Mohon tunggu...
Ady Setyawan
Ady Setyawan Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Penulis Buku : Benteng Benteng Surabaya ( 2015 ) Surabaya Di Mana Kau Sembunyikan Nyali Kepahlawananmu ? ( 2018 )

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Asal Muasal "Dinoyo Tangsi"

1 Desember 2019   13:47 Diperbarui: 3 Desember 2019   01:41 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan Dinoyo Tangsi Gang I, foto : Google Map

Ada nama yang unik ketika kita berkeliling kampung Dinoyo, yaitu sebuah kawasan pemukiman yang dinamakan Dinoyo Tangsi. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan tangsi sebagai : asrama, barak dan bisa juga diartikan sebagai penjara. Dari keilmuan Toponimi, dimana asal usul sebuah kawasan dapat terikat erat dengan sejarah, mitos atapun legenda di suatu tempat maka menarik pula untuk membolak-balik arsip sejarah terkait kawasan Dinoyo. 

Ternyata perkembangan kawasan Dinoyo Tangsi ini tak bisa lepas dari Perang Diponegoro atau yang dikenal juga dengan sebutan Perang Jawa, sebuah perang besar yang terjadi antara 1825 hingga 1830. Pasca perang Diponegoro, Belanda terus memperkuat perbentengan di kota-kota penting dan terus menambah jumlah personil militernya.

Von Faber mencatat, jumlah personil militer di kota Surabaya pada tahun 1807 tercatat sebanyak 1800 personil. Kemudian pada tahun 1835, lima tahun pasca Perang Diponegoro, personil militer di kota Surabaya mencapai 2400 personil dan terus meningkat dari tahun ke tahun. ( Von Faber, Oud Soerabaia, hal 115 ).

Pada tahun 1857, kekuatan militer di Surabaya terbagi dalam beberapa bagian :

Batalion Infantri ke VI bermarkas di Semut, dituliskan bahwa mereka menempati barak sementara yang dibuat dari bambu.

Batalion Infantri ke XIII bermarkas di tangsi Djotangan ( kini Polrestabes Surabaya )

Batalion Infantri ke XIV bermarkas di Benteng Prins Hendrik

Kompi XVI Artileri Gunung bermarkas di Jl Gresik / Griseeschenweg

Dan Pasukan Kavaleri menempati kawasan Dinoyo yang kemudian dinamakan Dinoyo Tangsi.

Sketsa yang dibuat oleh Von Faber dalam bukunya
Sketsa yang dibuat oleh Von Faber dalam bukunya "Oud Soerabaia" 
Gambar diatas adalah sketsa pemukiman markas kavaleri dengan keterangan : Sketsa Peta komplek Kavaleri Dinoyo yang kemudian dipindahkan ke Pecinan Buitenweg. 

A. Kediaman Komandan Kavaleri

B. Blok kediaman Letnan

C. Kantor 

Tampak juga beberapa tulisan lain : Rivier Kali Maas ( sungai Kalimas ), Kampong ( Kampung ), Excertie Veld ( Lapangan untuk berlatih ). Sketsa sederhana yang berbentuk seperti lokomotif ini tetap terekam dalam  peta Surabaya beberapa dekade kedepan.

Kawasan Dinoyo Tangsi dalam peta Surabaya 1930.
Kawasan Dinoyo Tangsi dalam peta Surabaya 1930.
Von Faber mencatat bahwa Tangsi Dinoyo dipindahkan ke Chineeschen Buitenweg, dimanakan lokasi tepatnya ? Dari arsip peta Surabaya tahun 1905 dapat kita lihat bahwa lokasi Chineeschen Buitenweg ternyata di utara Stasiun Semut, lokasi yang saat ini kira-kira berdiri Pasar Atum. 

Lokasi baru di utara Stasiun Semut
Lokasi baru di utara Stasiun Semut

Demikian artikel singkat kali ini tentang sejarah kawasan Dinoyo Tangsi. Selamat menikmati dan silahkan memberi masukan jika terdapat kesalahan dalam artikel ini. 

Baca juga : Mengenal Masa Krisis Air ( de Periode der doorlopende Watertekorten ) di Surabaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun