"Peristiwa wisuda ini memang sesuatu yang harusnya kita syukuri. Karena merupakan satu kenikmatan dari Alah SWT". Begitu yang disampaikan Abah K.H. Mohammad Idris Djamaluddin dalam pembukaan sambutanya di acara Wisuda Purna Siswa Ke-9 Madrasah Fattah Hasyim (Jombang, 28 April 2024).
Nikmat itu ada yang berupa nikmat dhohir ada yang berupa nikmat bathin. Nikmat dhohir akan hilang, akan sirna. Tapi yang kekal abadi dan bermanfaat adalah nikmat bathin. Salah satu bagian dari nikmat bathin adalah mendapatkan ilmu yang manfaat.
"Kalau boleh saya sebutkan secara lengkap, nikmat bathin atau nikmat yang haqiqi itu ada empat, yaitu; mendapatkan rasa taqwa kepada Allah, mendapatkan ilmu yang manfaat, dikaruniai Allah untuk bisa beramal dengan ikhlas, dijemput oleh malaikat izroil dengan keadaan khusnul khotimah". Tambah Beliau.
Mengenai kemanfaatan ilmu, Abah Idris kemudian sedikit mengenang bahwa setiap kali Muwadda'ah Madrasah Muallimin-Muallimat, Beliau seringkali mendengar almaghfurlah almarhum KH. Sulthon Abdul Hadi berpesan kepada walisantri/walimurid untuk sama-sama mendo'akan anak-anak agar memiliki ilmu yang manfaat dan menjadi anak yang soleh. "Lulus atau prestasi itu hanya sebagian kecil saja dari keberhasilan. Keberhasilan yang sesungguhnya adalah kalau anak-anak kita memiliki ilmu yang manfaat," imbuh Beliau.
Hal ini selaras dengan pesan Ayah dari Abah Idris, almarhum almaghfurlah Romo KH. Moch. Djamaluddin Ahmad kepada santrinya, bahkan kepada putra-putrinya sendiri, "nak, Abah nggak pengen kamu jadi anak yang pinter-pinter. Tapi Abah kepingin kamu membawa ilmu yang manfaat".
Kisah Hebat Sahabat Pendosa Yang Berhasil Mengamalkan Satu Kalimat Dari Nabi
Abah K.H. Mohammad Idris Djamaluddin kemudian menceritakan suatu kisah yang terjadi pada Zaman Nabi, "dulu, zaman Rosulullah SAW, terdapat seorang sahabat yang punya pekerjaan tidak baik; ia suka mencuri. Suatu subuh dia datang ke masjid dan ikut jamaah bersama Nabi Muhammad SAW. Karena pekerjaannya seperti itu, maka ia datang ke masjid sambil memantau apakah ada sesuatu yang bisa ia curi. Jadi ceritanya ini ada satu sahabat yang belum bisa meninggalkan pekerjaan buruknya,"
Setelah jamaah sholat subuh, Kanjeng Nabi tidak langsung pulang. Tetapi beliau membalik badan dan kemudian menghadap jamaah lalu mengaji panjang sekali. Sepanjang apa yang disampaikan Nabi dalam pertemuan itu, yang diingat oleh sahabat satu ini hanya sebaris kalimat saja. Karena kalimat ini persis sekali dengan keadaan yang menimpa dirinya. Nabi bersabda: . Siapa yang bertekad meninggalkan harom, pasti akan mendapatkan rizqi yang halal. Karena berkaitan langsung dengan dirinya, kalimat itu jadi sangat melekat di dalam hatinya dan menjadi ilmu.
Sesampainya di rumah, sahabat tadi langsung mengamalkan ilmu itu. Makanan yang ada di seantero rumahnya tidak ia makan, sebab semua makanannya adalah hasil curian. Lantas dia menunggu janji itu, ia menunggu datangnya halal. Dia berfikir kalau meninggalkan haram, halalnya pasti akan datang secara langsung. Sampai satu hari, dua hari, ia tunggu sampai empat hari ternyata halal itu belum juga datang. Di hari kelima, ia tidak kuasa menahan lapar dan keluar untuk mencari sasaran lagi.
Setelah sekian waktu, kemudian ia menemukan satu rumah yang sangat besar. Ia kelilingi rumah itu, ternyata pintu belakang tidak terkunci. Sahabat tadi masuk lewat pintu belakang. Disana ia menemukan dapur yang sangat luas, ada pula meja yang sangat besar disana.
Kemudian di atas meja itu ada hidangan yang super lengkap. Dibungkuslah hidangan itu. ketika ia sudah akan membawa bungkusan itu, di dalam telinganya terngiang suara Rosulullah SAW: . Diapun tidak jadi membawa bungkusan itu. Inilah ilmu manfaat, walau sedikit. Ilmu yang hanya satu kalimat itu akan selalu meresap di dalam jiwanya.
Begitu ia akan keluar, ternyata ia tertarik untuk melihat-lihat dekorasi rumah itu. Begitu banyak hiasan rumah yang berupa emas dan berlian, indah sekali. Ia copoti semua itu dan ia dibungkus. Ketika akan ia bawa keluar, ternyata suara Rosulullah terngiang kembali di dalam telinganya: . Akhirnya ia tidak jadi mengambil perhiasan itu.
Ketika ia mau pulang, ada salah satu pintu kamar yang terbuka karena memang tidak dikunci dan terkena angin. Dilihatnya ada seorang perempuan. Ternyata pemilik rumah itu adalah janda muda yang ditinggal mati suaminya, cantik, belum punya anak, dan punya warisan yang sangat banyak. Hatinya kemudian berdegub, ia masuk kamar, duduk di pinggir ranjang dan menyentuh pelan-pelan kaki si janda yang terbaring itu. Tiba-tiba terngiang lagi suara Rosulullah SAW: .
Singkat cerita, akhirnya ia pergi dari rumah itu dan langsung menuju masjid. Karena waktu itu memang sudah subuh, ia lantas ikut jamaah tepat dibelakang Rosulullah.
Setelah jamaah, dan para sahabat pulang, ternyata perempuan pemilik rumah besar tadi ikut jamaah. Ia datang menemui Rosulullah, "Ya Rosul, saya sekarang sudah tidak berani di rumah sendirian, sebab tadi malam saya kedatangan seseorang. Makanan di rumah saya sudah dibungkus, seluruh perhiasan saya juga sudah siap ia bawa, malah ia masuk kamar saya".
Kemudian Rosulullah bertanya: "kamu tau siapa dia?"
"Tau, ya Rosul. Itu orangnya lagi wiridan disebelah sana".
Rosulullah kemudian memanggil laki-laki itu. "Hai laki-laki. Benar kamu tadi malam masuk ke rumah perempuan ini?"
"Betul, Yaa Rosul"
"Kamu sudah membungkus semua makanan di rumah perempuan ini, kenapa tidak kamu bawa?"
"Saya ingat sabdamu waktu ngaji kemaren subuh: "
"Mengapa perhiasan-perhiasan tidak kamu bawa juga?
"Saya ingat ngaji kemaren itu, yaa Rosul: "
"Kenapa kamu tidak melakukan kekejian terhadap perempuan ini padahal kesempatan itu sangat lebar dan perempuan ini tidak bisa apa-apa?"
"Saya ingat ngaji kemaren, ya Rosul: ".
Kemudian Rosululah bilang kepada perempuan tadi, "supaya kamu aman, maukah kamu saya carikan suami?"
"Mau Ya Rosul. Dengan siapa?"
"Ini, laki-laki ini. Yang datang kepadamu malam itu. Dia santri yang soleh, ilmunya manfaat. Ilmu hanya sebaris kalimat ia pegang terus dan ia amalkan betul, merasuk kedalam jiwanya".
Singkat cerita, akhirnya dijodohkan oleh Rosulullah dan keduanya menikah.
Begitu sudah masuk rumah, dipersilahkan makan oleh istrinya. "Mas, monggo dahar"
"MasyaAllah, . Kalau saya makan tadi malam, ini harom. Sekarang halal".
"Mas, itu ada banyak perhiasan. Kalau butuh dijual, silahkan dijual".
"MasyaAllah, Subhaanalah. Kalau tadi malam perhiasan itu saya bawa, harom. Sekarang halal".
"Ayok Mas, kita ke kamar".
"Alhamdulillah. ".
_____
"Jadi, yang patut disyukuri adalah kalau kita memiliki anak ilmunya manfaat. Itu berarti kita dan anak-anak kita memiliki nikmat bathin yang hakiki". Lanjut Abah Idris setelah bercerita panjang.
Sebagai pungkasan, Beliau kemudian dawuh "Saya ingat dawuhnya Romo Kiai Abdul Djalil; selama wong tuomu jek iso nyekolahno, sekolah-lah setinggi-tingginya. Kalau bisa, kamu sekolah dimana saja jangan sampai jauh dari pondok. Artinya tetap bertempat di pondok pesantren. Di Jogja, silahkan cari pondok di sana. Di Surabaya, di Malang, silahkan cari pondok disana. Itu insyaAlah akan menyelamatkan aqidah dan akhlak. Jadi ibaratnya pengetahuan di tingkatkan, tapi aqidah dan akhlak tetap dijaga. Dan itu akan terjaga kalau senantiasa dekat dengan para Kiai".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H