Sekitar 20 tahun lalu, Saya jadi salah satu mahasiswa Ade Armando di Universitas Indonesia. Saya ingat beliau mengajar mata kuliah Sosiologi Komunikasi. Ini mata kuliah teori yang membosankan, namun Ade Armando berhasil membawakannya dengan ringan hingga Saya menyukai kuliah ini. Sangat disesalkan bagaimana demo 11 April 2022 membawa petaka buat beliau.
Ade Armando jadi salah satu dosen favorit pada masa Saya berkuliah di jurusan Komunikasi, Universitas Indonesia. Ia dikenal dekat dengan mahasiswa. Kita memanggilnya "Bang Ade". Ilmunya pun mumpuni. Beliau punya punya banyak referensi sehingga kuliah-kuliah teori jadi lebih mudah dipahami. Melihat bagaimana Ade Armando dihajar massa pada demo 11 April membuat Saya merasa sedih. Namun yang lebih sedih lagi, bagaimana aksi ini ikut diselebrasi di media sosial.
Menjelang waktu berbuka puasa di Jakarta bersamaan dengan demo 11 April, Ade Armando trending di twitter. Foto dan video bagaimana Ade Armando dihajar massa, dipukuli hingga hampir ditelanjangi ramai tersebar.Â
Di antara foto-foto itu, terselip foto pasca kekerasan Ade Armando setengah telanjang. Foto ini pun diselebrasi sambil menyumpahi. Ini sangat memprihatinkan. Bukan hanya massa di lapangan, tapi di media sosial pun masih berlanjut aksi serampangan.
Kenapa Ade Armando Dipersekusi?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti persekusi adalah pemburuan sewenang-wenang terhadap seseorang atau sejumlah warga, dan kemudian disakiti, dipersusah, atau ditumpas. Tindakan persekusi yang dilakukan bisa berupa penyiksaan atau penganiayaan tanpa memandang kemanusiaan lagi.
Lalu pertanyaannya kenapa Ade Armando dipersekusi? Di twitter, Saya temukan satu video bagaimana beberapa orang berteriak-teriak menyumpahi Ade Armando. Video ini diposting oleh @kotakpandora5 degnan tweet, "Keciduk !! Ade Armando digeruduk emak-emak di Aksi 11.4." Salah satu suara perempuan terdengar sangat jelas menyumpahi dengan nada tinggi, "bulan puasa! Munafik, pengkhianat, penjilat. Sadar kamu sadar! Sadar bulan puasa!
Ade Armando memang kerap vokal baik di media massa maupun di media sosial. Ia kerap membawakan suara "anti mainstream" yang berbeda dengan pemikiran orang pada umumnya. Salah satu yang cukup kontroversial mengenai perintah salat 5 waktu bagi umat Islam tidak ada dalam Al-Qur'an.