Mohon tunggu...
Affa Esens
Affa Esens Mohon Tunggu... Lainnya - @affa_esens

*ما حفظ فر، وما كتب قر*⁣ Bahwa, apa yang kita ingat-ingat saja, pasti akan lari (lupa). Dan apa yang kita tulis, pasti akan kekal.⁣ #bukutentangjarak #bukutuanrumah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Abid dan Puisinya

17 Juli 2022   01:03 Diperbarui: 17 Juli 2022   01:11 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca buku ini membuat saya ingat betapa perjuangan melawan diri sendiri begitu berat. Dan Tuhan, dengan segala karuniaNya, selalu menawarkan jalan. Kalau boleh saya katakan, Abid termasuk beruntung. Ia mau menulis, tentu ia mau membaca, berarti ia telah berani menempuh jalan lapang yang termaktub dalam al-Qurn: Iqra'.

Kehadiran buku 'Silakan' bakal menjadi pembahasan intim dalam kurun waktu beberapa hari di kepala saya. Sebab tema puisi yang ia tuliskan berhasil menjadi memorabilia. Seperti ketika setiap kata dari 18 babak puisi 'Yajunnu' berhasil mendetakkan memoar yang telah lama kehilangan akar.

Yang hilang telah tergantikan

Duka telah menjadi suka

Engkau hadir dalam semesta cinta.

Selain itu, ia dan saya hampir sama. Juga dengan sederet nama karib pecinta puisi yang beberapa sudah jadi alumni. Menjalani puisi. Jika tidak salah, puisi punya banyak ruang keniscayaan, ia menjadi washilah ketabahan, ia juga yang menjadi lantaran rasa syukur atas yang nyata dan ketidaknyataan, ia pula yang sanggup menjembatani sesuau yang sukar diterjemahkan.

Bukan banyaknya masalah

Yag membuat kita tak betah tuk melanjutkan

Melainkan satu sama lain

Yang bungkam tak ingin bersuara

Setiap halaman saya baca hati-hati, sebab kedalaman puisi Abid menjadikanya semacam instruksi agar tidak tergesa-gesa menjalani apapun; termasuk membacanya. Ia paham, bahwa puisi tidak suka ketergesaan. Seperti ketika Eyang Sapardi menuliskan puisi paling fenomenal Dongeng Marsinah selama tiga tahun. Terlepas dari itu, buku ini sepertinya memang mempersilakan kita - dengan amat sopan -- untuk membersamai cerita yang ada didalamnya. Meski selepas tuntas saya baca buku apik ini (sambil menerka hakikat perasaan yang ia ampu), agaknya pertanyaan-pertanyaan terus mengepung sampai nanti benar-benar ada jawabannya; ada yang menjawabnya.

dokpri
dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun