Mohon tunggu...
Afifah Nurul Fadhila
Afifah Nurul Fadhila Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa tingkat akhir disalah satu Universitas negeri di Bandung

bahagia yang disalurkan dengan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Implementasi Papan Perkalian sebagai Upaya Pengenalan Konsep Perkalian pada Siswa Kelas 2 SD

7 Oktober 2021   09:00 Diperbarui: 7 Oktober 2021   10:45 4254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintah mengeluarkan kebijakan baru terkait perizinan sekolah tatap muka terbatas. Kegiatan ini pertama kali diselenggarakan pada tanggal 8 September 2021 di Kota Bandung. Sekolah tatap muka terbatas ini memiliki beberapa peraturan wajib yang harus dilaksanakan pihak sekolah seperti menyediakan thermometer, handsanitizer, cairan disinfektan dan masker. Mengutip dari www.pasjabar.com terdapat 330 sekolah dari semua jenjang Pendidikan siap melaksanakan PTM dengan pengawasan yang ketat dan kapasitas 25 persen. Setiap sekolah yang menyelenggarakan PTM diwajibkan mengikuti peraturan-peraturan dasar tersebut agar tidak dicabut perizinannya.

            Penyesuaian kegiatan belajar mengajar dari yang semula daring menjadi luring adalah sebuah tantangan baru bagi guru-guru terutama sekolah dasar tingkat awal seperti kelas 1 dan 2 sebab peserta didik tidak pernah bertemu dan bersosialisasi satu dengan yang lainnya. Ketika PTM iini dilaksanakan tidak jarang ternyata peserta didik masih merasa kesulitan dengan membaca tulis dan berhitung. Pada kelas 2 di Sd Yakeswa pun ditemukan banyak siswa yang  belum mampu menguasai materi perkalian. Mereka masih merasa kesulitan dalam memahami konsep dasar dari perkalian itu sendiri dan membutuhkan media pembelajaran yang membantu mereka lebih memahami apa itu perkalian.

            Pelajaran berhitung atau matematika bukan lagi rahasia umum sebagai mata pelajaran yang menakutkan, jenuh dan sulit. Matematika adalah pelajaran wajib yang harus diikuti oleh seluruh murid diberbagai sekolah termasuk siswa kelas 2 di SD Yakeswa. Ilmu berhitung ini selalu memiliki konsep dasar di setiap teorinya, perkalian sendiri juga memiliki konsep dasar yaitu penjumlahan yang dilakukan berulang. Mengusung tema literasi numerasi dimana masing-masing memiliki konsep dasar pemikiran yang berbeda namun beriringan.

Menurut EDC (Education Development Center) Literasi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang mencakup potensi serta skill untuk membantu kehidupannya di masyarakat. Literasi tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca dan menulis saja melainkan bisa terlihat dari kemampuan numerasi, sains, digital, finansial, budaya dan kewargaan.

Literasi memiliki beberapa dimensi yaitu, dimensi geografis, dimensi bidang, dimensi keterampilan, dimensi fungsi, dimensi media, dimensi jumlah dan dimensi bahasa. Setiap dimensi memiliki fungsi serta jenisnya masing-masing yang dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan menerapkan konsep bilangan dan kemampuan melakukan operasi aritmatika dalam kehidupan sehari-hari. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa literasi numerasi adalah kemampuan atau skill seseorang dalam menerapkan konsep bilangan dan operasi aritmatika yang dapat bermanfaat dalam kehidupan seseorang.

            Kegiatan belajar mengajar dengan metode ceramah seringkali membuat peserta didik merasa jenuh dan bosan tidak jarang materi yang disampaikan justru tidak dapat di pahami oleh peserta didik maka guru harus memiliki metode pembelajaran baru yang menyenangkan. Anak akan lebih mudah mengerti jika kegiatan belajar mengajar menggunakan sebuah alat peraga. Pengenalan perkalian ini bisa menggunakan alat peraga salah satunya adalah papan perkalian. Papan perkalian ini bisa dibuat menggunakan bahan-bahan bekas yang ada dirumah. Bahan dasar yang harus ada adalah kardus, selotip, lem kertas, gunting, kertas kado, stik es krim, kertas hvs, cup pudding serta penggaris. Guru bisa mendesain papan perkalian sekreatif mungkin agar anak merasa penasaran dan mau ikut aktif selama kegiatan belajar mengajar.

Cara Membuat Papan Perkalian :

  • Siapkan kardus yang sudah dipotong membentuk papan
  • Lapisi kardus dengan kertas kado dan rekatkan menggunakan double tape atau selotip
  • Buat kartu angka menggunakan kertas hvs, potong menjadi bagian yang kecil
  • Tempelkan cup pudding diatas papan perkalian yang sudah dilapisi kertas kado

Hias menggunakan kertas origami, kertas kado dan sebagainya untuk menarik perhatian peserta didik

Hasil akhir:

Dokpri
Dokpri

Selama kegiatan belajar mengajar menggunakan papan perkalian, peserta didik lebih mudah memahami konsep perkalian. Mereka mau mencoba menghitung dengan soal yang ditentukan oleh guru. Setelah melakukan beberapa kali percobaan menghitung menggunakan papan perkalian, peserta didik diberikan beberapa soal perkalian di papan tulis kemudian dikerjakan di buku tulis masing-masing. Beberapa peserta didik memang belum memahami konsep perkalian dengan baik namun peserta didik lainnya mampu mengerjakan soal dengan baik dan cepat.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Hasna (2021) menyebutkan bahwa media papan perkalian layak dan dapat digunakan sebagai pembelajaran kelas 2 materi perkalian, hasil dari uji coba lapangan memberikan pengaruh yang sangat baik terhadap meningkatnya pemahaman siswa terhadap pemahaman konsep perkalian. Papan perkalian ini dapat menjadi salah satu solusi dalam membantu peserta didik belajar perkalian, namun sayangnya papan perkalian ini memiliki beberapa kekurangan seperti memerlukan waktu yang cukup banyak dalam proses pembuatannya, membutuhkan kreativitas yang tinggi serta mengeluarkan modal dalam pembuatannya.

Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di Sd Yakeswa kelas dua adalah kegiatan berhitung dan membaca. Selain berhitung dan mengenal konsep dasar perkalian, anak-anak juga diberikan pembekalan pemahaman mengenai pembagian. Karena siswa merasa kesulitan memahami pembagian, maka menggunakan media pembelajaran memakai stik es krim yang dibagi dan berikut adalah salah satu dokumentasi pembelajaran menggunakan media stik es krim.

            Setelah diberikan contoh menggunakan stik es krim, anak lebih mudah memahami konsep pembagian. Semua siswa juga merasa bahwa pembagian lebih mudah daripada perkalian ketika  menggunakan alat bantu seperti stik es krim, penuturan inipun sejalan dengan hasil belajar siswa yang benar semua selama pengerjaan soal. Selain lebih mudah dipahami, guru juga merasa lebih mudah menjelaskannya, dan tidak membutuhkan banyak waktu dalam mendesain media pembelajaran serta tidak membutuhkan modal dalam penggunaanya.

Dokpri
Dokpri

Kegiatan belajar mengajar siswa kelas dua juga mencakup belajar  membaca dan menulis, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa masih banyak siswa yang belum mampu membaca dengan lancar dan menulis sehingga guru memberikan latihan menulis cerpen yang ada dibuku tema 2.

Hasil dari menulis terlihat bahwa anak jarang melatih menulis karena tulisan yang masih banyak kekurangan huruf, melompat dari satu baris ke baris lainnya, tidak menggunakan tanda baca dan huruf kapital dengan benar dan sebagainya. Melatih menulis ini terus dilakukan setiap hari selepas kegiatan berhitung. Kegiatan membaca juga menggunakan buku tema 2 dan tambahan buku bacaan anak.

Beberapa anak sudah mampu membaca dengan lancar namun sebagiannya belum mampu sehingga membutuhkan bimbingan tambahan dari tenaga pendidik. Kegiatan menulis dan membaca memang membutuhkan media pembelajaran tambahan terutama untuk anak-anak yang memang belum bisa membaca dan menulis, berlatih setiap hari menjadi salah satu upaya yang perlu dilakukan. Memperhatikan satu-satu kebutuhan siswa menjadi kewajiban guru maupun saya selaku mahasiswa yang melakukan kegiatan kkn.

Setelah beberapa kali berlatih, perlahan siswa mampu membaca meski belum lancar sepenuhnya dan tetap membutuhkan bimbingan dalam menyalin tulisan.

Dokpri
Dokpri

Kegiatan belajar mengajar siswa kelas dua juga mencakup belajar  membaca dan menulis, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa masih banyak siswa yang belum mampu membaca dengan lancar dan menulis sehingga guru memberikan latihan menulis cerpen yang ada dibuku tema 2. Hasil dari menulis terlihat bahwa anak jarang melatih menulis karena tulisan yang masih banyak kekurangan huruf, melompat dari satu baris ke baris lainnya, tidak menggunakan tanda baca dan huruf kapital dengan benar dan sebagainya. Melatih menulis ini terus dilakukan setiap hari selepas kegiatan berhitung.

Kegiatan membaca juga menggunakan buku tema 2 dan tambahan buku bacaan anak. Beberapa anak sudah mampu membaca dengan lancar namun sebagiannya belum mampu sehingga membutuhkan bimbingan tambahan dari tenaga pendidik.

Kegiatan menulis dan membaca memang membutuhkan media pembelajaran tambahan terutama untuk anak-anak yang memang belum bisa membaca dan menulis, berlatih setiap hari menjadi salah satu upaya yang perlu dilakukan. Memperhatikan satu-satu kebutuhan siswa menjadi kewajiban guru maupun saya selaku mahasiswa yang melakukan kegiatan kkn. Setelah beberapa kali berlatih, perlahan siswa mampu membaca meski belum lancar sepenuhnya dan tetap membutuhkan bimbingan dalam menyalin tulisan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun