Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pilih Mana, Menikah Muda atau Tidak?

2 Februari 2018   21:35 Diperbarui: 3 Februari 2018   18:09 3933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menikah, oh menikah...

Menginjak semester 6 di bangku perkuliahan, keinginan menikah bagi para pemuda tentu semakin harum semerbak. Ketika mendapat tugas kuliah atau beban hidup yang dirasa berat, mantra yang selalu menjadi andalan (terutama bagi perempuan) yakni "Duh, rasane pengen rabi ae (duh, rasanya ingin menikah saja)". Belum lagi ketika melihat sepasang pemuda-pemudi di area kampus maupun di warung kopi, duh... bawaannya langsung baper deh. Lantas, apakah dengan menikahi dan dinikahi segera maka kita akan terbebas dari tugas kuliah dan bahagia selama-lamanya? Tentu saja TIDAK hahahaha (abaikan).

Beberapa tahun terakhir, menikah muda menjadi "tren" di berbagai strata masyarakat. Contoh figur yang tahun lalu sempat membuat heboh netizen yakni salah satu anak Ustadz kondang Arifin Ilham, Alvin, memutuskan untuk menikahi mbak-mbak chinesse di usia 17 tahun. Atau sebut saja beberapa deretan orang-orang ternama seperti Raffi Ahmad, Shireen Sungkar, Taqy Malik, dan masih banyak lagi. 

Bahkan amati saja ketika kita berjalan-jalan di pusat keramaian, maka akan ditemui pasangan-pasangan muda layaknya berpacaran namun sudah menggendong buah hati. Yang menjadi pertanyaan besar, apakah menikah muda adalah keputusan yang paling tepat? Mengingat banyak sekali pertimbangan yang harus dilakukan sebelum dan sesudah menikah, juga pertimbangan dalam memilih teman sehidup semati yang diharapkan hanya satu untuk selamanya... cielah.

Dalam Islam, menikah adalah salah satu bentuk penyempurnaan ibadah. Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an yang menyinggung masalah ter-baper ini. Memang sejatinya manusia diciptakan berpasang-pasangan dan sudah pasti punya jodoh masing-masing tanpa terkecuali. Jadiii kalau kamu nggak punya pasangan, jangan-jangan kamu bukan manusia... ga deng. Jangan khawatir bagi yang belum punya pasangan, jodoh pasti bertemu kok. Okaaay daripada semakin melantur tidak jelas, langsung saja kita coba teropong sedikit perihal nikah muda ini dari kacamata plus dan minus.

On the positive side, nikah muda akan banyak membantu kita dalam menghindari pergaulan bebas dan pelecehan seksual yang semakin ke sini semakin mengerikan. Bayangkan, keluar rumah barang sebentar saja harus izin suami. Ke mana-mana pun ada yang nemenin binjagain.Ketika kita sudah memiliki pasangan halal, in syaa Allah hidup kita lebih aman dan tenteram dibandingkan saat kita masih sendiri. Tapi harus tetap berhati-hati di manapun dan kapanpun, ya!

theodysseyonline.com
theodysseyonline.com
Selain itu, usia 18 hingga 20 ke atas sedikit merupakan fase di mana "rasa ingin memiliki" satu sama lain sangatlah kuat. Hal ini merupakan motivasi terbesar untuk merencanakan masa depan bersama. Apalagi dengan berbagai ambisi dan semangat muda yang masih anget, jika dapat disatukan dengan baik maka akan terwujudlah visi dan misi hidup bersama yang luar biasa. Berbeda ketika seseorang menikah di usia yang "terlalu matang", biasanya semangat yang dimiliki tidak sebesar ketika belia sehingga motto yang dimiliki malah "sing penting rabi, wis ngono ae(yang penting nikah, udah gitu aja)". Yaelah... Kalau meminjam istilah anak jaman now itu namanya "ga asique".

Di samping itu, jika menikah muda menjadi pilihan maka jarak usia antara orang tua dan anak-anaknya tidak akan terpaut jauh sehingga tidak terjadi ketimpangan zaman. Apalagi jika kita diberikan umur panjang nan barokah (aamiin), maka kita bisa lebih optimal dalam mendampingi anak mulai dari kecil hingga dewasa. Dan yang terakhir, menikah muda dapat mengubah hal-hal yang dulunya biasa menjadi penuh rahmat dan berlimpah pahala. Duh, kok baper ya ngetiknya...

Sedangkan dalam kacamata minus, nikah muda biasanya rawan akan cekcokdan perceraian. Sebab, perkembangan sosial dan emosional kaum muda masih fluktuatif sehingga akan menimbulkan banyak perselisihan. Keegoisan wajar para pemuda juga seringkali menjadi pemicu perpecahan. Meski kedewasaan seseorang tidak dinilai dari usia, namun tetap saja usia muda menjadi masa "pemberontakan" terbesar dibanding masa-masa kehidupan lainnya.

Dari sisi medis, nikah muda juga memiliki beberapa resiko bagi perempuan seperti lemah janin, keguguran, dan infeksi rahim karena organ vital yang dibutuhkan untuk fertilisasi dan seterusnya masih dalam masa perkembangan. Dan yang terakhir, menikah muda bisa jadi menghambat produktivitas seseorang yang seharusnya masih punya banyak waktu untuk melakukan berbagai aktivitas asyik dan "support jomblo"seperti berorganisasi sana-sini, menjadi relawan, nongkibersama teman-teman sesama jomblo, dan sebagainya, malah disibukkan untuk mengurus pasangan dan anak. Meski begitu, semua tergantung pada yang menjalani hidup sih because we life to choose, not choose to life.

So, is that good or not?

Jika kita merasa belum siap menghadapi after-marriage-thingsseperti have a baby,mengurus keperluan rumah tangga, menafkahi istri dan anak, serta hal-hal lain yang dirasa belum mampu, mari kita terus memperbaiki diri dan sebisa mungkin menjauh dari pergaulan bebas. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menahan diri dari pernikahan-yang-tak-diinginkan seperti mengikuti banyak majelis ilmu, berpuasa sunnah, dan sebagainya sesuai dengan anjuran agama.

Dan apabila kita merasa sudah kebeletmenikah, juga jangan terburu-buru mengambil keputusan. Alangkah lebih baik jika mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan seperti kedewasaan, finansial, kepercayaan diri, tanggungjawab, juga yang terpenting adalah restu orang tua. Pikirkan pula bagaimana kamu akan menjalani kehidupan yang sudah pasti 180 derajat berbeda dari sebelum pernikahan.

Bedakan pula kata "disegerakan" dengan "terburu-buru". Ini yang paling important. Jangan-jangan, kamu pengen nikah hanya karena tidak kuat lihat teman-temanmu pada nikah satu persatu? Atau, karena kamu nggak terima kalau mantanmu nikah duluan? Nah, lho. Jangan sampai menyesal nantinya, ya. Karena sejatinya menikah bukan karena siapa cepat siapa dapat, tapi siapa tepat pasti dapat.

Jadi, bukan berarti menikah muda itu baik atau buruk. it depends on you and your needed,dan calon teman hidupmu juga pastinya... Percuma dooongkamu ngotot nikah sedangkan yang mengajak atau yang diajak nikah belum ada, yakali mau nikah sendirian? Hehe.

And the last but not least, sesungguhnya tidak ada istilah terlambat menikah, juga tidak ada istilah terlalu cepat menikah. Menikah bukan ajang perlombaan, juga bukan aktivitas yang bisa dilakukan suka-suka. So, please get married precisely, not immediately. Oyi?

Sekian dan terima jodoh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun