Kembali ke perdebatan netizen di Twitter, banyak dari "golongan kontra" yang menyatakan bahwa menjadi tamu undangan tidak semestinya berusaha secara sadar untuk menjadi pusat perhatian dalam pesta orang lain.Â
Meski etiket tersebut tidak tertulis, setidaknya sebagai tamu undangan menunjukkan rasa hormat dan menghargai melalui penampilan selain dengan datang tepat waktu, menahan diri untuk tidak mengomentari masakan katering, dan sebagainya. Bahkan ada pula yang mengomparasikan dengan budaya masyarakat Korea Selatan, di mana tamu undangan dihimbau untuk berpakaian sederhana dan berwarna gelap agar yang-punya-pesta tetap terlihat shinning shimmering splendid.
Berikut saya lampirkan beberapa respon netizen lainnya:
ini informan yang bilang bahwa di Korea Selatan sudah tertanam budaya demikian, eh, malah debat soal perbedaan kultur
Memakai gaun putih juga rupanya dianggap "tidak sopan" karena terkesan menyamai pengantin -yang pada umumnya menggunakan gaun putih sebagai lambang kesucian dan lembaran baru. Tapi, kok jadi bahas hidung siapa?
Nah, lho, malah curhat :(
Akhir kata, ada baiknya kita mulai memperhatikan penampilan seperti apa yang ingin kita tunjukkan dalam menghadiri sebuah pesta dan mempertimbangkan apa tujuan kita untuk memilih penampilan tersebut. Saya rasa hal tersebut merupakan salah satu bagian dari basic manners, di mana kita sebagai makhluk sosial diharapkan dapat menempatkan diri, menghargai sesama, dan tidak membuat orang lain merasa uncomfortable. Just be kind, and kindness will come to you.
menurut kalian kebiasaan dateng ke acara nikahan dengan pakaian "lebih bersinar" drpd yg punya acara gmn guys? Pro or kontra? pic.twitter.com/ofGGfcFvCb--- Tanyarl Dilarang (@tanyakanrl) December 10, 2022