Mohon tunggu...
Afiandari Nur Ardiati
Afiandari Nur Ardiati Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik

Hello~

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Mengenal Sigit Budiarto, Sang Pencetak Prestasi dan Atlet Top Dunia

31 Januari 2022   14:12 Diperbarui: 31 Januari 2022   15:08 4405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hariyanto Arbi (kiri) dan Sigit Budiarto (kanan) mengejar shuttlecock. Foto: pbdjarum.org

Akhir tahun 2006, Sigit memutuskan keluar sekaligus pensiun dari Pelatnas.

Setelah pensiun sebagai pemain, ia kembali ke PB Djarum dan beralih profesi menjadi pelatih sektor ganda. Sigit mengaku sempat merasa gugup kala berhadapan dengan anak didiknya, lalu bingung menetapkan program.

Bersyukur, setahap demi setahap proses menjadi pelatih yang baik mampu ia lalui. Bahkan dirinya mampu mengantarkan anak didiknya, Arya Maulana Aldiartama/Edi Subaktiar meraih gelar juara Asia Junior Championships 2012 dan Edi Subaktiar/Melati Daeva Oktaviani meraih medali emas Kejuaraan Dunia Junior 2012.

Sigit memberikan instruksi kepada Edi/Arya. Foto: pbdjarum.org
Sigit memberikan instruksi kepada Edi/Arya. Foto: pbdjarum.org
Beberapa pemain yang pernah dilatihnya pun kini menjadi andalan di Pelatnas, salah satunya Kevin Sanjaya Sukamuljo.

Sigit Budiarto (kanan) memberikan arahan kepada Kevin Sanjaya Sukamuljo (kiri). Foto: pbdjarum.org
Sigit Budiarto (kanan) memberikan arahan kepada Kevin Sanjaya Sukamuljo (kiri). Foto: pbdjarum.org
Sederet pengalaman Sigit Budiarto, membuka pandangan bahwa prestasi sebagai olahragawan tak hanya terbatas di lapangan pertandingan saja. Sigit sendiri sukses mencetak skor sebagai pemain bulu tangkis, sekaligus sukses mencetak para generasi atlet yang baru dengan identitasnya sebagai pelatih.

Satu hal yang pasti, gelar juara Olimpiade Sydney 2000 tidak sempat terwujudkan saat dirinya masih menjadi pemain bulu tangkis.

Menyesakkan memang, namun Sigit merasa tidak perlu ada yang disesali karena semua itu harus dilalui dan dijadikan pelajaran untuk bangkit menata kariernya kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun