sebelumnya. .

Subjektivitas dalam rasionalisme

Subjektivitas berpikir seseorang pasti dipengaruhi oleh pengalaman yang dimilikinya. Suatu hal akan dinilai sama  dengan hal lain jika mereka terlibat dan menyaksikan langsung suatu peristiwa atau bukti dari hasil yang sama. Subyektivitas inilah yang kemudian melahirkan pemikiran dan pengetahuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan.

Refleksi Descartes mengenai "cogito ergo sum"  berarti saya berpikir maka saya ada. Memberikan fakta yang kuat bahwa sesuatu akan dinilai ada apabila keberadaannya dinyatakan secara subyektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun