Mohon tunggu...
Ady Setyawan
Ady Setyawan Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Penulis Buku : Benteng Benteng Surabaya ( 2015 ) Surabaya Di Mana Kau Sembunyikan Nyali Kepahlawananmu ? ( 2018 )

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meraba Wajah Kalimas Abad 19

7 Desember 2019   21:49 Diperbarui: 7 Desember 2019   21:50 1217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jurnal catatan Arthur Wichmann tentang letusan-letusan gunung berapi Indonesia.

Baca juga : Sejarah Panjang Prostitusi di Surabaya

Desain awal pembangunan Marine Etablissement / Pangkalan Angkatan Laut oleh Ir H.A Trompt. Foto : Koleksi Nationaal Archief Den Haag
Desain awal pembangunan Marine Etablissement / Pangkalan Angkatan Laut oleh Ir H.A Trompt. Foto : Koleksi Nationaal Archief Den Haag

Dari uraian diatas, bisa kita simpulkan bahwa tanah dimana Marine Etablissement ini dibangun adalah tanah yang sangat muda, sebuah kawasan endapan yang masih sangat baru. Kandungan utamanya adalah lumpur dan pasir, dua material yang didominasi akibat letusan Gunung Kelud.

Gunung Kelud sebagai salah satu gunung merapi yang cukup aktif dengan rentang erupsi yang relatif pendek. Antara 1848 hingga 1919 saja tercatat meletus lima kali pada tahun 1848, 1864, 1875, 1901 dan 1919.  

Tiap erupsi, jutaan meter kubik pasir dan lumpur halus dimuntahkan dan terbawa aliran sungai. Material ini kemudian mengendap di sekitar mulut sungai. Survei yang dilaksanakan pada tahun 1837 menunjukkan bahwa garis pantai Surabaya mengalami penambahan rata-rata antara 7,5 hingga 8 meter per tahun.

Untuk mendapatkan gambaran kedahsyatan erupsinya, letusan Kelud pada 1586 tercatat berkekuatan  VEI = 5 ( Volcanic Explosivity Index ) dengan 10.000 korban jiwa. 

Sebagai perbandingan, letusan Krakatau yang terkenal ditahun 1883 memiliki kekuatan VEI =6 dan membawa korban 36.400 jiwa. Letusan Kelud pada 1919 membawa korban sebesar 5.160 jiwa.

Jurnal catatan Arthur Wichmann tentang letusan-letusan gunung berapi Indonesia.
Jurnal catatan Arthur Wichmann tentang letusan-letusan gunung berapi Indonesia.

Uji pengeboran tanah di Surabaya menunjukkan lapisan atas yang bervariasi, pasir mendominasi kawasan sekitaran sungai. Pengambilan sampel di kota Surabaya sisi selatan baru mendapatkan tanah keras di kedalaman 16 hingga 20 meter, mungkin ini dasar laut lama. 

Pada tahun 1824, Kalimas dan Kali Pegirikan terhubung di dua tempat oleh saluran terbuka. Bagian selatan berada di selatan stasiun Surabaya Kota dekat dinding pertahanan perbentengan kota. Sedangkan saluran terbuka di sisi utara disebut Kali Mati, namun sebelum bernama Kali Mati, orang menyebutnya Kali Malang.

Kali Mati  ( garis bantu warna biru )  dekat Jembatan Merah. Saluran  selatan nampak dibawah Wonokesumo. Foto: Asia Maior, Surabaya 1825
Kali Mati  ( garis bantu warna biru )  dekat Jembatan Merah. Saluran  selatan nampak dibawah Wonokesumo. Foto: Asia Maior, Surabaya 1825

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun