Sejak saat itu Mas Agus menganggap Lila sebagai penyebab aku keguguran. Padahal
aku yakin, itu sudah takdir yang harus diterima.
"Jangan marahi Lila, Pa! Apalagi berani memukulnya! Bukankah ia kita asuh dengan
harapan akan dianggap sebagai anak kandung, bukan sekadar pancingan?"
Masih kuingat kata-kataku saat Mas Agus menahan tangannya untuk tak menampar Lila.
Ambisinya untuk punya anak sendiri, membuatnya hampir gila. Untung saja peristiwa 2
tahun lalu tidak terulang lagi, setidaknya di depanku. Semoga di belakangku Lila
mendapat perlakuan yang sama dari sang papa, yang seharusnya lemah lembut
terhadapnya.
Mengapa bidannya lama sekali? Saat melihat di papan berisi jadwal dokter, sepertinya
di sini tidak ada dokter spesialis kandungan. Apes! Yah minimal ada alat USG agar aku