BAB II
KAJIAN LITERATUR
Konsep Manajemen sumber Daya ManusiaÂ
Manajemen adalah proses pendayagunaan seluruh sumber daya yang dimiliki organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses dimaksud melibatkan organisasi, arahan, koordinasi, dan evaluasi orang-orang guna mencapai tujuan yang ditetapkan tersebut (Simamora 2001).Â
Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.Â
Sumber daya manusia dianggap semakin penting karena dalam pencapaian tujuan organisasi, maka berbagai pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang sumber daya manusia dikumpulkan secara sistematis dengan apa yang disebut dengan manajemen sumber daya manusia. Istilah management mempunyai arti sebagai kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya memanage (mengelola) sumber daya manusia.
Manajemen SDM dapat didefinisikan juga sebagi suatu pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang ada pada individu. Selanjutnya juga, dikemukaan bahwa MSDM merupakan suatu perencanaan,pengorganisasian, pengoordinasian, pelaksanaan dan pengwasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi (Mangkunegara 2001)
Pada hakikatnya, MSDM merupakan gerakan pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber daya yang cukup potensial dan sangat dominan pada setiap organisasi.Â
Oleh sebab itu, MSDM adalah keseluruhan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap kegiatan seleksi, pelatihan, penempatan, pemberian kompensasi, pengembangan, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pelepasan MSDM untuk tercapainya berbagai tujuan individu, masyarakat, pelanggan pemerintah dan organisasi yang bersangkutan (Sihotang, 2007)
Perubahan signifikan terhadap cara pandang SDM terjadi sejaak penguhujung tahun 1920-an dan awal tahun 1930-an dengan munculnya kajian yang dilakukan Hawthone; Elton Mayo dan Fritz Rorthlisberger mempeloreh permintaan dari Western Electirc untuk menentukan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitasa para karyawannya di pabrik Hawthorne Works Cichago.
 Pada awalnya, para peneliti terfokus pada hubungan pencahayaan dengan produktivitas yang disimpulkan bahwa tidak ada hubungan diantaranya. Justru kesimpulan yang diperoleh dalam studi ini adalah interaksi manusia ternyata berhubungan erat dengan produktivitas kerja.
Produktivitas kerja dipengaruhi tidak hanya oleh variebel cara pekerjaan dirancang dan bagaimana mereka diberikan imbalan secara ekonomis, tetapi juga oleh berbagai variabel sosial dan psikologis.
 Temuan ini merupakan nyang pertama mengindifikasikan bahwa berbagai faktor sosial didalam suatu lingkungan kerja dapat mempunyai dampak signifikan atas produktivitas pekerja.
2.1.1 Produktivitas Kerja KaryawanÂ
2.1.1.1 Pengertian Produktivitas Kerja Karyawan
Produktivitas adalah hubungan Antara keluaran atau hasil perusahaan dengan masukan yang diperlukan. Produktivitas dapat dikuantifikasi dengan membagi keluaran dan masukan. Menaikan produktivitas dapat dilakukan dengan memperbaiki rasio produktivitas, dengan menghasilkan lebih banyak keluaran atau output yang leboh baik dengan tingkat masukan sumber daya tertentu. (Belcher, 1987 : 3)
Sedangkan menurut Hasibuan dalam Busro (2018:340), produktivitas adalah perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas naik akan meningkatkan efisiensi (waktubahan-tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya.
Menurut Kussrianto dalam Sutrisno (2017:102), mengemukakan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu. Peran serta tenaga kerja disini adalah penggunaan sumber daya serta efektif dan efisien.
Menurut Riyanto dalam Elbandiansyah (2019:250), secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan (input). Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran tenaga kerja persatuan waktu. Berdasarkan pengertian para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa produktivitas adalah sikap mental karyawan yang mencerminkan kemampuan karyawan dalam melakukan pekerjaan dan hasil yang diperoleh berdasarkan sumber daya yang digunakan.
2.1.1.2 Aspek -- aspek  Produktivitas Kerja
Aspek-aspek Produktivitas Kerja Menurut Lestari T, T Erlin (2005), Aspek-aspek Produktivitas Pekerja diukur dari:
Kemauan kerja
Kemauan kerja dapat dilihat dari kesadaran para pekerja untuk meningkatkan produktivitas kerjanya dan mengikuti peraturan-peraturan yang ditetapkan.
Kemampuan kerja
Kemampuan kerja dapat dilihat dari kemampuan pekerja menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan tepat waktu.
Lingkungan kerja
Lingkungan kerja dapat dilihat dari tingkat kepedulian perusahaan kepada pekerja seperti adanya tanda peringatan dan tanda bahaya yang berfungsi sehingga karyawan menjadi lebih diperhatikan yang berefek pada peningkatan motivasi kerja karyawan.Â
Kompensasi
Kompensasi dapat dilihat dari adanya balas jasa yang sesuai baik langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja karyawan.
Jaminan sosial
Jaminan sosial dapat memotivasi produktivitas pekerja, karena pekerja merasa lebih diperhatikan keselamatan dan kesehatannya ketika bekerja.
Hubungan kerja
Hubungna kerja dapat dilihat dari hubungan situasi kerja yang harmonis baik antara rekan kerja maupun atasan dan bawahan.
 Â
2.1.1.3 Indikator Produktivitas KerjaÂ
Menurut Simamora (2004) metode pengukuran yang digunakan dalam pengukuran produktivitas kerja meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja, dan ketepatan waktu.
a. Kuantitas kerja adalah merupakan suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam jumlah tertentu dengan perbandingan standart yang ada atau di tetapkan oleh perusahaan.
b. Kualitas kerja adalah merupakan suatu standart hasil yang berkaitan dengan mutu dari suatu produk yang dihasilkan oleh karyawan dalam hal   ini merupakan suatu kemampuna karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya secara teknis dengan perbandingan standart yang ditetapkan oleh perusahaan.
c. Ketepatan waktu merupakan tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. ukur dari persepsi karyawan terhadap suatu aktivitas yang diselesaikan diawal waktu sampai menjadi output.
Metode dalam pengukuran produktivitas menurut Sinungan (dalam Hasibuan, 2003) secara umum berarti perbandingan, yang dapat dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda, yaitu:
a. Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan bahwa apakah pelaksanaan ini memuaskan, namun hanya mengetengahkan apakah mutu berkurang atau meningkat serta tingkatannya.
b. Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses dengan yang lainnya. Pengukuran ini menunjukkan pencapaian secara relatif.
c. Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik, sebab memusatkan perhatian pada sasaran/tujuan.
2.1.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Suatu perusahaan sangat perlu mempertahankan produktivitasnya dengan baik. Maka harus dipahami apa saja faktor yang berpengaruh pada produktivitas kerja karyawan. Berikut ada 5 faktor penting akan memberikan pengaruh terhadap produktivitas:
1. Kesehatan Tubuh
Kesehatan tubuhmu jelas akan sangat berpengaruh pada produktivitas kerja. jika seorang karyawan dalam kondisi sakit dan lemas sudah pasti produktivitas akan menurun. Lain halnya ketika karyawan dalam kondisi sehat dan bugar, pasti karyawan juga lebih bersemangat dan bisa mengerjakan banyak hal secara cepat tanpa menunda terlalu lama.
2. Motivasi
Faktor produktivitas lainnya yang akan berpengaruh pada performa pekerjaan adalah motivasi. Jika karyawan punya motivasi yang jelas dan cukup kuat, maka semua halangan pasti akan biasa  menghadapinya dengan baik dan produktivitas tidak akan menurun.
3. Lingkungan Kerja
Faktor lain yang akan mempengaruhi produktivitas kerja adalah lingkungan kerja. Bagaimanapun juga lingkungan kerja yang nyaman pasti akan membuat dirimu merasa bahagia. Jika sudah bahagia, maka karyawan akan lebih bersemangat dan artinya bisa lebih produktif lagi dalam bekerja.
4. Rekan Kerja
Keberadaan teman atau rekan kerja juga ternyata berpengaruh pada produktivitas. Ini menjadi faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja dan sebaiknya diperhatikan dengan baik. Apalagi jika karyawan bekerja di perusahaan dan harus bergabung dengan sebuah tim.
5. Peralatan yang Digunakan
Semua jenis peralatan yang karyawan gunakan saat bekerja juga akan berpengaruh pada produktivitas. Maka karyawan harus memahami apa saja alat yang akan dibutuhkan saat bekerja agar karyawan bisa lebih produktif.
2.1.1.5 Meningkatkan Produktivitas KerjaÂ
1. Memberikan Tugas Sesuai dengan Keahlian dan Kemampuan
Penting bagi manajemen untuk memahami keahlian dan kemampuan masing-masing karyawan. Memberikan tugas yang sesuai dengan keahlian mereka akan membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Ketika karyawan merasa kompeten dalam menjalankan tugas, mereka cenderung lebih termotivasi dan berkinerja baik.
2. Memberikan Training atau Pelatihan Kerja
Investasi dalam pelatihan dan pengembangan karyawan adalah langkah yang bijaksana. Dengan memberikan pelatihan yang relevan, karyawan dapat meningkatkan keterampilan mereka, mengikuti perkembangan industri, dan menghadapi tantangan dengan lebih percaya diri. Pelatihan juga membantu mengurangi kesalahan dan meningkatkan efisiensi kerja.
3. Membangun Sistem Komunikasi yang Efektif
Komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan sangat penting. Karyawan harus merasa nyaman untuk berbicara tentang masalah, memberikan masukan, dan memahami tujuan perusahaan. Dengan membangun sistem komunikasi yang efektif, informasi dapat mengalir dengan lancar, dan karyawan dapat bekerja lebih terkoordinasi.
4. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Nyaman
Lingkungan kerja yang nyaman dan mendukung dapat memiliki dampak besar pada produktivitas karyawan. Menyediakan fasilitas yang memadai, seperti ruang istirahat yang nyaman dan area kerja yang bersih dan teratur, dapat meningkatkan kesejahteraan dan motivasi karyawan. Selain itu, perhatikan juga aspek kesejahteraan mental, seperti mengurangi stres dan memberikan dukungan psikologis.
5. Melakukan Evaluasi Secara Berkala
Melakukan evaluasi secara teratur terhadap kinerja karyawan adalah langkah penting untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan memberikan penghargaan atas pencapaian yang baik. Dengan memahami kekuatan dan kelemahan, karyawan dapat mengambil langkah-langkah untuk terus meningkatkan produktivitas mereka.
6. Menerapkan Sistem Reward dan Punishment
Sistem reward dan punishment yang jelas dan konsisten dapat menjadi dorongan bagi karyawan untuk meningkatkan produktivitas mereka. Berikan pengakuan atas pencapaian mereka, baik berupa bonus, penghargaan, atau promosi. Di sisi lain, tindakan disiplin perlu diterapkan jika ada pelanggaran atau ketidakpatuhan.
7. Memberikan Perlindungan Asuransi
Perlindungan asuransi merupakan hal yang dapat meningkatkan produktivitas karyawan. Dengan memiliki perlindungan kesehatan, karyawan merasa lebih aman dan tenang.
2.1.2 Disiplin KerjaÂ
2.1.2.1 Pengertian Disiplin KerjaÂ
Perusahaan mengakui bahwa sebagian nbesar dari karyawan-karyawannya bersungguh-sungguh dalam mengerjakan apa yang ditugaskan kepada mereka dan bersedia menerima pimpinan dan mematuhi segala peraturan dan perintah bila diteangkan dan dijelaskan kepadanya.Â
Tetapi terjadi juga pada organisasi-organisasi besar lainnya tidak tertutup kemungkinan adanya beberapa karyawan yang tidak mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dan tidak bekerja dengan baik.
 Apabila hal tidak baik ini dibiarkan maka kemungkinan besar akan dapat mempengaruhi sikap dan kebiasaan karyawan-karyawan lainnya. Pemberlakuan disiplin dimaksudkan untuk mendidik dan memberikan koreksi atau perbaikan terhadap diri karyawan yang bersangkutan serta mencegah karyawan lainnya untuk melalukan pelanggaran.
Menurut Komarudin (2014) disiplin adalah suatu keadaan yang menunjukkan suasana tertib dan teratur yang dihasilkan oleh orang-orang yang berada dibawah naungan sebuah organisasi karena peraturan-peraturan yang berlaku dan dihormati untuk diikuti.
Disisplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Dengan demikian bila peraturan atau ketetapan yang ada dalam perusahaan itu diabaikan, atau sering dilanggar, maka karyawan mempunyai disiplin kerja yang buruk.Â
Sebaliknya, bila karyawan tunduk pada ketetapan perusahaan, menggambarkan adanya kondisi disiplin baik. Dalam arti yang lebih sempit dan lebih banyak dipakai, disiplin berarti tindakan yang diambil dengan penyeliaan untuk mengoreksi perilaku dan sikap yang salah pada sementara karyawan (Siagian 2002).
Disiplin kerja merupakan suatu kewajiban perusahaan untuk memperhatikan kedisiplinan kerja pegawai agar kerja pegawai lebih meningkat dari sebelumnya dan pegawai tidak sesuka hati melakukan kegiatan yang tidak penting pada saat jam kerja.Â
Disiplin kerja adalah sebuah konsep dalam tempat bekerja atau manajemen untuk menuntut pegawai berlaku teratur. Disiplin merupakan keadaan yang menyebabkan atau memberi dorongan kepada pegawai untuk berbuat dan melakukan segala kegiatan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Disiplin kerja juga merupakan alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusaan dan norma-norma sosial yang ada.
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja dan terwujudnya tujuan perusahaan.Â
Melalui disiplin akan mancerminkan kekuatan, karena biasanya seseorang yang berhasil dalam karyanya adalah mereka yang memiliki disisplin tinggi. Guna mewujudkan tujuan perusahaan, yang pertama harus segera dibangun dan ditegakkan diperusahaan tersebut adalah kedisplinan karyawan,. Jadi, kedisiplinan merupakan kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan.
Kegiatan pendisiplinan yang dilaksanakan untuk mendorong para akryawan agar mengikuti berbagai standard an aturan, sehingga penyelewengan-penyelewngan dapat divcegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disisplin diri diantara para akryawan untuk dating dikantor tetap waktu. Dengan datang ke kantor tepat waktu dan melaksanakan tugas sesuai dengan tugasnya, maka diharapkan produktivitas kerja akan meningkat.
2.1.2.2 Jenis-jenis Disiplin Kerja
Menurut T. Hani Handoko (2012:208-211) ada 2 bentuk disiplin kerja yaitu disiplin preventif dan disiplin korektif.
Disiplin Preventif
Disiplin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakkan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara preventif, pegawwai dapat memelihara dirinya terhadap peraturan-peraturan perusahaan atau institusi.
Pemimpin perusahaan mempunyai tanggungjawab dalam membangun iklim organisasi dengan disiplin preventif. Begitu pula pegawai harus dan wajib mengetahui, memahami semua pedoman kerja serta peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Disiplin preventif merupakan suatu sistem yang berhubungan dengan kebutuhan kerja untuk semua bagian sistem yang ada dalam organisasi. Jika sistem organisasi baik maka diharapkan akan lebih mudah menggerakkan disiplin kerja.
Disiplin Korektif
Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan atau organisasi.
Pada disiplin korektif, karyawan yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku dan memberikan pelajaran kepada pelanggar.
2.1.2.3 Indikator Disiplin Kerja
Dalam disiplin kerja juga ada indikator beserta aspek yang akan digunakan dalam menilai sikap disiplin kerja karyawan, menurut Muchdarsyah Sinungan (2011:146) adalah sebagai berikut :
1. Tepat Waktu
Tepat waktu disini diartikan bahwa anda dapat menilai karyawan dari bagaimana disiplin dari waktu yang telah ditetapkan oleh perusahaan, meliputi kehadiran dan kepatuhan karyawan melaksanakan tugas dengan tepat waktu dan benar. Selain itu, jika perusahaan memberikan tugas yang harus diselesaikan, maka karyawan harus menyerahkan tugas harus tepat waktu.
2. Taat Terhadap Peraturan dalam Perusahaan
Karyawan yang disiplin harus taat terhadap peraturan dalam perusahaan. Peraturan maupun tata tertib harus dibuat agar tujuan suatu perusahaan dapat dicapai dengan baik. Untuk itu dibutuhkan sikap kesetiaan dari karyawan terhadap komitmen yang telah ditetapkan pada perusahaan.Â
Kesetiaan disini diartikan patuh dan taat dalam melaksanakan perintah dari atasan dan peraturan tata tertib yang telah ditetapkan. Serta ketaatan karyawan dalam menggunakan kelengkapan pakaian seragam yang telah ditentukan organisasi atau perusahaan.
3. Tanggung Jawab dalam Bertugas
Seorang karyawan harus memiliki tanggung jawab dalam bertugas. Salah satu wujud sebagai tanggung jawab karyawan yakni penggunaan dan pemeliharaan peralatan yang se  baik-baiknya, sehingga dapat menunjang kegiatan kantor berjalan dengan lancar. Serta adanya kesanggupan dalam menghadapi pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang karyawan yang dapat dihandalkan.
Faktor-faktor Yang Memengaruhi KedisiplinanÂ
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat disiplin karyawan pada suatu organisasi atau perusahaan yang dapat mempengaruhi kreativitas dan kinerja seorang karyawan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, seorang pemimpin perusahaan harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat disiplin karyawannya.Â
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja adalah :
1. Tujuan dan kemampuan
Tujuan yang dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada seorang karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan yang bersangkutan, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan berdisiplin untuk mengerjakannya.
2. Teladan pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan, karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin, baik, jujur, adil serta sesuai kata dengan perbuatan.
3. Balas jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan, karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan/pekerjaannya.
4. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya.
Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan efektif untuk mencegah/mengetahui kesalahan, membetulkan kesalahan, memelihara kedisiplinan, meningkatkan prestasi kerja, mengaktifkan peranan atasan dan bawahan, menggali sistem-sistem kerja yang paling efektif dan menciptakan sistem internal kontrol yang terbaik dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
6. Sanki hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Karena dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut untuk melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan perilaku yang indisipliner karyawan akan berkurang.
7. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan.
Meningkatkan Disiplin Kerja KaryawanÂ
1. Memberi contoh kedisiplinan pada karyawan
Perusahaan harus memberikan contoh yang baik dalam menaati peraturan yang perusahaan buat sehingga karyawan menjadi segan dan menirukan kebiasaan baik tersebut.
2. Buat aturan sewajarnya
Aturan diperlukan untuk mengatur kerja di perusahaan. Namun, jangan sampai kreativitas karyawan terhambat dan karyawan merasa dikekang.
3. Menata ruang kerja yang nyaman
Nyamannya ruang kerja akan sangat memengaruhi motivasi karyawan dalam bekerja. Ruang kerja harusnya bisa jadi tempat brainstorming. Perusahaan memberikan ruang kerja dengan suasana lebih cair sehingga para karyawan bisa lebih rileks menciptakan ide-ide baru.
4. Dengarkan ide dan pendapat dari karyawan
Memberikan ruang inovasi kepada karyawan akan membuat mereka merasa dihargai. Hal baiknya akan membuat pekerjaan tidak monoton. Hendaknya Perusahaan bisa mendengarkan saran dan masukan dari setiap karyawan karena ide kreatif mereka bisa jadi inovasi terbaru untuk perkembangan perusahaan.
5. Perlakukan karyawan layaknya teman
Mendengarkan ide dan masukkan dari karyawan bisa didapatkan saat perusahaan mulai memperlakukan karyawan layaknya teman. Perusahaan harus bisa menempatkan kapan harus tegas dan kapan harus santai. Seperti mengajak karyawan berbincang ringan di luar pekerjaan, makan, bercanda, dan refreshing.
6. Lakukan konseling untuk memahami masalah karyawan
Saat kinerja karyawan menurun, akan menimbulkan dampak negatif apalagi hal tersebut berlangsung dalam waktu yang lama. Sebagai seorang petinggi, perusahaan harus peka dalam persoalan setiap karyawan. Sebaiknya, perusahaan konsultasikan langsung dengan karyawan itu untuk mengetahui dan mencari solusi atas permasalahannya.
7. Mengadakan pelatihan dan seminar motivasi
Dalam upaya meningkatkan disiplin karyawan, perusahaan bisa memberikan mereka seminar-seminar motivasi tentang manfaat memiliki sifat disiplin. Kegiatan ini akan menambah semangat mereka dalam bekerja. Selain itu, adakan pelatihan terkait manajemen waktu yang baik yang berguna meningkatkan kemampuan mereka.
8. Melakukan evaluasi rutin terhadap kinerja karyawan
Evaluasi rutin hendaknya dilakukan secara berkala. Hal ini untuk mengetahui siapa yang mengalami peningkatan, penurunan performa, dan mengecek beban kerja apakah sesuai kepada masing-masing karyawan.
9. Memberlakukan reward dan punishment
Karyawan yang disiplin pantas diberikan reward sebagai bentuk apresiasi dari perusahaan. Hal ini bisa memotivasi karyawan lainnya untuk disiplin. Sebaliknya, karyawan yang tidak disiplin, perlu diberikan punishment atau hukuman sesuai aturan.
10. Kurangi kerja manual dengan memanfaatkan bantuan teknologi
Penggunaan teknologi bisa mendukung semua cara di atas. Kecanggihan teknologi saat ini menjadi solusi untuk berbagai masalah yang kerap dihadapi di perusahaan.
2.1.3 K3LH (Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup)
2.1.3.1 Pengertian K3LHÂ
K3LH merupakan singkatan dari 'Kesehatan, Keselamatan, Keamanan, dan Lingkungan Hidup'. Ini merupakan sebuah program atau upaya yang dicetuskan guna menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat.Â
Melalui lingkungan kerja yang demikian, maka risiko atau potensi kecelakaan kerja serta timbulnya penyakit lantaran kelalaian atau penyebab lain bisa ditekan dengan efektif. Hal ini akan bermuara pada hal-hal positif, misalnya peningkatan produktivitas pekerja dan sebagainya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman, sehingga dapat mengurangi probabilitas kecelakaan kerja /penyakit akibat kelalaian yang mengakibatkan demotivasi dan dan defisiensi produktivitas kerja.Â
Menurut UU Pokok Kesehatan RI No. 9 Th. 1960 Bab I Pasal II ,Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi Kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat Kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani ,rohani maupun social, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan Kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.
Usaha- usaha yang dilakukan untuk meningkatkan keselamatan kerja dengan cara penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) baik OHSAS 18001 atau Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang SMK3, penerapan program K3, kegiatan kesejahteraan pegawai (Sedarmayanti, 2010).
Keselamatan mencakup perlindungan karyawan dari cedera yang disebabkan oleh kecelakaan yang berkaitan ddengan pekerjaan. Kesehatan mengacu pada bebasnya karyaean dari penyakit ffisik dan emosional. Peran administrasi tersebut adalah jaminan tempat kerja yang aman dan sehat bagi setiap karyawan.
Para karyawan umumnya menginginkan kerja aman, sehat yang ditimbulkan dari lingkungan pekerjaan. Namun demikian, pemberi kerja selalu bernggapan bahwa kecelakaan kerja suatu peristiwa yang tidak dapat dihindari akibat pekerjaan.Â
Mereka memahami akibat itu timbul karena minimnya peralatan dan kurangnya kemampuan dan keterampilan karyawan menggunakan peralatan sebagai akibat dari kurangnya pelatihan.
Konsep kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan hidup bukan sesuatu yang baru bagi banyak perusahaan dan menjadi tanggung jawab perusahaan untuk melindungi karyawannya. Sama halnya dengan itu, pemberi kerja berusaha untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawannya. Perusahaan besar umumnya memiliki bagian yang menangani bidang kesehatan, kselamatan kerja dan lingkungan hidup, sementara diperusahaan kecil ditangani langsung bagian sumber daya manusia atau manjer.
Pada umumnya, Â kecelaknan kerja disebabkan oleh dua faktor anata lain, manusia dan lingkungannya. Faktor manusia berkaitan dengan tindikan tidak aman karena mengabaikan peraturan dan kentuan kerja.Â
Di sisi lain, kecelakan kerja dapat juga terjadi akbiat kondisi tidak aman dari lingkungan kerja dan yang menyangkut peralatan-peralatan kerja yang memberikan kejadian yang lebih tinggi frekuensinya dibandingkan dengan faktor manusia. Para pekerja umumnya tidak patuh terhadap prosedur dan waktu kerja yang sesuai dengan persyaratan pekerjaannya.Â
Kebanyakan para pekerja mengalami kecelakaan kerja akibat kecerobohan, misalnya bekerja dibawah beban yang bergantung, bekerja pada  tempat yang kurang aman, kurang penyinaran, bekerj pada malam hari, dan tidak menggunakan peralatan kerja yang semestinya digunakan seperti helm, penutup hidung dan mulut dan lain sebagainya.
2.1.3.2 Aspek-aspeek K3LHÂ
1. Aspek Kebijakan
Perusahaan harus menjalankan kebijakan terkait regulasi atau peraturan K3LH untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan hidup bagi seluruh pekerja. Selain itu juga, harus segera membentuk tim yang memiliki tanggung jawab untuk mengimplementasikan dan memantau kebijakan K3LH pada perusahaan.
2. Aspek Kesehatan
Aspek kesehatan dalam hal K3LH berarti perusahaan harus memastikan bahwa lingkungan kerja telah mendukung kesehatan fisik dan mental para pekerja. Hal ini biasanya mencakup beberapa aspek, di antaranya pencegahan penyakit akibat kerja (PAK), peningkatan kesehatan kerja, penanganan penyakit, pemberian fasilitas pelayanan kesehatan, dan lain sebagainya.
3. Aspek Keselamatan
Selanjutnya, perusahaan harus menjalankan aspek keselamatan kerja yang berfokus pada upaya pencegahan kecelakaan dan cedera di lingkungan atau tempat kerja. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi semua pekerja.
4. Aspek Ergonomi
Aspek ergonomi yang berarti lebih fokus pada desain tempat kerja. Artinya, perusahaan harus memberikan desain tempat kerja yang aman, nyaman, dan sesuai dengan kemampuan para pekerja. Aspek ergonomi ini bisa berupa penataan ruang kerja, menyediakan peralatan kerja sesuai dengan kondisi pekerja, memastikan pencahayaan yang memadai, meminimalisir kebisingan yang ada, dan sebagainya.
5. Aspek Lingkungan Kerja
Aspek lingkungan kerja berfokus pada pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan fisik di tempat kerja untuk memastikan kondisi aman, sehat, dan nyaman bagi pekerja. Pelaksanaan aspek lingkungan kerja ini bertujuan untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja di lingkungan kerja dan meningkatkan produktivitas para pekerja.
2.1.3.3 Implementasi K3LH
Implementasi K3LH memerlukan komitmen dari semua pihak di dalam perusahaan. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk menerapkan K3LH yang efektif termasuk:
Penilaian Risiko
Perusahaan harus melakukan penilaian risiko untuk mengidentifikasi potensi bahaya di tempat kerja. Ini melibatkan identifikasi segala jenis risiko, baik fisik maupun psikologis, yang dapat memengaruhi karyawan.
Pelatihan Karyawan
Penting untuk memberikan pelatihan kepada karyawan tentang tindakan pencegahan dan langkah-langkah keselamatan yang harus diikuti. Pelatihan ini dapat mencakup pemahaman tanda-tanda bahaya, penggunaan peralatan pelindung diri, dan prosedur darurat.
Peralatan Keselamatan
Perusahaan harus menyediakan peralatan keselamatan yang sesuai dan memastikan bahwa peralatan tersebut dalam kondisi baik. Ini mencakup helm, sarung tangan, sepatu keselamatan, alat pemadam kebakaran, dan peralatan lain yang relevan.
Monitoring dan Evaluasi
Proses K3LH harus selalu dimonitor dan dievaluasi untuk memastikan bahwa perusahaan tetap memenuhi standar keselamatan dan kesehatan. Perbaikan terus-menerus harus dilakukan untuk mengatasi masalah yang muncul.
2.1.3.4 Faktor yang mempengaruhi K3LHÂ
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, keselamatan dan lingkungan hidup menurut Kasmir (2019:277) adalah sebagi berikut :
Udara
Kondisi udara dirungan tempat bekerja harus membuat karyawan tenang dan nyaman. Jika didalam rungan tertutup tentu perlu diberikan pendingin ruangan yang cukup. Demikian pula dirungan yang terbuka seperti pabrik juga kualitas udara harus dikelola secara baik.
Cahaya
Kualitas cahaya diruangan juga akan sangat mempengaruhi kesehatan dan lingkungan hidup karyawan. Pada rungan yang terlalu gelap atau cahayanya kurang tentu akan merusak kesehatan dan lingkungan hidup karyawan.
Kebisingan
Suara terlalu keras atau besar yang ada dalam suatu ruangan atau lokasi bekerja kesehatan dan keselamatan kerja karyawan tergangu. Dan tentu akan mempengaruhi kualitas pendegaran karyawan.
Aroma berbau
Rangan yang memiliki aroma kurang sedap maka kesehatan, keselamatan dan lingkungan hidup karyawan akan terganggu. Aroma yang dikeluarkan dari zat-zat tertentu yang bias membahayakan karyawan.
2.1.3.5 Indikator K3LH
Indikator Kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan hidup mengacu pada budaya kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan hidup (Yuliani 2014:2) dapat terbentuk dari beberapa unsur atau indikator, yaitu :
Bersifat materil :
Baju kerja
Perlengkapan keamanan kerja yang memiliki fungsi untuk melindungi dan menutup bagian tubuh karyawan
Helm
Perlengkapan keamana kerja yang memiliki fungsi untuk melindungi bagian kepala yang dapat memurangi resiko cidera dibagian kepala.
Kaca mata
Perlengkapan keamanan kerja yang memiliki fungsi untuk melindungi bagian mata akibat pencahayaan yang berlebihan.
Sarung tangan
Pelengkapan keamanan kerja yang memiliki fungsi untuk melindungi bagian tangan yang dapat mengurangi resiko luka ditangan.
Sepatu
Perlengkapan kemanan kerja yang memiliki fungsi untuk melindungi dan menutup bagian kaki.
Bersifat non materil
Petunjunk penggunaan alat
Buku petunjuk dan kelengkapannya yang dapat memberikan penjelasan tentang tata cara menggunakan peralatan maupun perlengkapan kerja.
Rambu rambu bahaya
Petunjuk akan bahaya yang ditempatkan bagian-bagian tertentu yang beresiko terjadinya kecelakan kerja.
Himbauan
Arahan dan peringatan baik secara lisan maupun tertulis agar pekerja selalu ingat akan atauran perusahaan yang sudah ditetapkan.
Petugas keamanan
Petugas khusus yang bertugas untuk melakukan pengamanan di perusahaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H