Mohon tunggu...
afdhal 06
afdhal 06 Mohon Tunggu... Tentara - :)

Simpel itu sederhana

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Ada Apa di Atas Pegunungan Arfak?

25 Juni 2020   14:18 Diperbarui: 27 Juni 2020   11:32 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menggangu sepinya Puncak Bukit Kobrey | Dokpri

Ada Danau Anggi Giji dan Anggi Gida. Sudah banyak cerita dan artikel yang membahas tentang eloknya Danau Anggi di Kab. Pegunungan Pegaf, namun akan berbeda bagaimana pengalaman dibalik cerita itu.

Akan menjadi penyesalan dan selalu galau, jika belum pernah ke dearah yang menjadi tujuan wisata saat berdinas di Papua Barat. 

Naasnya akan menjadi sasaran "bullyan" oleh rekan-rekan kantor yang pernah ke salah satu daerah wisata kepada rekannya yang belum pernah mengunjungi daerah tersebut. Itu hanya dapat menjadi pendengar yang baik saat mereka dengan sombongnya bercerita pengalaman jalan-jalan.

Mungkin itu salah satu motivasi yang membuat orang-orang membuat rencana untuk camping ke suatu objek wisata hanya. Namun jika hanya ada rencana tampa usaha yang nyata untuk mewujudkan rencana maka itu hanya menjadi mimpi. 

Segala cara digunakan untuk mendapat dukungan dan teman perjalanan untuk mengunjungi daerah wisata tersebut, dengan mencari teman seperjuangan yang belum pernah atau yang pernah yang ingin mengulang petualangannya. 

Itulah yang terjadi pada saya dan teman-teman kantor, karena merasa iri dengan cerita orang-orang yang pernah ke Danau Anggi di Pegunungan Arfak (Pegaf).

Dengan modal keinginan yang kuat dan saling mengingatkan rencana dan saling mendukung untuk mewujudkan rencana agar tidak hanya menjadi wacana untuk ke danau Anggi maka kami mempersiapkan segala sesuatu dari kendaraan, tenda camping, logistik dan alat-alat masak yang dapat mendukung bertahan hidup di ketinggian 2000 dpl.

Rombongan petualang kelas musiman dengan mengunakan 1 mobil double garden milik kantor dan 3 Motor yang belum memenuhi syarat untuk touring ke medan yang ektrem yang seharusnya menggunakan motor trail dengan ban kembang tahu, namun karena modal nekat dan prinsip "gimana nanti aja" maka berangkat dengan gagah berani naik ke Pegunungan Arfak.

Motor modal nekat
Motor modal nekat "Gimana Nanti aja" | Dokpri

Jika banyak jalan menuju ke Roma, namun berbeda jika ke Pegunungan Arfak hanya ada 2 jalur, jalur pertama dari Manokwari-Ransiki-Pegaf yang jalannya relative tidak menanjak dan cepat dan jalur kedua Manokwari-Warmare-Pegaf dimana lebih menantang lebih menanjak dan jalan masih belum bersahabat karena masih jalan darurat. 

Rombongan mengambil keputusan bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian dengan mengambil jalan yang sulit dahulu karena masih fit dan saat akan kembali ke manokwari mengunakan jalan mudah mengingat kondisi tubuh sudah lelah.

Perjalanan pembuka dari warmare melewati gerbang pembuka kabupaten Pegunungan Arfak, menyambut para petualang nekat dengan formasi 3 motor di depan dan 1 mobil di belakang agar dapat saling memonitor kondisi rekan-rakan yang lain. 

Sepanjang perjalanan kami banyak menemukan para petualang-petulang bermotor yang sedang beristirahat dan menunggu giliran, karena ada truk yang mengangkut kayu yang sedang dibantu oleh truk lainnya untuk melewati jalan tanjakan ektrem yang panjang dan jalan yang rusak.

Menerjang jalan Pegunungan Arfak | Dokpri
Menerjang jalan Pegunungan Arfak | Dokpri
Sepanjang  perjalanan di atas rangkaian ketinggian kami banyak melihat pemandangan hutan-hutan, ban motor melewati puncak-puncak pohon dipinggir jurang yang dalam, menabrak aliran sungai kecil dan tidak habis berfikir bagaimana masyarakat papua membawa material bangunan untuk membangun rumah mereka diatas gunung. 

Berhenti di pinggir aliran sungai untuk beristirahat dan berfoto ria dengan background pemandangan alam dan rumah kaki seribu sebagai barang bukti bahwa pernah masuk ke pedalaman papua.

Perjalanan yang menghabiskan waktu 4 jam hingga tiba di Ibu kota kabupaten Pegunungan Arfak. Mengunjungi landasan pesawat sambil berfoto-foto dan membuat video keberhasilan telah sampai ke Pegunungan Arfak. 

Mengunjungi Pos Militer yang ada di sana untuk melaporkan diri dan beristrahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke Danau Anggi di mana telah terlihat urat-urat jalan yang berliuk-liuk menanjak di atas ketinggian. Diperkirakan memakan waktu 45 menit (karena banyak berhentinya) sampai ke puncak bukit Kobrey di mana Danau Anggi berada.

Mendarat dengan mulus di Landasan PesawatKab. Pegunungan Arfak | Dokpri
Mendarat dengan mulus di Landasan PesawatKab. Pegunungan Arfak | Dokpri
Sepanjang jalan menuju Puncak bukit  tidak henti-hentinya memandangi dan berhenti  untuk mengambil bukti yang otentik telah hadir di wilayah danau Anggi. Sekitar jam 4 sore, matahari masih terlihat silau di atas ketinggian pegunungan arfak namun angin dingin sudah mulai terasa masuk ke kulit.

Sepanjang jalan melawati beberapa kampung, masyarakat berada didepan rumahnya membakar kayu-kayu dan ranting-ranting pohon untuk menghangatkan badan. 

Kelompok motor menunggu teman-teman yang mengunakan mobil di persimpangan jalan menuju puncak bukit, sekali lagi untuk membuat video keberhasilan telah tiba di puncak dan berfoto di Patok Papan bertuliskan "WELCOME TO ANGGI".

WELCOME TO ANGGI Gaeeeeysss..... | Dokpri
WELCOME TO ANGGI Gaeeeeysss..... | Dokpri
Mencari tempat yang datar di atas puncak dan segera sibuk memasang perlengkapan camping dan logistik untuk persiapan nobar matahari tenggelam ditutupi oleh pundak gunung dan melihat danau yang berubah menjadi cermin yang luas karena pantulan cahaya bulan. 

Sunyinya senja di puncak bukit terganggu dengan riuhnya para petualang dadakan yang sibuk mendirikan tenda dengan motor sebagai tiangnya. Dan ada yg sibuk mencari sleeping bag yang hilang yang ternyata terjatuh jungkir ke bawah bukit yang baru ditemukan saat pagi hari.

Menggangu sepinya Puncak Bukit Kobrey | Dokpri
Menggangu sepinya Puncak Bukit Kobrey | Dokpri
Manusia yang habitatnya tinggal di pinggir laut akan sulit beradaptasi dengan suhu jika bermalam di puncak gunung yang suhunya dingin ditambah dengan tiupan angin malam.

Ekspetasi bisa santai memandangi bintang dan pantulan bulan di danau sambil menikmati makan malam mie rebus spesial plus telur dan teh panas, namun kalah dengan serangan dingin yang menyerang sampai menembus tenda. Kenyataannya hanya dapat berteriak-teriak dalam selimut menahan dingin. 

Namun ada pula yang kebal dingin masih menikmati malam sampai api telah habis memakan kayu bakar. Ada yang merasa aman tidur di mobil, namun dingin tetap dapat menembus body mobil. Adapula cerita tragedi sendal terbakar didalam tenda karena membuat api didalam tenda tampa sengaja membakar sendal.

Malam terasa panjang karena gelisah menahan serangan angin dingin, sampai dengan pagi hari dingin masih terasa dan berharap matahari pagi segera naik agar dapat mengusir dinginnya pagi. 

Matahari naik dengan perlahan memamerkan cahayanya yang menyilaukan mata. Perut lapar memaksa untuk memasak lagi, menghidupkan kembali api sisa-sisa pembakaran tadi malam.

Dengan menu spesial mie rebus telur di hidangkan dengan teh/kopi manis dan bersiap2 untuk membongkar tenda serta berkemas-kemas untuk turun bukit dengan arah jalur kembali Pegaf-Ransiki-Manokwari yang rutenya lebih baik dari rute berangkat.

Matahari memberi sedekah sinarnya yang hangat di pagi hari | Dokpri
Matahari memberi sedekah sinarnya yang hangat di pagi hari | Dokpri
Menuruni pegunungan Pegaf dengan perlahan dan menabrak angin dingin serta menyusuri danau Anggi Gida. Hingga bertemu dengan pinggiran danau, tubuh yang gerah dan sudah bau karena belum mandi dari kemarin harus dipaksa untuk merasakan dinginnya air danau yang jernih.

Bermain air di danau Anggi, berenang, berendam dan berlari-lari dan menyelam sebentar. Tubuh menjadi segaaaar, dan siap melanjutkan perjalanan kembali ke Manokwari menyusuri jalan yang menurun sehingga terasa cepat tiba di ransiki dan istirahat untuk mengisi perut agar tubuh ada tenaga kembali sebelum tiba di kota Manokwari.

Mandii...mandii...jangan lupa gosok gigi  | Dokpri
Mandii...mandii...jangan lupa gosok gigi  | Dokpri
Akhirnya perjalanan untuk memenuhi egois harus memiliki pengalaman mengunjungi daerah yang tidak mudah untuk mencapainya dapat dilakukan, kepuasan dan mendapat pengalaman disertai dengan bukti-bukti otentik foto-foto dan video-video akan menjadi kenangan jika ingin bercerita kepada teman-teman dan keluarga di rumah.

Salam Papua Barat....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun