Banyak berapa orang menjadi jatuh.
Menjadi lemah apa itu patuh.
Seberapa kerasnya hidup melalui logika.
Lupa janji timbullah derita.
Teraput selisih umur jauh.
Bercinta serius untuk utuh.
Tapi itu masa lalu.
Kenang indah bersamanya dahulu.
Aku sedikit memanipulasi itu.
Karena pembodohan dengan otak hantu.
Entah kenapa terpaut hingga begitu.
Cukup semangat itu tentu.
Aku adalah anak korban bodoh sicerai.
Penilaian semena-mena sayang atau cinta.
Mungkin mereka akan menyadari.
Kesalahan terbesar menjadi sebuah derita.
Untuk aku tetap teguh.
Anak semata wayang entah tujuan.
Semoga ini tak berpengaruh.
Untuk masa depan dan tujuan
Semangat adalah pasti.
Loyalitas otak itu harus kulalui.
Untuk kau yang terjadi ini.
Tuhan menjaminmu dikemudian hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H