Kedua, secara langsung atau tidak langsung seseorang tersebut akan cenderung merendahkan perempuan lain. Seperti contoh di atas, ketika mereka merasa spesial dengan memilih sibuk berkarir dibandingkan berkeluarga, mereka secara tidak langsung merendahkan pekerjaan Ibu rumah tangga (yeu).
Dan yang terakhir, seseorang dengan indikasi "Pick Me Girl" akan menunjukkan kebiasaan, ketertarikan, gaya, sikap, maupun ciri khas yang dianggap berbeda dan mampu menarik perhatian. Lebih lanjut, Ibu Ike Herdiana mengemukakan bahwa karakter "Pick Me Girl" ini muncul karena perilaku misoginis yang terinternalisasi.
Reportase dari Modern Intimacy mengungkap bahwa misoginis pada "Pick Me Girl" terjadi berdasarkan keinginan menghindar dari stereotip perempuan yang dianggap tidak menonjol. Hal tersebut sering tidak disadari dan sulit diidentifikasi saat perempuan tumbuh dalam budaya patriarki yang mendukung maskulinitas.
Perempuan hanya ingin ---seperti sebutannya: dipilih. Oleh sebab itu, mentalitas mereka lahir dari gagasan bahwa orang lain akan 'memilih' dan memandang istimewa dengan upaya yang terkadang menyakiti perempuan lain. Tak jarang pula mereka menghabiskan banyak energi demi terlihat eksklusif.
Kembali pada pertanyaan, apakah "Pick Me Girl" termasuk dalam gangguan kepribadian?
Jawabannya adalah, bisa iya dan bisa tidak. Perilaku tersebut seringkali membuat hubungan sosial menjadi tidak menyenangkan sebab terdapat unsur merendahkan pihak lain. Belum lagi sikap superior yang luar biasa annoying dan tidak jarang pelakunya akan kehilangan kendali atas dirinya sendiri karena dianggap 'wajar'.
Kondisi tersebut akan membuat mereka tidak realistis hingga dapat mengarah pada gangguan histrionik. Dikutip dari Kompas, Â histrionik merupakan jenis gangguan yang membuat pengidapnya selalu mencari perhatian lebih hingga bersikap dramatis, menunjukkan emosi yang labil, egois, dan sebagainya.
Oleh sebab itu, jika perilaku "Pick Me Girl" mulai meresahkan bagi diri sendiri dan orang lain, ada baiknya pelaku segera mencari bantuan profesional. Konseling sangat dibutuhkan untuk mengontrol perkataan, perbuatan, dan pola pikir agar seseorang dapat diterima oleh lingkungan sekitar sekaligus terhindar dari risiko gangguan mental lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H