Mohon tunggu...
A Afgiansyah
A Afgiansyah Mohon Tunggu... Dosen - Digital communication specialist

Praktisi dan Akademisi Komunikasi Media Digital dan Penyiaran. Co-Founder Proxymedia.id // Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Mercubuana, Universitas Indonesia, dan Universitas Paramadina

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tukang Kayu dan Joko Widodo, Kritik Tersembunyi dalam Satire Politik Tempo

14 Agustus 2024   15:50 Diperbarui: 14 Agustus 2024   15:50 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fakta dari beberapa pemberitaan ini mengonfirmasi konten animasi satir yang dirilis oleh Koran Tempo dengan menggunakan metafora Jokowi sebagai "tukang kayu".

Asal-muasal Citra Presiden Jokowi sebagai Tukang Kayu

Untuk lebih memahami makna dari metafora "tukang kayu" yang digunakan oleh Koran Tempo, penting untuk melihat kembali latar belakang Jokowi yang sering kali dikaitkan dengan pekerjaan sebagai tukang kayu. 

Dalam artikel Detik.com yang dirilis pada 2014, berjudul "Bukan Tukang Kayu Biasa: Ini Perjalanan Jokowi ke Kursi Istana," Jokowi digambarkan sebagai seorang pengusaha mebel sukses yang memulai karirnya dari bawah sebagai tukang kayu. Artikel tersebut menyoroti bagaimana pekerjaan ini membentuk karakter Jokowi, terutama dalam hal ketekunan, keterampilan dalam merancang dan membangun, serta pendekatan pragmatis dalam menyelesaikan masalah (detiknews, 2014).

Latar belakang Jokowi sebagai tukang kayu bukan hanya kisah tentang asal-usul yang sederhana, tetapi juga simbol dari kemampuan untuk "membangun" dari dasar dan "merombak" sesuai kebutuhan. 

Ini memberikan konteks lebih dalam pada metafora yang digunakan oleh Tempo, di mana Jokowi digambarkan bukan hanya sebagai tukang kayu biasa, tetapi sebagai sosok yang memiliki kekuatan dan kecerdasan untuk merombak struktur kekuasaan di Indonesia, sebagaimana ia membangun bisnis furniturnya dari awal.

Penyematan status "tukang kayu" pada masa-masa awal pemerintahannya tampak sebagai citra positif bagi Jokowi. Ini dapat tercermin dari artikel yang dipublikasikan oleh Detik.com 10 tahun sebelum isu ini muncul di mana Presiden Jokowi digambarkan sebagai pemimpin dengan latar belakang pekerja keras serta representasi dari rakyat biasa.

Komparasi dengan Pemberitaan Kompas

Sebagai pembanding, Harian Kompas yang merilis laporan pada 12 Agustus 2024, memberikan pendekatan yang lebih netral dalam menyoroti pengunduran diri Airlangga Hartarto. Kompas menyoroti tekanan yang mungkin dihadapi oleh Airlangga, termasuk pemanggilan oleh Kejaksaan Agung terkait dugaan korupsi. Meskipun tidak menggunakan metafora atau satir seperti Tempo, pemberitaan ini tetap menunjukkan adanya dinamika besar di balik pengunduran diri tersebut, menyoroti isu Munaslub dan pertanyaan seputar kepemimpinan di Golkar (Antonius Ponco Anggoro, 2024).

Kompas memilih untuk tetap fokus pada pelaporan faktual tanpa menyampaikan kritik terselubung, menunjukkan bagaimana media yang berbeda dapat memilih cara yang berbeda dalam membingkai peristiwa yang sama. Sementara Tempo menggunakan metafora "tukang kayu" untuk mengkritik Jokowi, Kompas memilih untuk menyoroti fakta-fakta yang ada tanpa memberikan interpretasi yang kental dengan simbolisme.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun