Bagi sebagian orang, thrifting atau membeli barang bekas tidak menarik untuk dilakukan. Padahal, thrifting sangat bermanfaat bagi keseimbangan sumber daya alam yang semakin hari semakin tidak terawat.Â
Misalnya, bayangkan jika masyarakat terus menerus membeli pakaian baru dan menumpuk pakaian lama yang sesungguhnya masih layak dipakai. Secara logika sederhana, akan banyak pohon yang ditebang demi membuat pakaian, bukan?
Atau, barangkali pakaian layak tersebut justru dibuang atau dibakar begitu saja agar dapat membeli pakaian baru. Bukankah hal tersebut akan merusak lingkungan? Maka, thrifting menjadi salah satu tren yang solutif dan sustainable di masa sekarang.Â
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Samantha dan Chester (2021) bahwa thrifting menjadi pengalaman berhemat dan ramah lingkungan yang lebih istimewa daripada sekedar dengan pendekatan belanja barang-barang dengan label "from nature".
Recycling
Dalam berbagai kampanye ramah lingkungan, istilah recycling atau daur ulang sudah berulang kali diperdengarkan. Daur ulang sendiri merupakan suatu metode pemanfaatan sampah atau barang bekas yang diolah kembali hingga dapat bernilai guna.Â
Daur ulang tidak hanya bisa dilakukan oleh pecinta lingkungan saja, ya. Seluruh lapisan masyarakat sangat mampu dan berpotensi untuk melakukan hal sederhana ini.
Contoh kegiatan daur ulang yang dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari yakni seperti memanfaatkan botol bekas untuk diisi ulang sesuai kebutuhan, memilah sampah dapur untuk dijadikan kompos, mengumpulkan kantong plastik bekas berbelanja untuk dimanfaatkan kembali, dan masih banyak lagi.Â
Saat ini juga banyak sekali campaign yang mengajak masyarakat untuk mengumpulkan sampah plastik dan dikirimkan ke suatu platform tertentu untuk didaur ulang menjadi biji plastik.
Skip-ing
Jujurly, ini yang paling susah, sih! Hehehe. Skip-ing adalah istilah mudah untuk skip berbelanja barang-barang yang sesungguhnya tidak terlalu diperlukan atas dasar mumpung lagi promo-lah, barang lucu dan unik-lah, atau karena Fear of Missing Out alias takut ketinggalan zaman.Â