Pelaku dan semua santri tertawa dengan kejadian ini, meski awalnya mereka jengkel dengan bau kentut tersebut.
-siang hari
sekitar jam 10 giliran pelajaran fikih yang disampaikan oleh ust. ma'ruf, semua diam tak berkutik, beliau memang terkenal sangar di kalangan santri, tidak ada suara gurau ketika beliau mengajar, semua diam dan..
Pess...(*lagi-lagi bunyi kentut)
tanpa dikipaspun, bau kentut tersebut menyebar ke seluruh ruangan kelas.
Bau busuk kentut itu tercium oleh semua santri, tapi tidak ada yang bersuara, para santri hanya bisa menutup hidung dengan perasaan mendongkol.
di depan kelas ust. ma'ruf hanya mengendus-endus bau busuk yang mulai tercium beliau, dengan bantuan tangan beliau mencoba bertahan dari bau kentut yang menyengat dan..
Ust. Ma'ruf: sudah..kalian cium sendiri kentut ini, saya mau keluar dulu
entah jengkel atau apalah, waktu itu keadaan kelas diistirahatkan dalam 10 menit ke depan. Lagi-lagi kami para santri dan pelaku hanya bisa tertawa melihat tingkah dua ustad yang berbeda ketika mencium kentut.
Memang ini kejadian yang durhaka. Tapi nostalgia ini masih mampu membuat saya tersenyum sendiri. Koplak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H