Apakah ini yang menyebabkan dirinya dipersekusi? Bisa jadi. Jika benar, kita harus prihatin kepada masyarakat Indonesia yang sulit menerima wacana berbeda dari pemikiran masyarakat pada umumnya. Jangankan diskusi, menerima fakta pun sulit.
Sebagai contoh pandangan Ade Armando soal perintah salat 5 waktu tidak ada dalam Al-Qur'an. Pada dasarnya Ia mengungkapkan fakta. Rincian mengenai salat mulai dari tata cara hingga waktu-waktu salat termaktub dalam hadis Nabi Muhammad SAW. Al-Qur'an sendiri menyerukan perintah salat dengan memberikan beberapa keterangan waktu salat pada ayat-ayat terpisah.
Ade Armando mungkin saja salah mengenai pandangannya. Namun tentunya itu tidak buru-buru disebut sebagai melecehkan agama. Perlu dilihat konteks sehingga pandangan tersebut dimunculkan. Jika masyarakat kita bisa terbuka terhadap diskusi, perbedaan pandangan bisa diselaraskan tanpa perlu melakukan kekerasan.
Sampai dengan pukul 8 malam 11 April 2022, Ade Armando masih trending di Twitter dengan 75.000 lebih jumlah posting. Di antara puluhan ribu tweet itu, cukup dominan orang-orang yang berpikiran terbuka tentang perbedaan pendapat bukan berarti berujung dengan kekerasan.
Seperti tweet dari @mirsyada98 menyebutkan, "I disagree with some of his opinions, even think some of them are problematic. However, Ade Armando doesn't deserve this. The police (cc &@DivHumas_Polri) must find the perpetrator." Ia menyampaikan bahwa dirinya tidak sependapat dengan beberapa pemikiran Ade Armando. Sebagian di antaranya bahkan bermasalah. Namun menurutnya Ade Armando tetap tidak layak memperoleh perlakuan kekerasan. Ia meminta polisi untuk menemukan pelakunya.
Pemikiran seperti ini perlu diberi penghormatan dan disebarluaskan. Masyarakat Indonesia perlu berpikiran terbuka. Perbedaan pendapat bukan hal yang tabu sementara tindak kekerasan harus dihindari. Jika perbedaan pendapat diselesaikan dengan tindak kekerasan maka kita sama saja dengan masyarakat tanpa adab.
Penghormatan Saya berikan kepada Ade Armando yang berani menyuarakan pemikiran-pemikiran berbeda dari masyarakat pada umumnya. Dalam masyarakat yang masih rentan polarisasi dan main hakim sendiri, ini bisa jadi tindakan heroik seperti yang terjadi pada beliau pada demo 11 April.
Semoga saja tindakan kekerasan yang diterima Ade Armando menjadikannya sebagai martir dalam menyuarakan pendapat. Peristiwa ini mudah-mudahan jadi pemicu terbukanya dialog dan berakhirnya tindak kekerasan karena perbedaan pendapat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H