Kisah kerelaan para pejuang yang meninggalkan keluarga dan Nabi Ibrahim yang akan menyembelih anak tercinta bisa menjadi cambuk bagi kita bahwa luka hati atas ditinggal yang belum pasti itu belum seberapa dibandingkan dengan apa yang telah mereka alami.
Selain itu, kita juga bisa mengambil hikmah bahwa melepaskan sesuatu demi kebaikan itu perlu. Meskipun ada air mata kesedihan yang harus dibayar dan luka akan tetap menuai bekas, percayalah semua akan indah pada waktunya. Yang penting sabar.Â
Kesedihan dan kebahagiaan itu satu paket yang akan terus kamu terima sepanjang hayat. So, get up and face everything! Jangan takut untuk "menyembelih" semua perasaan yang menganggu ketentraman hatimu. Potonglah ia kecil-kecil, olah sebaik mungkin dengan bumbu-bumbu hikmah, dan... voila! Jadilah hidangan hidup yang lezat.
The last but not least, saya juga menemukan kalimat menarik yang sangat empowering bagi kaum gagal move on di manapun berada. Jika kamu salah satu dari mereka, coba untuk tarik nafas dalam-dalam dan katakan ini dengan lantang:
"Hai, masa lalu.
Sungguh, terima kasih karena sudah melukaiku. Sekarang aku jauh lebih kuat dari yang dulu.
Ketahuilah, aku sudah tidak takut kehilanganmu lagi.
Tapi aku lebih takut kehilangan diriku sendiri."
Sekian dan salam merdeka! Merdekaaaaah!!
Malang, 26 Agustus 2018
Masih nuansa Idul Adha, mari menyembelih perasaan bersama