Dan yg paling memilukan adalah, ketika Kepahlawanan SeorangFrans Kaisepo (pahlawan nasional dari tanah Papua) dipertanyakan karena alasan Agamanya.Â
Itu sangat menyakitkan bagi kami disini, sehingga saya sering mempertanyakan dimanakah rasa ke-Indonesiaan kita?
Mungkin bagi saudara2 yg tinggal di Sumatra dan Jawa yg mayoritas beragama Islam, dapat dengan mudah sekali dan tidak perlu berfikir panjang mengucapkan kata2 "k----" baik di ceramah2 di depan publik maupun di Media sosial.Â
Sementara itu kami di Tanah Papua, kami setiap hari bergaul bersama saudara2kami non Muslim, kami punya tetangga, pimpinan, bawahan, pelanggan, teman hobby, teman nongkrong non Muslim, dengan kata lain, kalau kami terpeleset dijalan, kami tidak perlu tahu agama orang yg menolong kami, demikian juga sebaliknya.
Tapi seiring kemajuan teknologi, suara2 di bagian barat sana juga terdengar sampai di bagian timur ini, baik itu di Facebook, youtube dsb. Kata2 "k----" itu sampai juga di telinga kami disini dan itu berlebihan.
Saya sering bertanya dalam doa Kepada Allah SWT, apakah saya memang harus mengatakan kata2 "K----" yang menyakiti perasaan sahabat2 saya, walaupun dalam Alquran dikatakan begitu?
Atau bolehkan saya mencari kata2 lain untuk menjaga perasaan sahabat2 saya yg non Muslim?
Kita semua tahu bahwa Jawaban dari pertanyaan saya ini sudah tersedia di dalam riwayat hidup Rasulullah SAW, baik di Sunnah maupun di Hadist. Sehingga saya lebih memilih menjaga perasaan dan hubungan baik dengan sahabat2 saya yg saya cintai. Karena Luka saudara saya adalah luka saya juga.
Secara pribadi, saya merasakan Benih2 perpecahan mulai terasa,karena hidup dalam keberagaman begitu mudah terbelah.
Tapi itulah Indonesia yg telah teruji persatuannya sehingga kami semua disini tetap bekerja keras menjaga persatuan, toleransi dan perdamaian ditanah papua dan juga Indonesia. Saya secara Pribadi berterimakasih kepada Bapak2 dan Ibu2 Pendeta, Kepala Suku dan semua Masyarakat Papua yg telah menjaga kami yg minoritas dengan baik dan penuh cinta kasih.
Hidup sebagai minoritas mengajarkan saya akan pentingnyatoleransi dan indahnya keberagaman.Â
Saya bersyukur sekali sempat tinggal di Papua dengan keberagaman yg ada. Merasakan menjadi Orang Indonesia Sebenarnya, bersatu dalam keberagaman.Â
Dan akhir kata, Saya berjanji untuk tidak akan merusak keindahan ini dan tidakakan mengatakan kata2 "K----" kepada saudara2 yg saya kasihi/rahmandan sayangi/rahim. Karena itu juga menyakitkan buat saya. Insya Allah.
Afdillah, 27 Des 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H