Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Gentle Parenting, Apakah Sesuai dengan Karakter Anak Indonesia?

7 Agustus 2024   18:48 Diperbarui: 8 Agustus 2024   07:51 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gaya pengasuhan otoriter lebih menekankan pada aturan yang ketat dan hukuman. Orangtua cenderung lebih menekankan kepatuhan tanpa banyak penjelasan. Sebaliknya, gentle parenting lebih fokus pada penjelasan dan komunikasi. Hukuman fisik dan ancaman dihindari, dan lebih banyak menekankan pada dialog dan pemahaman. Yap, orangtua sebaiknya mengubah energi 'marah' menjadi energi 'diplomasi' kepada anak.

Gentle Parenting vs. Permisif

Orangtua yang permisif cenderung memberikan kebebasan penuh kepada anak tanpa banyak aturan. Mereka lebih suka menghindari konflik dengan anak. Meskipun gentle parenting juga menghindari hukuman, ia tetap memiliki struktur dan batasan yang jelas. Tujuannya adalah untuk membantu anak memahami konsekuensi dari tindakan mereka melalui komunikasi, bukan sekadar membebaskan mereka tanpa bimbingan.

Gentle Parenting vs. Neglectful

Pola asuh neglectful atau pengabaian melibatkan kurangnya perhatian dan keterlibatan orangtua dalam kehidupan anak. Anak sering kali dibiarkan sendiri tanpa bimbingan. Berlawanan dengan ini, gentle parenting sangat terlibat dan penuh perhatian. Orangtua berusaha memahami dan mendukung anak dengan cara yang penuh kasih.

Gentle Parenting dan Karakter Anak Indonesia

Lalu, apakah gentle parenting dapat diterapkan pada anak-anak Indonesia? Mengingat setiap ras dan budaya memiliki keunikan masing-masing, gentle parenting bisa diterapkan dengan penyesuaian tertentu seperti adaptasi budaya dan penerimaan nilai-nilai lokal seperti gotong royong, bhinneka tunggal ika, dan sebagainya.

Di Indonesia, rasa hormat terhadap orangtua adalah nilai yang sangat penting. Meskipun gentle parenting mendorong komunikasi egaliter, semestinya orangtua tetap menghormati nilai-nilai budaya dengan menunjukkan rasa hormat dan memberikan arahan yang jelas dengan cara yang lembut kepada anak.

Di samping itu, libatkan anak dalam kegiatan keluarga seperti memasak atau membersihkan rumah dengan cara yang menyenangkan, sesuai dengan nilai gotong royong. Ini mengajarkan anak-anak tentang kerja sama dan tanggung jawab sambil tetap menerapkan prinsip gentle parenting. Tentunya tanpa disertai paksaan atau oktaf tinggi, ya. Xixixi.

Gentle parenting ibarat gaya pengasuhan yang demokratis, tidak mengekang namun tidak juga membebaskan. Segala pilihan dan konsekuensi yang akan dihadapi anak akan didiskusikan terlebih dahulu dengan komunikasi dua arah yang aktif, tanpa ada dominasi dari orang tua maupun anak. Beberapa gambaran penerapan gentle parenting dapat kita lihat dari konten public figure yang concern terhadap gaya pengasuhan ini seperti Nikita Willy dan juga Dhannisa Pradana.

Meskipun mungkin memerlukan beberapa penyesuaian untuk sesuai dengan konteks budaya Indonesia, prinsip-prinsip dasarnya sangat relevan. Dengan menggabungkan nilai-nilai lokal dan teknik gentle parenting, semoga kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung dan penuh kasih untuk anak-anak.

Setiap gaya pengasuhan tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, termasuk gentle parenting yang tak ubahnya membutuhkan banyak waktu, energi positif, dan pengelolaan emosi yang baik bagi orang tua. Yang terpenting adalah menemukan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter keluarga masing-masing, karena yang paling tahu adalah diri kita sendiri. Tetap semangat membersamai buah hati tercinta, ya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun