Mohon tunggu...
Ady Akbar
Ady Akbar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ady Akbar. Universitas Haluoleo Kendari- Sulawesi Tenggara. CP: 085242400515

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Perempuan Bugis

2 Mei 2016   06:33 Diperbarui: 2 Mei 2016   07:05 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari-hari Imaiwa ia lewati bersama Pung Aji dan seorang anaknya di kampung. Namun begitu kagetnya ia ketika mendapatkan kabar dari Bu Azmi, mantan rekan kerja Lanomba, bahwa Lanomba telah menikahi seorang gadis di Ibukota. Bu Azmi pun memperlihatkan foto pernikahan Lanomba kepada Imaiwa. Imaiwa begitu terpukul dengan berita tersebut. Seketika ada gemuruh di hatinya. Pengabdian cinta yang ia berikan kepada Lanomba selama ini hanya sia-sia. Tubuh indahnya yang sedarai dulu ia jaga kesuciannya telah tergores dinodai suaminya. Imaiwa dirundung sesal. Imaiwa sadar, pernikahan yang tidak dilandasi oleh kekuatan cinta sama saja dengan ritual pembirokrasian hawa negatif dari cinta. Imaiwa merasakan bahwa pernikahan yang ia lakukan tujuh tahun silam tidak lebih hanyalah sebatas simbol untuk melegalkan dirinya menjadi budak cinta sang suami.

***

Pikiran Imaiwa kian kosong. Kakinya melangkah terasa berat. Seberat pikirannya yang dihantui perbuatan suaminya. Seberat angannya memikirkan teman pesantrennya, Lapetta. Seberat nalarnya merecoki keputusan Pung Aji. Imaiwa membisu. Tangisnya pecah. Air matanya dengan cepat mengalir ke pipinya. Secepat langkahnya menuju batas perkampungan. Sampai akhirnya orang kampung menemukan mayat Imaiwa di tepian sungai. Imaiwa melangkah. Imaiwa melompat dari atas jembatan di batas perkampungan. Imaiwa bunuh diri. Pikirannya berat.

***

Kematian Imaiwa hanya sesaat menjadi buah bibir orang kampung. Selepas seratus hari kematiannya. Nama Imaiwa pun hilang bersama api cinta yang dipendamnya. Sehabis itu, suasana kampung kembali normal. Orang-orang kampung ke sawah. Anak-anak bermain enggo’. Dan sahut-sahutan kalong membahana seperti biasa kala rembang petang. Hanya saja, menurut penuturan orang kampung, di malam-malam tertentu, arwah Imaiwa selalu naik di altar jembatan, duduk menangisi perbuatan keluarganya yang telah menolak lamaran Lapetta yang kini menjadi pebisnis yang sukses dan hidup bahagia bersama istrinya.

Di suatu hari di rembang petang

Kendari, Mei 2016

Daftar makna kata:

Enggo’ : Permainan tradisional sepeti petak umpet

Legolego: Beranda rumah

Mure : Paman/tante

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun