Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seven Prophetics Parenting

27 November 2016   14:09 Diperbarui: 27 November 2016   16:08 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab:21)

Ayat di atas mengandung makna bahwa Rasulullah SAW merupakan “the best figure” dalam segala bidang kehidupan, salah satunya dalam hal mendidik anak usia dini. Jika ditelusuri, akan ditemui banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits yang membahas tentang pentingnya pendidikan untuk anak sebagai penerus agama kelak. Hal yang paling utama untuk dididik pada anak adalah hatinya, kemudian otaknya. Sebab, didikan hati yang baik akan menjadikan anak memiliki akhlaq yang baik pula. Dan akhlaqul karimah tersebut dapat dicapai dengan melakukan 3 hal sederhana : mengembalikan anak kepada fitrahnya, mengarahkannya untuk berbuat kebaikan, dan menjauhkannya dari perbuatan yang dilarang oleh agama. Apabila orangtua maupun guru berhasil mendidik hati anak dengan baik, maka akan mempermudah “pendidikan otak” nya, in sya Allah.

Dalam mengasuh dan membesarkan buah hatinya, Rasulullah memiliki cara tersendiri yang sangat dianjurkan untuk diteladani. Hal ini sudah terbukti dengan berbagai kisah keberhasilan anak-anaknya yang membanggakan. Penasaran? Sila scroll ke bawah :)

1. Senantiasa memberi contoh yang baik

Sebagaimana redaksi ayat di atas, bahwa Rasulullah SAW merupakan kiblat tauladan umat Islam. Beliau memberi contoh untuk selalu berbuat kebaikan dihadapan keluarga, sahabat, maupun masyarakat. Pun dalam mendidik anak, Rasulullah SAW sangat menekankan poin ini sebab anak lebih sering melakukan imitasi terhadap lingkungan sekitarnya. Dan tidak diragukan lagi bahwa memberi contoh merupakan hal yang sangat efektif dalam mendidik anak. Lihat saja betapa tawadhu’ nya Ruqayyah RA (putri kedua Rasulullah SAW) atau begitu “so sweet” nya putri bungsu Rasulullah SAW, Fathimah RA yang selalu menyenangkan hati, tidak bosan-bosan merawat dan membersihkan luka ayahandanya ketika diserang kaum penentang. Dan yang perlu digarisbawahi, memberi contoh anak tidak sekedar lewat perbuatan saja. Tapi juga melalui perkataan maupun kisah-kisah teladan.

2. Mencari waktu yang tepat dalam memberi pengarahan

Ada 3 anjuran waktu terbaik dalam memberi pengarahan kepada anak, yakni :

- Ketika sedang dalam perjalanan

Dalam suatu perjalanan, anak akan merasa sangat antusias dan suasana hatinya senang sehingga berbagai stimulus akan mudah melekat. Sama halnya dengan menghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an, bahkan orang dewasa pun akan lebih mudah menghafal ketika suasana hatinya sedang baik, apalagi anak-anak.

- Ketika sedang makan bersama

Dalam penelitian modern, kinerja otak akan meningkat ketika seseorang sedang mengunyah. Untuk itulah ada anjuran belajar sambil mengunyah permen karet supaya materi ajaran lebih mudah diserap. Ternyata konsep tersebut sudah ada sejak zaman-menuju-kejayaan-dinnul-islam. Menasehati anak ketika ia sedang makan itu baik, tentunya dengan catatan tidak sampai merusak mood anak sehingga ia kehilangan selera makan.

- Diwaktu sakit

Sebagaimana kodratnya, sakit dapat melunakkan hati yang keras. Gunakan kesempatan ini untuk mengambil hikmah dari penyakitnya agar anak lebih berhati-hati dalam melakukan segala sesuatu di masa mendatang.

3. Bersikap adil

Setiap anak memiliki hak yang sama dalam keluarga. Untuk alasan apapun, orangtua tidak diperkenankan untuk pilih kasih kepada anak-anaknya. Bersikap adil akan mencegah timbulnya rasa cemburu terhada saudara kandung. Dan rasa cemburu akan berbuah banyak ketika ia beranjak dewasa. Bisa jadi ia akan melampiaskannya di luar lingkungan keluarga, suka mencari perhatian kepada orang lain, bersikap kasar, dan masih banyak lagi “buah-buah” negatif lainnya yang disebabkan oleh ketidak-adilan. Intinya, jangan mendzalimi anak. Bukankah pelaku dzalim adalah seburuk-buruk manusia?

4. Mendidik dan mengasuh secara step by step

Dalam menyampaikan hikmah, Rasulullah SAW selalu melakukannya secara berangsur-angsur, sebagaimana ayat-ayat suci Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT satu persatu sesuai dengan situasi dan kondisi pada masa kerasulan. Karena jika suatu hikmah diberikan secara menyeluruh, maka tidak akan semua tertangkap dalam hati. Untuk itu, mengasuh anak harus dilakukan secara telaten agar tidak ada yang sampai terlewatkan. Dan ingatlah selalu bahwa segala sesuatu butuh proses dan waktu.

5. Membantu dalam mengerjakan ketaatan

Di dalam kitab suci Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang berisi tentang pentingnya saling membantu sesama manusia dalam mengerjakan ketaatan. Hal tersebut juga berlaku dalam mengasuh anak. Mendampinginya dalam melaksanakan perintah agama harus dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan atau kekeliruan yang akan dibawa sampai ia dewasa.

6. Tidak mencela dan memarahinya

Rasulullah SAW tidak pernah sekalipun mencela maupun memarahi anak-anak. Ketika anak melakukan kesalahan, Rasulullah menasehatinya dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang namun tetap bersikap tegas dalam memberikan punishment terhadap anak tersebut agar tidak mengulang kesalahannya. Dalam ilmu perkembangan juga disebutkan bahwa perbuatan memarahi maupun mencela anak akan merusak sel-sel di otaknya. Sehingga jangan heran ketika anak yang dicela “bodoh” atau semacamnya akan menjadi “bodoh” sungguhan, itu bukanlah wujud dari kutukan namun memang berbahaya bagi perkembangan otak anak. Selain itu, memarahi anak justru akan membuat anak lebih bebal. Tidak percaya? Buktikan saja... eh jangan ding, hehehe.

7. Mendoakannya

Yang terakhir dan yang paling penting dari seluruh cara di atas adalah mendoakan. Anak yang tidak diiringi doa orangtuanya ibarat perkalian triliunan angka dengan angka nol, no sense. Maka, semakin banyak doa yang dipanjatkan orangtua untuk anaknya, in sya Allaah akan menjadikan anak lebih sholih-sholihah dan senantiasa dalam lindungan-Nya, aamiin. Salah satu doa orangtua untuk anak yang terdapat dalam Al-Qur’an yakni pada QS. Al-Furqon : 74

 رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."

Aamiin.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun