Jika kita merasa belum siap menghadapi after-marriage-thingsseperti have a baby,mengurus keperluan rumah tangga, menafkahi istri dan anak, serta hal-hal lain yang dirasa belum mampu, mari kita terus memperbaiki diri dan sebisa mungkin menjauh dari pergaulan bebas. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menahan diri dari pernikahan-yang-tak-diinginkan seperti mengikuti banyak majelis ilmu, berpuasa sunnah, dan sebagainya sesuai dengan anjuran agama.
Dan apabila kita merasa sudah kebeletmenikah, juga jangan terburu-buru mengambil keputusan. Alangkah lebih baik jika mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan seperti kedewasaan, finansial, kepercayaan diri, tanggungjawab, juga yang terpenting adalah restu orang tua. Pikirkan pula bagaimana kamu akan menjalani kehidupan yang sudah pasti 180 derajat berbeda dari sebelum pernikahan.
Bedakan pula kata "disegerakan" dengan "terburu-buru". Ini yang paling important. Jangan-jangan, kamu pengen nikah hanya karena tidak kuat lihat teman-temanmu pada nikah satu persatu? Atau, karena kamu nggak terima kalau mantanmu nikah duluan? Nah, lho. Jangan sampai menyesal nantinya, ya. Karena sejatinya menikah bukan karena siapa cepat siapa dapat, tapi siapa tepat pasti dapat.
Jadi, bukan berarti menikah muda itu baik atau buruk. it depends on you and your needed,dan calon teman hidupmu juga pastinya... Percuma dooongkamu ngotot nikah sedangkan yang mengajak atau yang diajak nikah belum ada, yakali mau nikah sendirian? Hehe.
And the last but not least, sesungguhnya tidak ada istilah terlambat menikah, juga tidak ada istilah terlalu cepat menikah. Menikah bukan ajang perlombaan, juga bukan aktivitas yang bisa dilakukan suka-suka. So, please get married precisely, not immediately. Oyi?
Sekian dan terima jodoh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI