Mohon tunggu...
Ady Akbar
Ady Akbar Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Pendidikan

Pegiat Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sejarah IKAHIMATIKA Indonesia

9 Desember 2018   18:51 Diperbarui: 9 Desember 2018   18:53 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan Terjal IKAHIMATIKA

 

Lahir di Kota Asia-Afrika 

IKAHIMATIKA Indonesia lahir di Bandung pada tahun 1989 yang awalnya diprakarsai oleh sejumlah mahasiswa IKIP Bandung sebagai wadah untuk membangun kerja sama dan koordinasi antar mahasiswa lintas universitas. Pada era pembentukan, IKAHIMATIKA awalnya bernama Ikatan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Matematika (IKAHIMAPTIKA). 

Ketua Pertama IKAHIMAPTIKA yaitu Haris Nugroho (IKIP Bandung), Bendahara Kurtubi Abdullah (Uninus). Adapun pembina organisasi di awal berdirinya organisasi yaitu Prof Dr R Semiyawan yang saat itu menjabat sebagai rektor IKIP Jakarta.

Pada fase selanjutnya, kondisi krisis sosial-ekonomi-politik yang terjadi pada pertengahan 1997 memberikan dampak yang begitu signifikan terhadap gerakan mahasiswa di Indonesia saat itu, termasuk di Bandung, di mana mahasiswa semakin solid untuk turut serta membangun kekuatan pergerakan untuk melawan pemerintahan Soeharto yang kian represif membungkam gerakan mahasiswa.

Clark (2007) mengatakan bahwa secara harfiah pergerakan mahasiswa Bandung pada 1998 terbagi atas empat kelompok. Pertama kelompok Cipayung (HMI, PMII, GMKI dll). Kedua, kelompok mahasiswa internal kampus. Ketiga, kelompok mahasiswa eksternal non-cipayung, di mana IKAHIMAPTIKA termasuk di dalamnya.

Aksi gerakan mahasiswa selanjutnya menapaki titik puncak pada 21 Mei 1998 yang ditandai dengan mundurnya Soeharto sebagai presiden. Mundurnya Soeharto tidak semerta-merta membuat api gerakan mahasiswa redup. Bahkan sebaliknya, animo mahasiswa pasca reformasi semakin menguat. 

Hal ini ditandai dengan lahirnya sejumlah organisasai mahasiswa dan turut direformasinya sejumlah organisasi eksternal seperti Ikatan Mahasiswa Biologi (IMABI) yang awalnya dibentuk pada 1993 kemudian berganti nama menjadi Jaringan Himpunan Mahasiswa Biologi Indonesia (JHMBI) dalam momentum musyawarah di UB Malang. 

Sejalan dengan organisasi eksternal lainnya, animo mahasiswa matematika juga semakin meningkat sehingga pada 1998 IKAHIMAPTIKA juga berganti nama menjadi IKAHIMATIKA. Pergantian nama ini dilakukan untu mengakomodir mahasiswa non pendidikan. Dari sini, perlu ditarik benang merah

bahwa IKAHIMATIKA tidak pernah mengalami "mati suri" alias vakum pada tahun 1998 (karena gejolak reformasi) sebagaimana catatan/informasi yang beredar di sejumlah pengurus terdahulu.

Bukti lain yang menjadi penguat bahwa IKAHIMATIKA tidak perbah vakum adalah adanya dokomen/informasi bahwa pada tahun 2001 dilakukan Kongres ke-VI di UB Malang. Dokumen ini memberikan konsekuensi logis bahwa sejak awal dibentuknya IKAHIMATIKA (Kongres I/1989), roda organisasi tetap berjalan sehinggga dapat diketahui bahwa Kongres di UB adalah kongres ke VI, kongres VII di Unismuh Makassar, dan terakhir kongres XIII di Pekanbaru.

Catatan Pribadi: Potret Dinamika Kepengurusan 

Dokumen tentang IKAHIMATIKA Indonesia, khususnya nama-nama pengurus dan bukti-bukti musyawarah dalam bentuk tertulis sangat minim. Antara tahun 1989 hingga 1998, tidak ada dokumen/informasi tentang nama-nama pengurus, khususnya Sekjend.

Dinamika kepengurusan IKAHIMATIKA cukup fluktuatif dan menuai banyak masalah, meskipun demikian, semangat dan loyalitas oleh kalangan mahasiswa yang progresif di dalam kepengurusan, membuat IKAHIMATIKA tetap terus berjalan. Kepada penulis, Sekjend Bahtiar (2005/20117) mengatakan bahwa ketika kongres VIII di ITB, ia hanya mendapatkan LPJ dari pengurus sebelumnya yang hanya berjumlah 3 lembar. Angka ini tentu sangat minim untuk LPJ organisasi nasional.

Pada fase selanjutnya, atas upaya Eidi Rosmawardi (2007/2010), IKAHIMATIKA kemudian mendapatkan legalitas organisasi dari DIKTI pada tahun 2010. Sementara itu, pada masa kepengurusan Sekjend Mifta Riskamuna yang terpilih di Uncen Papua 2010, kepengurusan pusat hingga wilayah juga tidak begitu aktif. Bahkan pada saat itu, wilayah III harus mengadakan Muswil luar biasa karena korwil tidak aktif.

Selanjutnya pada kongres XI yan dilaksanakan pada tahun 2012 di Lampung, terpilih Novrian Bayu Pratama. Pada masa kepengurusan 2012/2014 ini, slogan IKAHIMATIKA (jaya-selalu-merdeka) awal mula diprakarsai oleh Novrian pada kegiatan Muskernas di IKIP semarang. Juga pada masa kepengurusan ini, Mars IKAHIMATIKA yang diciptakan oleh kak Wawan untuk pertama kalinya dinyanyikan pada Rapimnas 2014 di IAIN Mataram. Pada masa kepengurusan Novrian Pratama, sejumlah pengurus juga tidak aktif, Korwil I dan VI pada periode tersebut bahkan meninggalkan tugas sehingga Korwil VI dari YPUP Makassar harus di sanksi, yaitu mahasiswa dari YPUP Makassar tidak boleh masuk di dalam kepengurusan wilayah saat itu.

Selanjutnya pada kongres VII di UBT Tarakan, terpilih Zulfahmi sebagai Sekjend. Kepemimpinan Zulfahmi pada saat itu didampingi oleh Miftahul Farid (Univ. Pasundan) sebagai Wasekjend. Selain program kerja, pada periode ini, dokumen penting yang dihasilkan antara lain SOP administrasi (disusun Miftahul Farid) yang sebelumnya memang belum ada dan juga Buku Panduan dan Pedoman Kaderisasi yang disusun oleh Ady Akbar (Univ. Haluole) bersama dengan pengurus divisi kaderisasi lainnya.

Terlepas dari ketidakaktifan sejumlah pengurus, yang pasti bahwa eksistensi IKAHIMATIKA Indonesia tetap hadir membersamai roda perjalanan bangsa hingga saat ini. Ini tentu menjadi tugas kita generasi baru untuk terus menajaga optimisme, merejuvinasi lembaga, dan menggerakkan roda organisasi.

Mengapa Harus IKAHIMATIKA? 

Dalam buku Gerakan Pemuda, Ben Anderson mengemukakan, kemerdekaan dan perubahan sejarah dalam orbit perjalanan bangsa ini tidak bisa dilepaskan oleh pemuda/mahasiswa sebagai aktor utamanya. Oleh karena itu, mahasiswa harus membangun kesadaran kolektif bahwa mereka mengemban tanggung jawab sosial untuk turut serta membangun bangsa. 

Menjadi catatan bersama bahwa bangsa ini tidak bisa dibangun melalui aksi duduk manis di bangku kuliah, tetapi dibutuhkan gerakan konkret melalui lembaga-lembaga kemahasiswaan. 

Jika meneropong sejarah masa silam, kita akan menemukan bahwa zaman-zaman pembaharuan di Eropa seperti zaman Renaisance dan Aufklarung termasuk loncatan kemajuan zaman (Jumping Revolution) pada zaman terdahulu, umumnya dimulai dari majunya ilmu sains, di mana matematika menjadi dasarnya. (Ady Akbar Palimbang)

*JAYA SELALU MERDEKA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun