Disclaimer: tulisan ini mengandung spoiler, disarankan untuk menonton serial-nya terlebih dahulu.
Serial anime dari Jepang seringkali memuat ide cerita yang out of the box. Hal inilah yang saya rasakan ketika pertama kali menonton anime Ansatsu Kyoushitsu (Assassination Classroom). Bayangkan saja, bagaimana bisa makhluk berwujud gurita raksasa malah menjadi guru yang harus dimusnahkan oleh siswanya sendiri?
Serial anime yang diadaptasi dari manga dengan judul yang sama ini merupakan karya dari Yusei Matsui. Singkat cerita, Assassination Classroom menceritakan tentang kehidupan seekor guru (?) yang memiliki kekuatan luar biasa dan diduga akan menghancurkan bumi dalam satu tahun mendatang.
Koro-sensei ---nama yang diberikan oleh siswa beliau memiliki kecepatan super dan diyakini menjadi ancaman bagi penduduk bumi. Anehnya, Koro-sensei justru bekerja menjadi guru bagi 28 siswa remaja kelas 3-E yang merupakan kumpulan siswa 'terbuang'. Bahkan kelas mereka secara khusus terletak di atas gunung.
Di luar nalar, pemerintah justru memberi misi rahasia terhadap 28 siswa tersebut untuk memusnahkan Koro-sensei sebelum hari kelulusan tiba.
Mereka dilatih untuk bela diri, menggunakan senjata, menyusun strategi hingga berbagai praktik uji coba memusnahkan guru mereka demi menyelamatkan umat manusia.
Singkat cerita, percobaan memusnahkan Koro-sensei selalu gagal meski mereka senantiasa mempelajari puluhan kelemahan gurunya. Seiring berjalannya waktu, tanpa disadari satu persatu siswa yang awalnya tidak bergairah dalam belajar, membangkang, maupun bermasalah justru berubah ke arah yang lebih baik.
Perubahan tersebut sangat terlihat pada setiap episode dalam 2Â seasons anime ini. Ketika ada peristiwa yang tidak mengenakkan atau kegagalan yang dialami siswanya, Koro-sensei tidak pernah lelah mengarahkan mereka untuk memetik hikmah dari kejadian tersebut.
Meski serial ini mengandung banyak komedi, kekerasan, dan aksi yang tidak masuk akal, banyak pesan moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut setidaknya beberapa pelajaran hidup berharga yang dapat dipetik dari kisah Koro-sensei beserta siswanya:
Kegagalan adalah Hal yang Sangat Wajar
"Perbedaan antara pemula dan master adalah bahwa master telah melewati lebih banyak kegagalan daripada pemula." --Koro-sensei
Sejak episode pertama, Koro-sensei menantang seluruh siswa untuk dapat memusnahkan beliau yang berujung pada banyak kegagalan.
Setiap kegagalan tersebut menunjukkan bahwa tekun dan teguh adalah bagian dari proses menuju keberhasilan. Tumbuh dari kegagalan seribu kali lebih baik daripada tidak mencoba sama sekali.
Percayalah pada Diri Sendiri
"Kamu adalah satu-satunya orang yang dapat membuat hidupmu berkembang sesuai apa yang kamu inginkan. Itulah yang dimaksudkan (adanya) kelas ini untuk membantumu mewujudkannya." --Koro-sensei
Koro-sensei senantiasa mencoba menanamkan pola pikir di atas kepada seluruh siswanya dengan cara 'menjatuhkan' mereka melalui banyak kegagalan.
Hal tersebut bertujuan untuk membangun keyakinan mereka. Beliau menunjukkan bahwa hanya diri sendiri-lah yang memiliki otoritas penuh dalam mengambil kendali dan mencapai tujuan.
Masa Lalu: Tinggalkan dan Jadikan Pelajaran
"Masa lalu yang hilang dari kalian tidak akan pernah kembali. Saya sendiri telah membuat begitu banyak kesalahan. Namun, kita dapat belajar dari masa lalu tersebut agar tidak mengulanginya." --Koro-sensei
Masa lalu, biarlah masa lalu~Â demikian kata mbak Inul. Dalam anime tersebut diceritakan banyak siswa yang sulit mengomunikasikan penyesalan maupun sakit hati atas kegagalan di masa lampau.
Koro-sensei mengajarkan bahwa masa lalu hanya perlu ditinggalkan dan menjadi bahan evaluasi dalam menjalani hidup ke depannya.
Kerja Keras Mengalahkan Bakat Ketika Bakat Tidak 'Bekerja Keras'
"Orang dengan bakat seringkali memiliki kesan yang salah bahwa segala sesuatu akan berjalan seperti yang mereka pikirkan saja. Padahal itu tidak benar." --Koro-sensei
Dalam anime tersebut dikisahkan seorang siswa bernama Karma Akabane yang seringkali bolos dan menyepelekan ujian karena merasa 'pintar'.
Suatu hari, Karma gagal mengalahkan si-nomor-satu dan merasa jengkel. Koro-sensei pun menghampirinya untuk menghibur sekaligus menasihati bahwa bakat tanpa kerja keras adalah hal sia-sia.
Barangsiapa yang bekerja keras meski hampir tidak terlihat potensinya untuk berhasil, niscaya mereka dapat mengalahkan orang-orang yang memiliki potensi besar namun tidak mau bekerja keras.
Koro-sensei juga meyakini bahwa tidak ada siswa yang tidak berbakat, mereka hanya belum menemukannya.
Jangan lelah berusaha, jangan pantang menyerah. Bahkan jika tidak memungkinkan, tetap lakukan saja.
Mengakui Kelemahan adalah Jalan untuk Mencapai KekuatanÂ
"Terkadang, orang yang terkuat dan terlemah bisa bertukar kubu. Namun, bertahan di kubu yang kuat adalah hal paling sulit untuk dilakukan." --Koro-sensei
Koro-sensei pun memiliki banyak kelemahan yang mana hampir setiap episode terungkap dan dicatat oleh Nagisa, salah satu siswa beliau.
Namun, Koro-sensei tidak pernah memungkiri hal tersebut ---bahkan, dalam beberapa kasus beliau sengaja menunjukkannya. Semakin banyak kelemahan yang terlihat, justru Koro-sensei semakin sulit dimusnahkan.
Hal tersebut mengajarkan bahwa setiap orang memiliki kelemahan dan kekuatan masing-masing. Seringkali manusia hanya fokus pada kekuatan dan menolak untuk mengakui kelemahan.
Padahal, mengakui kelemahan adalah bagian dari seni memahami diri sendiri. Dengan menerima kelemahan yang dimiliki, seseorang dapat menemukan peluang untuk berbenah.
Kesempatan Belajar bagi Siapapun adalah Hak Mutlak
Tanpa ragu, Koro-sensei selalu mendidik sepenuh hati sekalipun beberapa kali menerima siswa baru yang 'spesial'. Bahkan siswa yang terbuat dari Artificial Intelligence dan dilengkapi senjata mutakhir pun tidak membuat Koro-sensei angkat tangan.
Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan adalah hak seluruh siswa tanpa memandang latar belakangnya.
Koro-sensei meyakini bahwa selama siswanya memiliki tekad untuk berjuang ---dalam hal akademik maupun misi pemusnahan, maka siswa tersebut akan berhasil meski awalnya terlihat seakan tidak memiliki potensi apapun. Beliau juga percaya tidak ada siswa yang tidak pintar, pasti asa satu atau dua bidang yang dikuasainya.
Hal mendasar seperti inilah yang semestinya mendapat perhatian lebih dalam lembaga pendidikan, bukan malah berlomba-lomba menetapkan seleksi ketat agar hanya siswa tertentu yang mendapat kesempatan belajar di lembaga tersebut. Siswa yang pintar dan belum pintar, mampu dan belum mampu, seluruhnya layak mendapat kesempatan yang sama.
Jadilah Guru yang Dicintai, Bukan Ditakuti
Meskipun Koro-sensei merupakan 'monster' yang membahayakan, hubungan antar guru-siswa bagi mereka bukanlah suatu hal yang mengkhawatirkan. Justru Koro-sensei dan siswanya semakin hari semakin terlihat sangat dekat.
Siswa beliau juga acap kali menunjukkan rasa sayang mereka walau terkadang disertai ambisi ingin menghabisi gurunya dengan tangan sendiri.
Hal ini juga penting diperhatikan utamanya bagi tenaga pendidik. Bahwa memberi kesan 'killer' bukan berarti dapat membuat siswa segan dan patuh.
Justru orientasi kepatuhan mereka nantinya bukan untuk merubah perilaku, melainkan hanya atas dasar takut mendapat hukuman atau amarah dari guru.
Koro-sensei bukanlah guru sempurna, beliau memiliki banyak kekurangan yang bahkan sengaja ditunjukkan langsung di hadapan siswanya.
Namun, sesungguhnya guru yang hebat memang tidak harus sempurna, melainkan yang mampu menginspirasi siswanya meski telah tiada.
Koro-sensei adalah wajah guru sejati ---semoga kita bisa meneladaninya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H