Mohon tunggu...
Aqiella Fadia Rizqi
Aqiella Fadia Rizqi Mohon Tunggu... Freelancer - Imperfect Zero Waste Fighter

Bumi, yang kuat ya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Petaka Anak Penikmat Tayangan Sinetron yang Dimaklumi Lingkungan Sekitar

19 Januari 2020   23:05 Diperbarui: 19 Januari 2020   23:34 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul artikel terinspirasi dari judul-judul sinetron yang biasa tayang di televisi swasta yang lebih sering daripada ketentuan minum obat.

Sejauh saya ketahui dan rasakan sendiri, apabila membahas tayangan televisi saat ini utamanya sinetron atau FTV di Indonesia pasti tidak akan ada ujungnya. Semua orang punya pendapat dan prespektifnya masing-masing.

Begitu beragam alasan mereka yang kurang menyukai genre tayangan ini. Salah satunya karena tema dan cerita yang diangkat selalu tidak jauh dari hubungan (keluarga, anak-ortu, suami-istri, dst) yang tidak harmonis. Si protagonis cenderung divisualkan sangat lemah sedang antagonis begitu dominan bahkan jarang sekali nampak secuil sisi baik darinya sebagai manusia.

Di lain pihak, para penikmat tayangan ini juga memiliki pendapatnya masing-masing. Misalnya, yang paling sederhana, mereka merasa terhibur. That's it, Sesimpel itu. Dan memang itulah fungsi tayangan semacam ini. Sampai sini tidak ada yang salah, untukku.

Aku yakin jumlah penontonnya tidak mungkin sedikit. Terbukti dari jumlah tayangan dalam sehari dan jadwal tayang yang mengambil jam-jam efektif. 

Mulai di sinilah aku terganggu. Bukan karena tayangannya, sebab masih banyak sekali alternatif tontonan selain FTV atau sinetron-sinetron ini, di stasiun televisi yang lain, atau bahkan platform digital lain, semacam youtube, iflix, netflix, dan sebagainya. 

Berdasarkan pengamatan pribadi, penggemar FTV dan sinetron bukan hanya orang dewasa -yang merupakan sasaran audiens utama, terlebih ibu-ibu rumah tangga. Namun semakin ke sini, anak-anak mereka pun ikut menikmati tontonan semacam ini. Pun terjadi di rumah yang saat ini aku tinggali (rumah tante). Alasannya? 

1. Ikut orang tua atau orang dewasa di sekitarnya

Mungkin awalnya anak hanya melihat sekilas, lalu pergi bermain. Tapi ketika mereka sedang tidak berminat keluar rumah dan bertepatan tayangan itu diputar di televisi rumahnya, tidak menutup kemungkinan, anak itu lantas menaruh perhatian. 

Apalagi jika orang dewasa di sekitarnya membiarkan atau bahkan mendukung "eh (tayangan)ini aja, jangan diganti" misal. Karena itu sesuatu yang baru, tidak jarang anak tertarik dan terus-menerus menonton, jadi ke'biasa'an deh.

Bahkan tidak jarang, anak terlebih dahulu menyukai tontonan ini daripada orang tuanya. Ketika orang tua sudah membatasi, tapi anak masih bisa menonton di rumah saudara atau tetangga terdekat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun