Aku adalah orang yang kurang bisa menghargai diri --setidaknya begitu kata teman-temanku. Jika direnungkan, ada benarnya juga. Saat ini adalah tahun ketigaku tinggal dan kuliah di D.I. Yogyakarta, dan selama itu pula hidupku hanya berkutat di kampus-desa(tempatku menetap)-kampus-desa monoton! Itupun --bagiku sudah cukup membuatku mengeluh lelah karena terlalu padatnya kegiatanku. Jika ada waktu senggang/selo pasti aku gunakan untuk 'bertapa' do nothing dan tiba-tiba sudah ganti hari gitu :v --amat sangat unfaedah.
Kalau ke pantai atau tempat wisata, biasanya karena ada acara dan rombongan, entah rombongan se-RT, rombongan sekelompok tugas, maupun makrab kampus--masa keakraban awal kuliah kemarin. Pernah sih, yang bisa dibilang benar-benar 'menghargai diri' dengan ngetrip bareng teman-temanku. Itupun baru 2 kali. Yang terakhir kemarin itu ke Magelang (kawasan yang masih dekat dengan Yogyakarta). Btw, Perjalanan wisata kami selalu mendadak, karena kalau direncanakan sering kali hanya berakhir dengan wacana, hehe. Trip kali ini pun akan sangat singkat, karena aku dan Bela tidak ada jam kuliah tetapi kami harus kembali sekitar jam 14.00 karena Qonita dan Ana ada kuliah sore.
Berbekal 2 motor berisikan BBM penuh dan performa baik (kampas rem, ban, dsb), kuota internet yang melimpah, sinyal 4G yang kuat, juga baterai gawai yang awet, kami berempat melaju sekitar pukul 07.00 WIB dengan tuntunan google maps. Perjalanan kurang-lebih 1 jam tidak terasa karena aku begitu menikmati perjalanan, juga fokus menghafal jalan sih.
Tiba di Tujuan Utama : Bukit Rhema
Yup tempat wisata yang kian terkenal setelah menjadi salah satu lokasi shooting filmnya mbak Cinta-mas Rangga inilah yang kami tuju.
Perjalanan dari tempat parkir menuju lokasi hanya sekitar 500 meter. Tapiii.. namanya juga 'bukit', 500 meter terasa panjang karena tanjakannya fyuh asyiik. Bagi teman-teman yang tidak mau lelah, dari parkiran sudah disediakan jeep yang bisa mengantar hingga atas. Tetapi kami lebih memilih sedikit berkeringat untuk bisa merasakan 'kemenangan yang nyata' saat sampai atas nanti. Setelah sampai atas, kita akan disambut senyum ramah oleh beberapa warga lokal yang berjualan minuman maupun makanan ringan di kiri-kanan jalan.
Pintu masuk ada di sebelah utara atau sayap kanan bangunan.
Oh iya, setiap tiket juga mendapatkan singkong keju goreng loh yang bisa ditukarkan di lantai 2 sisi ekor, tepatnya Kedai Rakyat W'Dank Bukit Rhema. Rasanya enak, apalagi kalau dicocol dengan sambalnya -nagih, porsinya banyak pula^.^ Selain itu, disediakan juga aneka kudapan (cemilan hingga makanan berat) dan beragam wedang (minuman) khas lokal yang dapat dibeli di sini. Semua adalah produk dari masyarakat sekitar sendiri #proud.
Tak lama kami mendengar adzan dari aplikasi Al-Qur'an di ponsel Bela. Tidak sulit bagi kami mencari tempat sholat. Ya karena Bukit Rhema ini adalah destinasi Wisata Indonesia dengan konsep "rumah ibadah bagi semua bangsa". Letaknya di basement atau lantai paling bawah dari bangunan. Selepas sholat kami berunding, sepertinya rugi kalau cuma sampai sini. Qonita dan Ana juga lebih memilih mengeksplor Magelang daripada kembali dan masuk kelas.
Setelah semua setuju dan mencari-cari di google maps, dengan membaca ulasan dan melihat foto terkait, akhirnya kami tertarik untuk melaju ke arah selatan dari Bukit Rhema, yakni sebuah air terjun (curug dalam Sunda) yang masih masuk kecamatan Borobudur, Curug WatuPloso.
Temukan ketenangan : Curug WatuplosoÂ
Lokasinya sangat asri. Kawasan sekitar adalah pedesaan. Rumah di sepanjang jalan menuju tempat ini juga tidak seberapa. Meski begitu, jalanannya relatif aman untuk dilewati karena sudah dicor dan tidak banyak kerusakan.
Sesekali kami juga berhenti di pinggir jalan sembari bertanya satu sama lain "sebagus apa tempat yang kita tuju, kok perjuangannya gini amat?!" yang pastinya tidak ada yang tahu jawabannya kalau belum melihat dan merasakan sendiri. Sempat terlintas untuk kembali saja ke Jogja, tetapi 1 kata yang membuat kami terus maju "nanggung".
Sampai akhirnya mbak-mbak google maps sudah bilang "belok kanan, Anda sampai di tujuan". Hanya ada beberapa rumah yang nampak damai. Hingga kami melihat tulisan putih beralaskan hitam "Selamat Datang di Curug Watuploso" di depan rumah yang paling ujung. Tak lama keluar ibu-ibu, mungkin karena mendengar suara motor kami. Dan benar di sinilah kami membayar tiket masuk (Rp3.000) sekaligus parkir (Rp2.000).
Kata ibunya sih, sisi unik dari curug ini adalah ia diistilahkan sebagai curug 2 muka. Ketika debit air tinggi, kita dimanjakan oleh derasnya air terjun (curug), sedangkan ketika kemarau bisa menikmati bebatuan alami (watuploso, batu polos mungkin kalau dalam bahasa Indonesia). Yang tentunya dengan pemandangan yang sangat sejuk di mata.
Saat itu kami datang di musim pancaroba, hujan, tapi intensitasnya masih rendah. Jadi aliran airnya juga masih relatif sedikit. Ketika ingin menuju gazebo di samping tulisan 'WATUPLOSO' itu, aku harus melewati aliran air. Qonita sudah ada di sana. Tapi bebatuannya sudah cukup licin hingga membuat kami, khususnya aku berteriak jantungan.Â
Bagaimana tidak, Karena kurang berhati-hati, aku terpeleset dan jatuh beberapa centi ke bawah. Teman-temanku hendak menolong tapi posisiku sudah sulit, karena tidak ada pijakan untuk mereka bisa menarikku. Aku harus bisa berjuang! Ketika aku hendak bergerak bangkit, badanku yang masih posisi terlentang ini merosot lagi. serius aku kira akan mati di sana. Beruntung aku bisa meraih tali biru yang membentang vertikal sepanjang lokasi (perhatikan foto ke-4). Alhamdulillah, aku bisa berjalan perlahan dan meraih tangan Qonita. and jadilah foto-foto di atas
Airnya menenangkan~~ Stres karena tugas kuliah maupun skripsi hilang seketika~Untuk tahu lebih banyak gambaran dari destinasi ini, bisa cek ulasan-ulasan di Google Maps. Biasanya curug Watuploso ini dijadikan tujuan terakhir wisata, setelah ke Borobudur, Punthuk Mongkrong, Bukit Rhema, atau lokasi wisata lain.
Bagi teman-teman yang masih bingung mau menghabiskan akhir tahun di mana, mungkin berwisata ke Yogyakarta atau Magelang menjadi salah satu alternatif pilihan. Sebab sebenarnya banyak tempat yang belum terekpos dan sangat menyenangkan untuk dikunjungi, seperti Curug Watuploso ini. Pastikan teman-teman datang di waktu yang sesuai. Untuk bisa mendapatkan momen terbaik di Curug Watuploso. Apalagi menuju puncak libur akhir tahun dan libur tahun baru yang tidak lama lagi.Â
Oh ya, kenapa aku bisa menyebut Magelang sebagai 'Kota Transit' sebab di kota ini mulai tumbuh subur industri perhotelan, yang tentunya dapat menjadi solusi bagi wisatawan Yogyakarta yang kini hampir penuh terbooking. Jika ada, kemungkinan tinggal hotel-hotel dengan harga yang tinggi.Â
Berikut Rekomendasi Hotel di Kota Transit yang Nyaman dan Pastinya Mudah Akses Kemanapun
1. Udan Mas Guest Guest House
2. Mettaloka Guest House
3. Puri Menoreh Hotel & Restaurant
4. Cempaka Guest House Borobudur Rp336.694,- di Pegipegi, yang semula Rp685.000,-
5. Shankara BorobudurÂ
6. Watu Agung Guest House
dan maasih banyak lagi hotel pilihan dengan fasilitas memadai dan harga yang sangat bersahabat. Untuk memudahkan, teman-teman bisa install aplikasi Pegipegi untuk mendapatkan paket dan promo yang tak terduga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H