Bagi orangtua, berbagai masalah hidup baik yang muncul dari rumah tangga sendiri, pekerjaan, sampai masalah buah hati tak jarang membuat orangtua kehilangan kendali. Bahkan sering kali anak-anak yang menjadi sasaran pelampiasan orangtua, entah melalui sikap ataupun kata-kata yang tidak pantas untuk didengar anak. Hal kecil ini sangatlah penting untuk diperhatikan namun nyatanya sering terabaikan. Terkadang orangtua hanya menganggap itu adalah emosi sesaat, padahal mereka tidak tahu seberapa mengenanya perbuatan atau kata-kata tersebut pada anak.
Bagi anak-anak yang sering menimbulkan masalah, orangtua tetap saja tidak sepatutnya untuk melontarkan kata-kata yang dapat melukainya. Hal tersebut akan berdampak besar pada perkembangan mental dan sikapnya hingga ia beranjak dewasa. Ya, efek dari sebuah perkataan sangatlah besar. Bahkan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda bahwa lidah (lisan) ibarat sebilah pedang, yang mana dapat digunakan untuk kebaikan maupun keburukan. tidak hanya itu, masih banyak redaksi hadits lainnya yang membahas tentang pentingnya menjaga lisan.
Meskipun seringkali orangtua tidak bermaksud untuk melukai anaknya, terkadang orangtua melakukannya tanpa sadar. Beberapa kalimat yang terdengar tidak kasar pun terkadang memiliki makna yang dapat menghambat perkembangan anak. Oleh sebab itu, ada 9 jenis kalimat yang dilansir dari berbagai sumber di mana orangtua dilarang keras untuk mengatakannya kepada anak:
1. “Kenapa kamu tidak seperti saudaramu yang lain?”
Membanding-bandingkan anak dengan saudaranya yang lain sering kali tidak sengaja dilakukan oleh orangtua. Hal ini akan menimbulkan rasa ketidakadilan bagi anak dan meningkatkan persaingan antarsaudara yang kelak akan merusak hubungan keluarga. Terimalah setiap kelebihan dan kekurangan anak karena setiap dari mereka memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri. Bantulah anak untuk melihat kelebihan mereka dengan memfokuskan pada setiap individunya tanpa membandingkan dengan yang lain.
2. “Seandainya kamu tidak pernah ada di dunia ini”
Kalimat tersebut sangatlah fatal untuk diucapkan dan akan sangat menyakiti anak maupun orang lain yang mendengarnya. Kalimat tersebut mengandung makna bahwa “Ibu dan Ayah tidak menginginkanmu sama sekali”. Padahal terlepas dari masalah yang ada, anak diciptakan Tuhan dan hadir di dunia ini karena kehendak orangtua untuk memenuhi hasrat yang manusiawi.
Tidak ada kalimat yang lebih baik untuk menggantikan kalimat tersebut. Maka jangan sampai anak mendengarnya. Kemungkinan terburuk ketika anak mendengarnya adalah anak akan kabur dari rumah atau bahkan bunuh diri karena ia merasa keberadaannya tidak berguna.
3. “Kamu seharusnya punya malu”
Banyak orangtua yang menganggap bahwa dengan mengatakan kalimat tersebut, anak akan merasa malu dan mengubah sikapnya untuk lebih berhati-hati. Padahal anak-anak, terutama pada usia dini, belum dapat memahami rasa malu yang terjadi akibat kesalahan yang ia perbuat. Apabila orangtua sering mengatakan kalimat ini, kepercayaan diri pada anak akan rusak karena mereka berpikir bahwa segala sesuatu yang dilakukannya selalu salah.
4. “Kamulah yang menyebabkan ini semua terjadi”
Menyudutkan anak dengan kalimat tersebut tentunya akan membuat anak-anak menanggung beban emosional seumur hidupnya. Masalah yang ditimbulkan anak tentu tidak sepenuhnya karena kesalahan yang ia perbuat. Bisa jadi ada faktor lain yang menyebabkan anak demikian. Orangtua memang harus mengingatkan kesalahan anak, namun tidak dengan kalimat yang seperti itu. Pilihlah kalimat yang lebih halus sebelum mengatakannya pada anak, jangan sampai membuat mereka down dan putus asa.
5. “Kalau kamu nakal, Ibu akan meninggalkanmu di sini”
Kalimat tersebut sering digunakan orangtua untuk melarang anak supaya mereka patuh dan tidak banyak tingkah. Perlu diketahui bahwa ketakutan terbesar pada anak adalah ketika ia merasa tidak aman dan tersesat sendirian. Mengatakan kalimat tersebut sama saja dengan menanam biji “ketakutan” pada anak yang nantinya akan tumbuh sebagai rasa trauma.
Daripada mengancam anak seperti demikian, lebih baik katakan dengan kalimat yang mengandung ancaman secara halus. Misalnya ketika anak merengek meminta untuk dibelikan mainan pada saat berbelanja bersama, katakan kepadanya “Kalau kamu merengek terus, kita pulang saja ya. Tapi kalau kamu bersikap baik, kita akan berkeliling lagi untuk memilih barang yang akan dibeli bersama.”
6. “Ikuti saja apa yang Ibu katakan, jangan membantah”
Kalimat ini memang terdengar seperti perintah biasa. Namun sebenarnya kalimat ini memiliki makna, “Saya orang dewasa dan kamu hanya anak-anak” atau “Saya memiliki kuasa dan kamu tidak” atau bahkan “Saya yang berhak mengatur, kamu wajib mengerjakannya”. Penegasan yang demikian akan menciptakan jurang yang besar antara orangtua dan anak.
Gaya berbicara yang seperti ini akan menimbulkan rasa kesal dan kebencian kepada diri anak. Maka cobalah untuk menggunakan kalimat yang lebih baik untuk mengungkapkan perbedaan pendapat dengan anak, sehingga mereka akan merasa dihargai.
7. “Payah sekali, hanya begitu saja kamu tidak bisa”
Sudah jelas sekali bahwa kalimat di atas mengandung arti menyepelekan usaha anak. Meskipun terkadang orangtua melakukannya untuk membangkitkan motivasi, namun hal tersebut tidak baik untuk dilakukan. Ketika anak mendengar kalimat tersebut, maka akan tertanam pada dirinya bahwa ia tidak bisa dan tidak akan pernah bisa melakukannya. Selain itu, ingatlah bahwa perkataan adalah doa. Bisa jadi ketika orangtua mengatakannya, secara tidak langsung sama saja mendoakan anaknya agar tidak bisa melakukan hal tersebut selamanya.
8. “Pantas saja nilaimu jelek, terlalu banyak bermain sih”
Inilah yang sering dilupakan orangtua. Dunia anak adalah mutlak dunia bermain dan tidak dapat diganggu gugat. Sebelum kalimat ini terlontarkan, pastikan dahulu apakah orangtua sudah benar memilihkan mainan pada anak atau belum. Orangtua yang cerdas adalah orangtua yang tepat dalam memilihkan mainan yang mengedukasi dan mengasah kreativitas anak. Maka jangan salahkan benda mati yang bernama permainan itu ketika nilai anak tidak memuaskan.
Sebisa mungkin buatlah kesepakatan pada anak, kapan harus bermain dan kapan harus belajar. Dengan begitu, kalimat tersebut tidak akan pernah keluar dari mulut orangtua.
9. “Biarkan Ibu saja yang menyelesaikan”
Dalam kalimat tersebut barangkali orangtua bermaksud untuk membantu anak mentelesaikan pekerjaan yang sulit untuk dilakukan. Namun jika orangtua sering mengatakan hal ini, secara tidak langsung pekerjaan anak yang seharusnya bisa ia kerjakan sendiri malah diambil alih oleh orangtua. Hal ini justru akan melemahkan dan menjadikannya manja. Biarkan anak merasa kesulitan dan tertantang, jangan berikan bantuan sebelum ia merasa kewalahan. Justru dukunglah ia dengan kalimat seperti, “Ayo kamu pasti bisa!”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H