Setelah semua setuju dan mencari-cari di google maps, dengan membaca ulasan dan melihat foto terkait, akhirnya kami tertarik untuk melaju ke arah selatan dari Bukit Rhema, yakni sebuah air terjun (curug dalam Sunda) yang masih masuk kecamatan Borobudur, Curug WatuPloso.
Temukan ketenangan : Curug WatuplosoÂ
Lokasinya sangat asri. Kawasan sekitar adalah pedesaan. Rumah di sepanjang jalan menuju tempat ini juga tidak seberapa. Meski begitu, jalanannya relatif aman untuk dilewati karena sudah dicor dan tidak banyak kerusakan.
Sesekali kami juga berhenti di pinggir jalan sembari bertanya satu sama lain "sebagus apa tempat yang kita tuju, kok perjuangannya gini amat?!" yang pastinya tidak ada yang tahu jawabannya kalau belum melihat dan merasakan sendiri. Sempat terlintas untuk kembali saja ke Jogja, tetapi 1 kata yang membuat kami terus maju "nanggung".
Sampai akhirnya mbak-mbak google maps sudah bilang "belok kanan, Anda sampai di tujuan". Hanya ada beberapa rumah yang nampak damai. Hingga kami melihat tulisan putih beralaskan hitam "Selamat Datang di Curug Watuploso" di depan rumah yang paling ujung. Tak lama keluar ibu-ibu, mungkin karena mendengar suara motor kami. Dan benar di sinilah kami membayar tiket masuk (Rp3.000) sekaligus parkir (Rp2.000).
Kata ibunya sih, sisi unik dari curug ini adalah ia diistilahkan sebagai curug 2 muka. Ketika debit air tinggi, kita dimanjakan oleh derasnya air terjun (curug), sedangkan ketika kemarau bisa menikmati bebatuan alami (watuploso, batu polos mungkin kalau dalam bahasa Indonesia). Yang tentunya dengan pemandangan yang sangat sejuk di mata.
Saat itu kami datang di musim pancaroba, hujan, tapi intensitasnya masih rendah. Jadi aliran airnya juga masih relatif sedikit. Ketika ingin menuju gazebo di samping tulisan 'WATUPLOSO' itu, aku harus melewati aliran air. Qonita sudah ada di sana. Tapi bebatuannya sudah cukup licin hingga membuat kami, khususnya aku berteriak jantungan.Â
Bagaimana tidak, Karena kurang berhati-hati, aku terpeleset dan jatuh beberapa centi ke bawah. Teman-temanku hendak menolong tapi posisiku sudah sulit, karena tidak ada pijakan untuk mereka bisa menarikku. Aku harus bisa berjuang! Ketika aku hendak bergerak bangkit, badanku yang masih posisi terlentang ini merosot lagi. serius aku kira akan mati di sana. Beruntung aku bisa meraih tali biru yang membentang vertikal sepanjang lokasi (perhatikan foto ke-4). Alhamdulillah, aku bisa berjalan perlahan dan meraih tangan Qonita. and jadilah foto-foto di atas
Airnya menenangkan~~ Stres karena tugas kuliah maupun skripsi hilang seketika~Untuk tahu lebih banyak gambaran dari destinasi ini, bisa cek ulasan-ulasan di Google Maps. Biasanya curug Watuploso ini dijadikan tujuan terakhir wisata, setelah ke Borobudur, Punthuk Mongkrong, Bukit Rhema, atau lokasi wisata lain.