Mohon tunggu...
Kadek Adi Mahendra
Kadek Adi Mahendra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Kimia

Jadikan menulis sebagai sebuah kebiasaan :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fotosintesis: Proses Biokimia yang Mampu Meminimalisis Climate Change Effect! Mengapa Bisa?

10 April 2022   23:09 Diperbarui: 10 April 2022   23:17 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Wikipedia, 2021)

Fotosintesis pada dasarnya berasal dari gabungan dua kata, yaitu foton dan sintesis. Foton artinya cahaya dan sintesis artinya proses menyusun atau penyususnan. Dapat disimpulkan bahwa fotosintesis merupakan sebuah proses biokimia yaitu penyusunan zat organik yaitu gula dari zat anorganik yaitu air dan karbondioksida dengan menggunakan bantuan dari cahaya matahari. Proses fotosintesis juga sering disebut sebagai asimilai zat karbon karena menggunakan zat karbon yaitu karbondioksida dalam rangkaian prosesnya.

Jika ditinjau dari tujuannya, proses fotosintesis adalah kebalikan dari proses pernafasan atau respirasi pada manusia. Proses respirasi bertujuan untuk memecah glukosa menjadi air, karbondioksida dan energi. Sedangkan proses fotosintesis bertujuan untuk mereaksikan karbondioksida dan juga air menjadi glukosa dengan bantuan dari luar yaitu cahaya matahari. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:

Proses respirasi            : C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + Energi (38 ATP)

Proses Fotosintesis     : 6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2

Ditinjau dari reaksi fotosintesis dapat dilihat bahwa fotosintesis pada tumbuhan memanfaatkan dan mengolah gas karbondioksida (CO2) dan air (H2O) menjadi glukosa (C6H12O6) dan oksigen (O2). Kita ketahui bersama gas karbondiksida merupakan gas yang cukup berbahaya bagi sistem pernafasan manusia jika dihirup dalam junlah yang banyak dan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Dari beberapa sumber, gas karbondioksida (CO2) merupakan salah satu jenis gas yang bersifat polutif dan biasanya dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan juga beberapa kegiatan industri. Pada manusia, kelebihan menghirup gas ini akan menyebabkan keracunan yaitu disebut juga dengan hiperkapnia yang biasanya menyebabkan sakit kepala, muntah-muntah, lemas hingga kejang-kejang.

Berbicara mengenai gas karbondioksida, ini sangat berkaitan dengan climate change atau pemanasan global. Climate change merupakan perubahan dari iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia baik secara langsung maupun tidak langsung yang menyebabkan perubahan komposisi dari atmosfer global dan variabilitas iklim alami (UNFCCC, 2011). Berdasarkan penelitian Muhammad et al (2011) dan Zakia (2013), perubahan iklim banyak menimbulkan dampak negatif di berbagai sektor seperti sektor pertanian, ekonomi, kesehatan, perikanan dan sektor lainnya.

Pemanasan global atau climate change merupakan salah satu tantangan serius di dunia yang harus segera diatasi. Bertambahnya gas rumas kaca terutama gas karbondioksida merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menganalisis isu pemanasan global di muka bumi ini. Meningkatnya mobilitas dari manusia seperti peningkatan aktivitasnya menjadi salah satu faktor dan pemicu terjadinya climate change. Beberapa contoh dari aktivitas manusia diberbagai belahan dunia yang dapat memicu terjadinya pemanasan global adalah pembakaran lahan, limbah kegiatan pabrik, dan emisi dari berbagai kendaraan umum dan pribadi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mudhari (2018), penyebab utama terjadinya climate change atau pemanasan global adalah akibat dari efek rumah kaca atau green house effect. Mengapa bisa? Pada dasarnya gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari kendaraan bermotor maupun kegiatan industri nantinya akan tertahan pada lapisan atmosfer dengan ketinggian hingga 20 km di atas permukaan laut.

Banyaknya gas karbondioksida yang menumpuk di lapisan atmosfer bumi menyebabkan panas dari permukaan bumi tertahan dan tidak tidak bisa keluar, itulah yang disebut dengan efek rumah kaca. Secara sederhana dapat disimpukan efek rumah kaca merupakan proses pemanasan yang akan terjadi apabila terdapat gas-gas tertentu yang terjebak dan terperangkap di lapisan atmosfer bumi. Perubahan komposisi atmosfer pada lapisan bumi, misalnya dengan adanya peningkatan dari konsentrasi gas rumah kaca merupakan pemicu utama dan sangat berkaitan dengan pemanasan global atau climate change.

Pemanasan global atau climate change dapat terjadi berkaitan dengan adanya perubahan komposisi atmosfer, terutama karena adanya peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK). Berdasarkan hasil penelitian dari Tosiani (2015), peningkatan gas rumah kaca disebabkan karena adanya pelepasan gas karbondioksida (CO2) yaitu sebanyak 20%, yang mana gas ini tersimpan sampai dengan ratusan hingga ribuan tahun sebagai biomassa di dalam tanah yang gambut dan di atas permukaan tanah. Menurut Tosiani (2015), metana (CH4), karbondioksida (CO2), dan nitrogen oksida (N2O) merupakan gas-gas rumah kaca yang ada dan teridentifikasi di dalam atmosfer bumi. Pada dasarnya gas rumah kaca merupakan gas-gas yang tersimpan di dalam atmosfer yang memiliki kemampuan dalam menyerap gelombang radiasi yang cukup panjang dan kemudian akan dipancarkan kembali di dalam atmosfer oleh permukaan bumi. Penyerapan radiasi yang dilakukan oleh gas-gas rumah kaca inilah yang menyebabkan pemanasan atmosfer secara global  (Tosiani, 2015).

Adapun beberapa dampak-dampak negatif yang disebabkan oleh pemanasan global berdasarkan penelitian Iskandar (2020) yaitu, (1) kepunahan beberapa spesises tumbuhan maupun hewan, (2) es di kutub akan mencair dan menyebabkan temperatur di bumi semakin tinggi, (3) volume air laut akan naik, (4) cuaca yang tidak menentu dan sangat berdampak terhadap sektor pertanian, (5) kenaikan permukaan air laut, (6) menipisnya lapisan ozon di bumi yang menyebabkan sinar ultaviolet dengan mudah masuk ke dalam bumi, bumi akan semakin sulit bahkan tidak bisa menahan benda-benda langit yang masuk ke permukaan bumi, (7) mempengaruhi kesehatan makhluk hidup, dan (8) hilangnya terumu karang di laut.

Perubahan iklim yang cukup ekstrim yang terjadi di muka bumi ini merupakan akibat dari pemanasan global yaitu karena meningkatnya gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida (CO2). Seperti pembahasan pada paragraf sebelumya, perubahan iklim atau climate change dapat menyebabkan banjir, naiknya permukaan laut, longsor, es kutub mencair, meningkatnya suhu bumi dan akhirnya dapat mengancam kehidupan makhluk hidup di bumi. Menurut Tosiana (2015), dampak-dampak lain yang disebabkan oleh perubahan iklim adalah menurunnya hasil pertanian hingga punahnya beberapa spesies tumbuhan maupun hewan. Selain itu, mobilitas dan aktivitas pembangunan yang tinggi di indonesikan menjadikan indonesia sebagai negara penyumbang emisi terbesar ketiga di dunia. Emisi yang dihasilkan sebagian besar berasal dari deforestasi hutan dan degradasi lahan gambut.

Banyaknya dampak-dampak negatif dari pemanasan global menyebabkan permasalahan ini harus benar-benar diperhitungkan dan harus adanya kerja sama baik dari masyarakat hingga pemerintah. Adapun berikut langkah-langkah yang telah digencarkan untuk mengatasi permasalahan ini, yaitu (1) tidak melakukan deforstation yaitu penebangan dan penggundulan hutan secara liar, (2) mengedukasi masyarakat mengenai dapmpak-dampak negatif dari climate change atau pemanasan global, (3) melakukan beberapa kegiatan dalam upaya meningkatkan kuantitas dari tumbuhan seperti menggalang kegiatan reboisasai (kegiatan penghijauan kembali), (4) ikut berperan aktif dalam menjaga lingkungan misalnya dengan menggunakan listrik secukupnya, melakukan kegiatan pembakaran secukupnya, (5) mengurangi penggunakan bahan bakar organik seperti gasoline, batu bara, dan sebaginya, dan (6) mengurangi dalam menggunakan beberapa produk yang mengandung CFCs (Chloro-fluorocarbons) dan menggantinya dengan produk yang lebih ramah terhdap lingkungan.

Pemerintah sudah melakukan berbagai cara untu menguragi dan menekan laju dari peningkatan pemanasan global. Salah satu upaya yang sedang digencarkan oleh pemerintah adalah melakukan konsevasi hutan dan reboisasi atau penanaman pohon dengan jenis tanaman yang cepat tumbuh untuk mempertahankan cadangan karbon yang ada. Laju peningkatan emisi CO2 harus diimbangi dengan usaha penyerapan karbon melalui proses fotosintesis oleh tumbuhan/tanaman dan organisme autotrof (bakteri). Adanya tumbuhan sebagai penyimpan karbon menyebabkan kosentrasi CO2 dalam atmosfer berkurang. Melalui fotosintesis, gas karbondioksida akan diserap dan diubah menjadi karbon organik dalam bentuk biomassa oleh tumbuhan. Menurut Hairiah dan Rahayu (2007),  hal ini dikenal dengan istilah carbon storage (karbon tersimpan) yaitu kandungan karbon organik dalam bentuk biomassa tersimpan pada suatu biomassa.

Pada umumnya, tumbuhan akan melakukan proses penyerapan terhadap gas karbondioksida (CO2) melalui proses fotosintesis. Gas karbondioksida ini akan diserap oleh bagian daun pada tumbuhan dan kemudian diubah menjadi karbohidrat yang selanjutnya disimpan atau ditimbun di dalam bagian tumbuhan lainnya yaitu daun, ranting, batang, buah, dan bunga. Menurut Hairiah dan Rahayu (2007), jumlah karbon yang disimpan dan ditimbun dalam bagian tubuh tumbuhan hidup (biomassa) pada suatu lahan bisa mengilustrasikan dan menggambarkan seberapa banyak gas karbondioksida di atmosfer yang mampu diserap oleh tumbuhan.

Dapat disimpulkan bahwa proses fotosintesis pada tumbuhan sangat berperan dalam mengurangi peningkatan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida di permukaan bumi, yang mana gas-gas inilah menjadi pemicu dari pemanasan global. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan fotosintesis menyerap gas karbondioksida dan merubahnya menjadi glukosa dan juga oksigen. Artinya, dengan semakin banyak tumbuhan di muka bumi ini maka akan semakin besar proses fotosintesis ini terjadi. Semakin besarnya proses fotosintesisi di bumi maka semakin besar penyerapan tumbuhan terhadap gas karbondioksida. Hal ini tentu dapat mengurangi keberadaan gas karbondioksida di bumi sehingga pemanasan global dapat diminimalisir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun