Salaman dalam istilah komunikasi merupakan bagian dari cara manusia melakukan komunikasi, lebih tepatnya komunikasi nonverbal. Fungsi komunikasi nonverbal, seperti salaman, rangkulan, tepukan pundak, menggelengkan kepala, menundukan kepala, dan lain-lain, kurang lebih sama dengan komunikasi verbal.
Salaman atau pegangan tangan termasuk dalam kategori komunikasi nonverbal berupa sentuhan. Menurut Dedi Mulyana dalam Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar (edisi revisi 2017) sentuhan bisa berupa tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukan, belaian, pelukan, pegangan (jabat tangan), rabaan, hingga sentuhan lembut sekilas.
Semua bentuk komunikasi nonverbal tersebut memiliki makna yang berbeda. Makna salaman atau berjabat tangan, masih menurut Dedi Mulyana, bisa berbeda, bergantung dari konteksnya.
Jabatan tangan kepada kawan lama bisa berarti "Saya senang bisa bertemu kamu lagi", salaman kepada teman sejawat yang baru lulus S2 atau S3 di luar negeri "Selamat atas keberhasilan Anda" atau salaman dengan tetangga yang kita kunjungi saat Lebaran maknya adalah "Marilah kita saling memaafkan dan melupakan kesalahpahaman yang pernah terjadi di antara kita".
Di era digital sekarang ini, ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menyampaikan pesan saling memaafkan, seperti dengan mengucapkan selamat Idul Fitri melalui media sosial, melalui media televisi, media cetak dan saluran (chanel) lain yang sekiranya efektif untuk menyampaikan pesan maaf-maafan tersebut.
Dan memang begitu akan memasuki akhir Ramadan, pesan Idul Fitri mendominasi jagat maya. Ada yang menyampaikan pesan Idul Fitri melalui grup media sosial dan ada juga yang disampaikan secara pribadi.
Kalau pun ingin tetap menyampaikan permintaan maaf secara langsung, bisa juga dengan mengubah cara bersalaman. Jika dalam kondisi normal, kita biasa pegangan tangan, bahkan rangkulan, dalam kondisi pandemi korona sekarang ini, bisa juga mengganti dengan salaman berjarak atau tanpa bersentuhan. Kalaupun bertentuhan, tidak menggunakan bagian tangan yang biasa langsung bersentuhan dengan rongga tubuh.Â
Untuk mencairkan suasana silaturahmi, kita bisa menyampaikan prolog supaya antara satu dengan yang lainnya tidak saling menyinggung. Misalnya dengan menyampaikan "salam anti korona" atau pernyataan lain yang menunjukkan bahwa sekarang ini  kondisinya berbeda. Cara lainnya adalah dengan menyampaikan permintaan maaf melalui komunikasi verbal.
Saat menghadiri acara pernikahan, kita juga bisa mengucapkan selamat tanpa harus bersentuhan dengan pengantin.
Memang sulit mengubah kebiasaan, Namun, dengan kondisi saat ini kita harus berupaya menerima kenyataan. Ini merupakan ikhtiar kita supaya dapat memutus mata rantai penyebaran covid-19. Semoga, pandemi korona segera berakhir, sehingga kita bisa beraktivitas dan bersilaturahmi seperti sedia kala. Aamiin..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H