Mohon tunggu...
Nur Afiah
Nur Afiah Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Menyukai bacaan non-fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

#5 Rayuan Perempuan Gila

15 Oktober 2023   08:23 Diperbarui: 15 Oktober 2023   08:38 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Canva (Diolah Penulis)


Suasana ruang guru masih begitu sunyi. Kamu sengaja berangkat pagi, sejak semalam kamu benar-benar kacau sampai-sampai memejamkan mata saja enggan kamu lakukan.

Baru saja pintu terbuka lebar, aroma busuk langsung menghujam indra penciumanmu. Dengan cepat tanganmu menutup hidung dan pandanganmu tertuju pada meja milikmu.

Memastikan benda asing di atas meja itu, kamu buru-buru mendekat. Sebuah kotak yang tidak tertutup rapat itu membuatmu bisa mengintip isi di dalamnya.

Bangkai tikus tanpa ada apa-apa lagi.

Lekas kamu ambil kotak itu dan membuangnya ke tempat sampah. "Tumben sekali Bu Arimbi sudah sampai, baru jam setengah enam!"

"Pak, apa kemarin sepulang sekolah atau malamnya ada siswa yang masuk ke ruang guru?"

Pria di hadapanmu itu lekas menggeleng. Dia melirik ke arah tempat sampah dengan menutup hidungnya. "Ada bangkai, Bu?"

"Ya!"

"Astaghfirullah, kayaknya karena kemarin saya sebar racun tikus!"

Kamu lekas berlalu meninggalkan pria yang masih berada di dekat tempat sampah itu. Raut wajahmu menunjukkan ketidakpuasan atas ucapan pria tadi.

Tanganmu dengan cepat mengambil ponsel di dalam tas dan menghubungi seseorang.

Berulang kali panggilanmu terabaikan, baru setelah satu guru masuk panggilan itu diterima.

"Halo!"

"Bu Arimbi tumben sudah sampai!"

Tanpa menjawab pertanyaan basa-basi itu, kamu memilih keluar dari ruang guru.

Suasana sekolah masih begitu sepi. Baru ada dua siswa yang datang ke sekolah. "Di mana?" tanyamu saat panggilan itu masih tersambung.

"Saya tahu bangkai tikus itu ulah kamu. Cepat ke sekolah atau saya akan buat kamu menyesal, Arles!" Setiap ucapanmu penuh penekanan.

Satu sudut bibirmu terangkat sebelum akhirnya kamu memutuskan mengakhiri percakapan itu.

***

Sudah sepuluh menit kalian sama-sama saling diam. Setelah jam istirahat berdentang dan semua siswa keluar dari kelas, sengaja kamu meminta satu siswa untuk tetap di kelas.

"Jadi ...."

"Kenapa Ibu menuduh saya melakukannya?" Dahimu berkerut dengan tatapan tidak pernah lepas kepada siswa di hadapanmu itu yang terlihat tetap tenang. "Apa karena kemarin cinta saya ditolak, Ibu jadi menuduh saya? Konyol sekali."

Kamu menjadi geram, raut wajahmu menegang. Jawaban dari siswamu itu membuatmu kesal.

"Hanya kamu yang bisa melakukan itu, Arles!"

Dia menggeleng lalu memilih berdiri. "Mau ke mana? Saya belum selesai bicara!"

"Percuma bahas hal yang saya sendiri enggak lakukan. Bu Arimbi mudah sekali menuduh saya melakukannya hanya karena saya siswa yang suka buat masalah dan baru saja ditolak cintanya!"

Siswa itu pergi begitu saja meninggalkanmu dalam kesunyian.

Sesekali kamu menghela napas kasar, guratan di wajahmu terpancar jelas. "Siapa?" gumammu mencari jawab.

"Tadi ada yang mengintip!" Kamu tidak sengaja melihat seseorang mengintip dari jendela, tetapi tidak jelas siapa orangnya. Saat keluar kelas pun hanya ada dua orang siswi yang sedang sibuk membaca buku.

"Bu Arimbi pasti belum makan siang, saya belikan ini. Anggap saja sebagai ucapan terima kasih karena tuduhan tadi!" Siswa yang tadi meninggalkan kamu kembali dan menyerahkan sebungkus roti dan air mineral.

Siswa itu pergi begitu saja setelahnya. Membuatmu mematung, mengabaikan tatapan dari siswi yang berada di dekat kelas. "Bukan Arles orangnya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun