Mohon tunggu...
afdillah_chudiel
afdillah_chudiel Mohon Tunggu... -

Sosiolog, Penulis Buku: "Sekolah Dibubarkan Saja!" kunjungi : http://afdillahchudiel.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jurus “Licik” Ahok Demi DKI 1

23 Februari 2016   21:40 Diperbarui: 24 Februari 2016   05:07 1399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi ada kekuatan yang tidak bisa diremehkan dari Ahok. Relawan terselubung yang di sebut PNS. Banyak memang PNS yang tidak suka dengan Ahok. Tetapi budaya di birokrat itu adalah “atasan selalu benar”, kalau tidak mau ikut atasan, siap-siap dimutasi ke tempat paling menyedihkan. Jika tidak percayam, silahkan tanya kepada teman -teman PNS .

Ahok tinggal mengumpulkan para pejabat, mulai dari para walikota, kepala dinas dan kepala badan. Serta, menginstruksikan untuk mengamankan suara buat ahok melalui kerja di lapangan dan kampanye-kampanye terselubung. Siapa yang berani membantah? Suara pimpinan adalah suara tuhan.

Bagi pejabat-pejabat tersebut, tidak ada salahnya mengamankan suara buat Ahok dengan iming-iming jabatan. Kalau tidak mau mendukung Ahok, siap-siap saja ketika Ahok kembali terpilih mereka jangan berharap dapat jabatan lagi. Tapi kalau ahok kalah, posisi akan kembali ke titik nol. Jadi pilihannya lebih baik mengamankan suara untuk Ahok demi jabatan. Instruksi ini terus mengalir sampai ke kecamatan, lurah, RW dan RT. Dari kadis, ke Kabag, Kasi, sampai staff. Jadi, meskipun dalam hati bersungut-sungut, tetapi itulah salah satu kemalangan yang dimiliki PNS, Bekerja untuk atasan walaupun berlawanan dengan hati nurani.

Tapi ada juga jurus-jurus lainnya yang  dimiliki ahok dan tidak dimiliki calon yang lain. Dan ini juga belajar dari para incumbent sebelumnya. Pasanglah poster dan baliho dimana-mana dengan menggunakan pesan layanan masyuarakat. Udah gratis, pakai uang negara. Tetapi ini legal.

Selain itu, incumbent juga jadi media darling, dengan membuat sedikit sensasi, para awak media akan ngekor kemana-mana. Tidak seperti calon lainnya yang harus bayar media untuk meliput kegiatan mereka secara khusus.

Untuk gaya ahok yang kasar, ini mungkin masih jadi perdebatan. Kita tidak pungkiri bahwa orang Indonesia sangat melankolis sehingga tidak suka dengan arogansi dankeras. Tapi masyarakat Jakarta seharusnya lebih cerdas karena tinggal di ibu kota harusnya lebih rasional melihat kekasaran Ahok yang efektiv untuk mengurusJakarta yang dikuasai Preman, mulai dari preman jalanan sampai preman di parlemen. Memang Ahok mempunyai banyak musuh, tetapi lihatlah siapa musuh-musuh Ahok. apakah rakyat, atau preman yang selama ini menikmati jakarta dengan cara-cara premanisme dan ilegal. Silahkan masyarakat Jakarta yang tentukan. 

Nah, itulah keuntungan menjadi incumbent. Memiliki sejuta jurus “licik” yang membuat lawan ketar-ketir dan makan hati, sayangnya itu hanya dimiliki oleh Ahok. Hebatnya lagi, sebagian besar jurus-jurus tersebut dilegalkan. Sebaiknya,  calon lawan Ahok berfikir matang-matang sebelum maju bersaing melawan Ahok, agar tidak menjadi buntung.

Tapi ngomong-ngomong soal kelicikan ini masih menjadi perdebatan. Bagi pendukung Ahok, mereka menganggap ini adalah "cerdik" karena pintar memanfaatkan peluang. sedangkan bagi Haters, ini kelicikan dengan memanfaatkan keuntungan sebagai incumbent. Ibaratkan lomba lari, Ahok sudah berlari jauh duluan sedangkan pesaing masih pemanasan.  Jadi wajar nanti kalau Ahok juara. Tapi kalau Ahok kalah, dia memang tidak "licik" dan juga tidak cerdik atau karena lawan Ahok lebih Licik lagi. 

Antara kelicikan dan kecerdikan terkadang susah dibedakan. tergantung kacamata kita masing-masing. kalau kita dirugikan makan ini akan di anggap licik. tetapi jika kita yang diuntungkan maka ini dianggap cerdik. Siapapun itu, kita berharap jakarta dipimpin oleh orang yang baik.

 

Salam damai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun