Mohon tunggu...
Afiah Septia Rahmah
Afiah Septia Rahmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

43221010106 - Nama Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.SI.Ak - Nama: Afiah Septia Rahmah - S1 Akuntansi - Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

A403 - TB 2 - Pencegahan Korupsi dan Kejahatan Pendekatan Paideia

11 November 2022   20:26 Diperbarui: 13 November 2022   14:54 1254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pencegahan Korupsi dan Kejahatan Pendekatan Paideia (Dokpri)

Pengertian Kejahatan dan Korupsi (Dokpri)
Pengertian Kejahatan dan Korupsi (Dokpri)
Sumber: Dokumen Pribadi

Apa itu kejahatan dan korupsi?

Penelitian mengenai bentuk tubuh dan tindakan kejahatan, telah dikemukakan oleh seorang Filsuf dari Perancis, yaitu Rene Descartes (1596 – 1650). Rene Descartes mengemukakan pendapatannya, bahwa sifat pikiran dan tubuh berbeda satu sama lain dan masing-masing diantaranya eksis dengan sendirinya. Descartes juga menyatakan mengenai pernyataan kesadaran “Aku Berpikir, Maka Aku Ada” atau “Co Gito Ergo Sum”, artinya manusia tidak dapat mengalihkan keberadaan pikirannnya saaat menggunakan pikiran tersebut sewaktu menyangkalnya. Jika dilihat melalui Pandangan Cartesian, dimana sulit untuk memecahkan antara psikiatri dan psikologi. Hingga, gangguan mental pada dasarnya juga harus memiliki akar fisik atau psikis. Kini, pernyataan Rene Descartes menimbulkan sebuah pertanyaan yang besar dan masih menjadi bahan perdebatan sampai saat ini, mengenai hubungan antara kedua struktur yang berbeda dapat berinteraksi secara kausal untuk membangkitkan manusia melalui gerakan dan sensasi tubuh sukarela.

Korelasi atau hubungan antara bentuk tubuh dan pikiran mengenai tipe menusia penjahat juga dikemukakan oleh Cesare Lombroso (1935 – 1909), yaitu salah satu orang pertama yang menjelaskan mengenai metode ilmiah dalam mempelajari kejahatan. Cesare Lombroso juga dikenal sebagai dokter, psikiater, penulis, dan sebagai pendiri antropologi kriminal, yaitu studi mengenai tubuh, pikiran, dan kebiasaan mengenai penjahat. Penelitian yang dilakukan oleh Lombroso didasarkan pada teori positivism yang dikemukakan oleh Auguste Comte (1798 – 1857). Sehingga teori Lombroso dijelaskan berdasarkan fakta, data, dan kecenderungan umum yang terjadi pada saat itu. Teori Lombroso, yaitu mengenai pelaku atavisik mendominasi pada perbincangan di Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Asia pada tahun 1880 hingga awal abad 20. Pada masa itu hingga Cesare Lombroso meninggal, banyak dari kritikus yang menyerang teori Lombroso dan banyak sekali dari mereka yang berpindah teori, hingga Lombroso mendapatkan ejekan mengenai teori dan pekerjaannya.

Melalui pandangan Lombroso, dijelaskan mengenai sisi biologis penjahat yang dilihat melalui rias fisik mereka dalam melanggar hukum. Diketahui bahwa penyebab utama dari kejahatan adalah atavisme, yaitu kebalikan dan kebiadaban. Penjahat diartikan sebagai proses kemunduran ketahap primitif dalam evolusi manusia. Ditinjau melalui salah satu buku pelajaran, bahwa penyebab orang Lombardia melakukan kejahatan adalah keturunan yang buruk, akan tetapi hal itu tidak menjelaskan hubungannya dengan atavisme.

Cesare Lombroso (Dokpri)
Cesare Lombroso (Dokpri)

Sumber: Dokumen Pribadi

Cesare Lombroso menyatakan mengenai pelanggar antara perempuan dan laki-laki, meskipun belum diketahui secara jelas mengenai pernyataan Lombroso ini. Lombroso menyatakan bahwa kepasifan pelaku berada pada perempuan (Barkan, 2001). Disisi lain, Lombroso juga menyatakan pada kejantanannya (Seigel, 1995). Tanpa menjelaskan lebih jauh mengenai dua hal tersebut, Cesare Lombroso mengemukakan bahwa penjahat terlahir mampu dikenali melalui karakteristik fisik tertentu. Karakteristik fisik yang dimaksud, yaitu telinga yang berukuran tidak seperti biasanya, wajah yang tidak simetris, lengan panjang, dahi miring, dan lainnya. Sejatinya penjahat adalah mereka yang dapat menyembunyikan pensonanya dihadapan publik, dan sebagaian dari mereka termasuk kedalam progrant. Progrant diartikan sebagai kemampuan atau keunggulan dari bagian bawah wajah untuk menunjukan perkembangan otak yang lebih rendah dan dahi yang menyurut. Dijelelaskan dengan tepat oleh Lombroso bahwa jenis kriminal adalah progrant dan surut dahi, yaitu mendekati jenis antropid.

Cesare Lombroso juga menjelaskan mengenai bagaimana mengantisipiasi genetik kejahatan. Sebuah teori menyatakan bahwa faktor keturunan dapat berinteraksi dengan lingkungan guna menghasilkan individu yang melahirkan potensi untuk menyinggung. Hal tersebut memiliki kemiripan dengan pernyataan Lombroso saat menganalisis bagaimana cara faktor sosial, keturunan, dan lingkungan dapat saling berinteraksi melahirkan penjahat dan kejahatan.

Jika ditinjau secara etimologis, kriminologi dilahirkan dari kata crimen, yaitu kejahatan, dan logos berarti pengetahuan. Dapat disimpulakan bahwa kriminologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai kejahatan. Dilihat secara umum, kriminologi atau kejahatan adalah suatu tindakan atau perilaku yang diperbuat oleh seseorang, dimana tindakan atau perilaku yang dilakukan melanggar aturan atau hukum yang berlaku, hingga pelaku tersebut dijatuhi hukuman yang sesuai dengan tindakan atau perilaku yang diperbuat. Dalam menjelaskan arti kejahatan, Plato mengakatakan bahwa “Manusia adalah sumber dari banyak kejahatan”. Begitupun dengan Aristoteles yang menyatakan bahwa “Kemiskinan menimbulkan kejahatan dari pemberontakan, dan kejahatan besar tidak dilakukan untuk mendapatkan keperluan hidup, tetapi untuk kemewahan”. Oleh karenanya, kehidupan manusia akan selalu berdampingan dengan kejahatan.

Pada mulanya, pemahaman mengenai arti kejahatan dan penyebab seseorang melakukan kejahatan sudah dikemabangkan sedari lama oleh beberapa filsuf Yunani Kuno, seperti Plato dan Aristoteles. Dilansir dalam buku Republiek, Plato memberikan pernyataan bahwa emas dan manusia adalah sumber dari kejahatan. Arti dari pernyataan tersebut adalah semakin tinggi pandangan manusia akan kekayaan, maka semakin menurun penghargaan manusia terhadap kesusilaan. Tidak dapat dipungkiri, bahwa setiap negara memiliki tingkat kemiskinan yang berbeda dan tingkat kemiskinan tersebut terbilang tinggi, hingga kondisi tersebut dapat melahirkan penjahat yang beragam. Dijelaskan pula kedalam buku De Wetten, Plato memberikan pernyataan bahwa jika dalam tatanan masyarakat tidak ada perbandingan antara kaya dan miskin, maka kesusilaan akan menjadi hal tertinggi yang terjadi, hal tersebut karena tidak adanya takabur, iri hati, dengki, dan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun