Ini adalah latar belakang mengapa saya bisa punya pengalaman pergi Ke Bukit Teletubies di Distrik Kebar. (Bukit Teletubbies yang Teduh dan Sepi di Kebar, Papua Barat). Penyebabnya adalah saya mendengar Bos dan senior-senior di kantor saya yang menceritakan pengalaman mereka bertamsya ke Kebar. Dimana mereka menceritakan dengan sangat heboh dan saling menertawakan kejadian-kejadian selama perjalanan mereka ke Kebar.
Singkat cerita saat itu sedang musim-musimnya punya motor trabas. Bos saya Pak Garenk punya motor trabas juga, tapi belinya agak mahalan lah, jadi disebutnya Motor Trail dengan no spesial "G". Karena kasihan melihat motornya masih ngangur dan sering digosipin dengan pemilik motor trabas yang lain sebagai motor rumahan, maka bos saya mengajak senior-senior saya yang punya motor trabas untuk adventure ke daerah yang menantang untuk ngasih kerjaan ke motornya.
Mereka berangkat mengunakan 2 Motor Trail, (nama motornya "G" dan "Punisher") dan mobilnya Bos namanya "Triton" yang di piloti oleh Mas Kaconk. Selama perjalan ke lembah Kebar, 2 motor melaju kencang di ikuti oleh mobil Triton di belakangnya.
Karena hari masih sudah mendekati sore, rombongan menuju kebukit teletubies untuk melihat pemandangan papua yang ternyata sangat Indah dan takjub. (Anggota Tim tamasya ini ternyata sebagian besar baru pindah dari pulau Jawa jadi kaget melihat pemandangan Lembah Kebar).
Lelahnya perjalanan panjang dan sulit terbayarkan dengan mandi air panas yang menyegarkan. Badan bersih dan segar, lanjut kembali ke atas bukit untuk menjalankan rencana selanjutnya makan malam, bakar-bakar kayu untuk mencari kehangatan dan menghabiskan waktu malam dengan berdendang di iringi oleh permainan gitar yang di mainkan oleh bos, dulu katanya waktu SMA pernah ngamen di Jakarta.
Setelah lelah bernyanyi dan daftar lagu yang di nyanyikan telah habis dan saatnya istirahat di atas rumput kebar, mereka akhirnya menuju ke tenda masing-masing dimana mendirikan 2 tenda dan ada pula yang tidur di mobil karena tenda tidak cukup sheetnya.Â
Malam yang gelap menjadi tambah gelap dengan adanya kabut yang tebal. Dari cerita mereka yang tidak bisa tidur nyenyak, sekitar tengah malam menjelang dini hari ada yang mendengar suara ribut-ribut menyerupai suara babi hutan yang mengendus-endus bekas bakaran dan sisa-sisa makan malam. Namun karena malas atau takut, lebih baik melanjutkan merajut mimpi yang tidak bisa terajut karena masih gelisah menahan dingin.
Pagi harinya, tanah di bukit sangat basah seperti baru disiram dan tenda basah karena terkena hujan embun yang deras di malam hari. Dan mendapat kejutan dari tamu tak diundang tadi malam, wajan diobrak abrik oleh babi hutan, sambil mencoba membakar kayu untuk merebus air untuk membuat kopi hitam.Â
Sambil menunggu api menyala dan bercerita tentang pengalaman melewati malam sambil bertanya-tanya ada kejadian apa semalam, tentang serangan babi yang mengobrak abrik alat-alat masak, tentang suhu yang sangat dingin, yang tidak nyeyak tidurnya karena kelelahan.
Di pagi yang diselimuti embun pagi yang tebal dimana kulit dapat merasakan percikan air embun, bersama-sama menyiapkan menu pagi campinger dengan menu tetap mie dan telur.Â
Sambil menyeruput kopi hangat dan melihat jejeran pohon-pohon tinggi disekitar lembah yang menjadi tempat bermainnya burung Kakatua Putih atau sering di sebut burung Yakub. Tim bergerak turun untuk kembali merasakan air hangat-hangat kuku di kolam air panas sebagai pengganti mandi pagi dan menghilangkan bau asap ditubuh malam lalu.
Antusias untuk mencapai air terjun yang relatif dekat sekitar 200 m dari bibir sungai dengan sedikit jalan menanjak. Takjub dengan air terjun yang memiliki beberapa tingkat air terjun, dengan aliran air yang segar dan kolam-kolam kecil di bawah air terjun cukup untuk berendam. Bermain air dan bercanda seperti anak-anak kecil yang diajak berwisata air namun harus tetap menjaga kewaspadaan karena batu-batu licin yang dilapisi oleh lumut.
Saat melewati daerah Gunung Pasir yang terkenal "Angker" bagi kendaraan-kendaraan yang melewati wilayah itu, disebut angker karena medannya yang sulit karena kontur jalannya yang berupa batu-batu dan pasir yang tidak kokoh untuk pijakan ban saat berputar untuk menaiki dan menuruni Gunung pasir ini.Â
Motor "G" harus berkerja keras sehingga kampas koplingnya habis sehingga jokinya harus mendorong Motor "G" yang sudah habis nafasnya dan akhirnya harus numpang Truk menuju bengkel terjauh (karena tidak ada bengkel lagi sampai masuk wilayah Manokwari.Â
Dan ada secret story di Mobil Triton ada salah satu penumpang mengalami mabuk darat karena  mobil yang melaju kencang dengan meliauk-liuk dan melewati gelombang jalan yang membuat lambung menjadi galau dan kebetulan baru juga beliaunya baru proses penyembuhan sakit Malaria. Sedikit tambahan bumbu diakhir cerita tamasya menjadi kenangan bagi para pelakunya saat berbagi cerita bersama. Â
Terima kasih ya Allah masih memberi kesehatan dan waktu untuk menikmati anugrah-Mu di tanah papua ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H