ME VS MY BOSS
Pendahuluan
Bagi seseorang karyawan yang sedang bekerja di sebuah perusahaan swasta, tentu banyak liku liku manajerial dan organisasi yang harus di lalu dan dihadapi. Ya, disebuah perusahaan swasta biasanya diwarnai dengan ketatnya persaingan. Persaingan itu ada karena adanya kebutuhan. Kebutuhan tentang apa?
Yup, kebutuhan itu adalah kebutuhan tentang pengakuan diri, eksistensi, seni bertahan, maupun dominasi. Dalam sebuah organisasi, dominasi seseorang atau sekelompok orang merupakan suatu hal yang wajar meski sebenarnya kurang disetujui.
Dalam sebuah perusahaan yang berorientasi pada keuntungan, biasanya dominasi yang kuat ada pada level  pimpinan tertinggi. Pimpinan tertinggi itu bisa dari pemilik perusahaan, pengelola perusahaan (board off director / BOD) atau meruncing ke yang lebih rinci lagi seperti manager, pimpinan atau kepala bagian maupun supervisor.Â
Mereka yang telah disebutkan lebih dulu namanya mempunyai pekerjaan, tugas dan tanggung jawab yang cukup atau bahkan tinggi dalam mengelola atau menjalankan sebuah perusahaan. Pertanyaannya: saya berada di level mana??
Beradal di level manapun kita, sebagai seorang yang bekerja pada orang lain lewat atau melalui usahanya (disebut perusahaan) pastilah akan selalu ada liku liku yang akan didapat dan dilalui. Liku liku tersebut bisa berasal dari samping kiri kanan kita (rekan kerja) maupun dari bawah atau bahkan dari atas kita.Â
Nah, kita sebagai seorang yang sudah kadung masuk kedalam struktur tersebut haruslah mampu untuk bertahan dalam dinamika yang ada di dalam perusahaan tersebut jika kita masih butuh untuk bertahan disana.
Boss dan Leader
Pernah mengalamai percakapan seperti berikut ini? "bro, hari minggu ini kita masuk kerja ya seperti biasa. Ada target yang harus dicapai". Atau mungkin juga bisa "hari minggu ini giliran kamu piket ya sob.Â
Untuk control mesin produksi kita yang ada di gedung A". kedengaran menyedihkan, namun itulah kenyataan yang  harus dihadapi dan dijalani oleh sebagian atau hampir semua pekerja, setidaknya meskipun tidak sebulan atau setahun sekali setidaknya seumur hidup sekali yang namanya karyawan pasti pernah mengalami dialog diatas dengan boss nya.Â
Tidak ada yang salah dengan dialog diatas, namun akan menjadi sesuatu yang menyebalkan. oupsss, bahkan menyesakkan ketika kita ingin menikmati tidur panjang seharian dihari libur atau lembutnya pasir dipantai untuk mengisi hari libur kita.
Boss dan leader adalah dua kata yang akan selalu berdampingan. Boss akan selalu di prasangka kan oleh sebagian orang sebagai seorang leader, begitupun sebaliknya. Leader betapa banyaknya di asumsikan sebagai boss. Hal tersebut jelas kurang tepat karena boss dan leader adalah dua hal atau bahkan sifat yang berbeda. Sebagaimana dinukil dalam artikel dirjen pajak kementrian keuangan, setidaknya ada 12 perbedaan antara boss dan leader, yaitu
- Leader Memandu, Boss Memerintah
- Leader Memotivasi, Boss Mengawasi
- Leader Mendengarkan, Boss Berbicara
- Leader Melatih, Boss Menyuruh
- Boss Says Go, Leader Says Let's Go
- Leader Mengambil Tanggung Jawab, Boss Menyalahkan
- Leader Mengembangkan, Boss Mengeksploitasi
- Boss Selalu Berkata untuk 'Saya', Leader Selalu Berjuang untuk 'Bersama'
- Leader Selalu Membangun Individu Lain untuk Maju, Boss Hanya 'Menggunakan' Individu Lain
- Boss Membangkitkan Rasa Takut Bawahannya, Leader Adalah Dia yang Saling Menghargai
- Leader Selalu Memberi Apresiasi dan Boss Selalu Melihat Prestasi
- Boss Berpikir Jangka Pendek, Leader Berpikir Jangka Panjang
Kepemimpinan atau ledership adalah bidang yang sangat luas dan luas dengan sejarah panjang yang meliputi: secara harfiah 1000-an definisi dan 100-an teori, model, pandangan, dan pendekatan (francis J a.t all 2020). Gagasan tipe pemimpin implisit dan ideal ini tampaknya memberikan landasan bagi kesukaan bos/pemimpin.
Beragam definisi tentang leadership akan terus berkembang sesui dengan keadaan dan kondisi serta tuntutan zaman. Melalui interaksi CEO dan beberapa wacana komunitas, makna keragaman bagi organisasi secara keseluruhan dinegosiasikan ulang. Makna yang berubah ini memunculkan serangkaian tindakan manajerial baru dan, selanjutnya, untuk percakapan baru tentang keragaman (Zane 2002).
Interaksi dengan Si boss
Suka atau tidak, senang atau tidak, bagi yang bekerja di sebuah instansi atau perusahaan pastilah mempunyai pimpinan (lazim disebut boss). Hal tersebut tidaklah lepas dari kenyataan selama kita bekerja pada orang lain maka orang lain itulah boss nya. Namun jika kita bekerja untuk diri sendiri (wirausaha / entrepreneur) maka kita sendiri lah boss nya.
Menghadapi atasan yang mempunyai karakter humble dan menyenangkan tentulah tidak serumit ketika menghadapi karakter atasan yang angkuh atau bahkan sombong.Â
Setidaknya ketika kita berhadapan dengan atasan, (melansir dari mata kuliah kompensasai dan manfaat yang dibawakan oleh Dr pramudianto di perkuliahan pascsarjana Universitas Bina Bangsa Banten) maka yang harus kita lakukan yakni cari lah sedikit saja celah dari atasan tersebut untuk kita masuki kemudian kita menjadikan diri kita seolah olah sebagai orang yang bisa menutupi kekurangan atau "luka" yang ada pada dirinya.Â
Dengan begitu, dipastikan atasan kita akan sangat menghargai bahkan merasa amat bersyukur dengan adanya kita di tempat tersebut (sebagai staffnya), atau jika dirasa kita tidak mampu untuk menjadikan diri kita seperti diatas, maka pilihannya tinggal tersisa satu lagi, yakni tinggalkan.!
Leadership dan pertanggung jawabannya
Apapun yang telah kita lalui di dunia ini, tentu ini bukanlah suatu hal yang bisa kita lupakan dan lalui begitu saja. Akan ada konsekuensi maupun balasan dari apa yang telah kita perbuat di dunia ini. Sebagai muslim, tentunya saya pun mengimani bahwasanya sesuatu yang telah dikerjakan di dunia ini akan mendapatkan balasannya di akhirat kelak.
Sebagai seorang karyawan, maupun leader, tentu haruslah berbuat sebaik baiknya karena untuk kemajuan organisasi (perusahaan) maupun hal tersebut sudah menjadi kewajiban ketika kita bekerja dengan orang lain. Agar seorang karyawan ataupun leader bisa bekerja dengan baik, lagi lagi peran manajemen dalam perusahaan itu sendirilah yang dinilai bertanggung jawab terutama manajemen kepegawaiannya.
Manajemen Mutu menandakan tanggung jawab semua tingkat manajemen, tetapi harus dipimpin oleh kepemimpinan manajemen tertinggi (waqas mahmood at all 2022).
Kunci terakhir atau prinsip selanjutnya adalah Istiqamah (komitmen tinggi) yang menjadi salah satu faktor yang kurang penting dalam menjamin kelangsungan suatu organisasi. Padahal komitmen harus dijaga dan dilestarikan dalam tindakan dari awal hingga akhir untuk kesejahteraan semua pihak. Setidaknya itulah beberapa langkah atau tindakan untuk dapat berinteraksi dengan si boss dalam suatu organisasi.
Daftar Pustaka
Zane, N. C. (2002). The Glass Ceiling is the Floor My Boss Walks on: Leadership Challenges in Managing Diversity. The Journal of Applied Behavioral Science, 38(3), 334--354. https://doi.org/10.1177/0021886302038003005
Yammarino, F. J., Cheong, M., Kim, J., & Tsai, C. Y. (2020). Is leadership more than "i like my boss"?*. Research in Personnel and Human Resources Management, 38, 1--55. https://doi.org/10.1108/S0742-730120200000038003
Mahmood, W., Ismail, S. N., Mdzalli, M. M., Prof, A., & Idris, U. S. (2022). Leadership in quality management (tqm) based on principles of common and islamic perspective on the concept model of continuing development 1. 6(1), 208--217.
http://www.djpb.kemenkeu.go.id/kppn/tanjung/id/data-publikasi/artikel/2875-paa.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H