Judul Buku: Monster Kepala Seribu.
Diterjemahkan dari: Un monstruo de mil cabezas.
Penulis: Laura Santullo.
Penerjemah: Ratna Dyah Wulandari.
Penerbit: Marjin Kiri, Cetakan Pertama, 2016.
Tebal: vi + 148 halaman.
ISBN 978-979-1260-53-4
Karya sastra yang elok dan berhasil membuat para pembaca kecanduan laiknya sepucuk mariyuana ini merupakan hasil tarian pena Laura Santullo. Pada karya ini tercermin upaya Laura berkisah tentang keberanian seorang wanita membongkar bisnis kotor berkedok asuransi. Laura menggunakan kata ganti orang pertama dalam alur ceritannya. Hal ini memberi sebuah subjektivitas yang menarik, Seakan pembaca sedang mendengarkan tuturan langsung dari para tokoh dalam cerita.
Ingin mencoba menikmati pengalaman baru dalam membaca sebuah novel? Karya Laura inilah yang wajib dibaca. Mula-mula Laura berkisah tentang sosok Sonia Bonet tokoh dalam novel tersebut yang merasa iba namun tak sanggup berbuat apa-apa melihat suaminya bernama Guillermo namun lebih kerap dipanggil Memo yang sedang terbaring tak berdaya dibawah cengkeraman penyakit kanker yang diidapnya.
Segala upaya dikerahkan Sonia guna kesembuhan total sang suami. Meskipun ia tahu itu mustahil. Seluruh prosedur yang berbelit-belit pun dilaluinya untuk mendapat hak dari sebuah perusahaan asuransi Alta Salud yang tak kunjung melakukan kewajibannya. Namun bukanlah Sonia jika mudah pasrah menyerah kalah dengan keadaan. “Mereka mendepak saya dari dunia rasional, dari kepercayaan kepada masyarakat yang beradab. Dan seekor binatang buas yang disudutkan tidak akan merintih, dia menggigit.” (hal: 31).
Berbekal semangat tak kenal menyerah, Sonia dan anaknya bertolak dari rumah dengan membawa berkas-berkas ke sebuah klinik hendak menemui dokter Vilallba. Namun, dokter itu tak ada di tempat. Lalu mereka ke rumah Miguel, seorang koordinator dokter, lagi-lagi Sonia menemui jalan buntu. Miguel menolak. Sonia marah ia lalu mengeluarkan pistol milik Memo yang sempat akan dibuangnya dan menodongkan tepat ke arah kepala Miguel. Setelah itu, Sonia kemudian menemui Sandoval Nunez dan memintanya yang masih dalam keadaan telanjang itu untuk keluar. Selanjutnya Sandoval pun disandera untuk mengantar Sonia dan anaknya ke seorang notaris guna membuat sebuah surat persetujuan resmi.
Dengan todongan pistol juga, surat itu rampung. Satu langkah lagi supaya surat itu sah dan memiliki kekuatan hukum tetap. Mereka menuju ke rumah Nyonya Morgan, pemilik saham Alta Salud untuk meminta tanda tangan. Sonia nyaris saja berteriak senang mendapat tanda tangan Nyonya Morgan. Namun, kegembiraan itu sirna saat polisi mengepung rumah Nyonya Morgan, mereka memberitahu bahwa Memo telah meninggal dunia. Sonia tidak percaya. Dari sinilah kisah perjuangan Sonia usai.
Akhir cerita ditutup dengan kesaksian Dario, yang selalu mendampingi mamanya dalam menjalankan aksi nekatnya itu meskipun dalam cerita tersebut Dario tampak kurang setuju dengan aksi yang dilakukan sang mama. Namun ia mengerti sekali bahwa semua itu dilakukan mamanya semata-mata karena tidak adanya jalan lain lagi yang dapat ditempuh untuk menyelamatkan papanya. Pada akhir kisah ini, Dario berkesempatan bicara lebih banyak. “Saya rasa kami bukan penjahat, karena jika memang iya, pastilah kami dua penjahat paling menyedihkan dan paling tolol sepanjang sejarah.”(Hal: 148) Ucap Dario, menutup cerita.
Para pembaca yang sudah mengkhatamkan Monster kepala seribu niscaya akan selalu menemukan hal-hal baru di luar dugaan mereka. Oleh sebab itu novel ini sangat layak dan dianjurkan untuk dibaca berulang-ulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H