Mohon tunggu...
Farid Muadz Basakran
Farid Muadz Basakran Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

#Advokat #Mediator #Medikolegal Pendiri BASAKRAN & GINTING MANIK Law Office sejak 1996 Gd. Menara 165 Lt. 17 Unit A, Jl. TB Simatupang Kav. 1, Jakarta 12560 Telp/Fax. 021-38820017; 38820031 Hotline : +62816 793 313

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Bima Arya: Wali Kota Bogor atau Hakim?

12 Oktober 2021   10:19 Diperbarui: 12 Oktober 2021   10:27 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tawuran pelajar terjadi lagi di Kota Bogor pada 6 Oktober 2021 antara SMAN 6 dan SMAN 7 Kota Bogor. Ditengah pandemi COVID 19 dan dimulainya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) tawuran kembali terjadi. Kali ini semakin sadis saja para pelajar tersebut. Tak tanggung-tanggung kali ini mengakibatkan tewasnya seorang pelajar SMAN 7 RM (17) yang dilakukan oleh RA (18) pelajar SMAN 6. Peristiwa tawuran pelajar tanggal 6 Oktober 2021, membuat Bima Arya marah besar dan murka. 

Bukan kali ini saja Walikota Bogor Bima Arya geram terhadap tawuran pelajar di Kota Bogor. Pada JUli 2018 pun beliau geram dan marah serta turun tangan langsung menanganinya. Sebelum pandemi COVID 19 saja intensitas, kuantitas  dan kualitasnya semakin meningkat. Dan sudah semakin sadis saja para pelajar tersebut. Banyak diantaranya yang tewas karena sabetan senjata tajam. 

Memang tawuran pelajar ini sudah pada tingkat yang mengkhawatirkan. Bukan di Kota Bogor saja tawuran disertai dengan korban jiwa terjadi. Di banyak kota juga sering terjadi tawuran yang mengambil korban jiwa, terutama di kota-kota besar di Jawa. 

Namun kali ini ada yang menarik dari sikap yang dipertontonkan Bima Arya sebagai Walikota Bogor ketika menemui RA (18) pelaku utama penusukan siswa SMAN 6 Kota Bogor di Mapolresta Bogor Kota pada Jum'at 8 Oktober 2021. Begini percakapan antara Bima Arya dan RA :

"Kamu tahu kalau yang kamu lakukan menghilangkan nyawa orang lain akibatnya buat kamu apa, kamu tahu?" ucap Bima kepada RA yang memakai baju tahanan  

"Saya nggak ada pemikiran untuk menghilangkan nyawa begitu," kata RA.

"Nggak ada pemikiran gimana? Itu kan lukanya sampai dada kan, sampai mati," ujar Bima menegaskan.

Bima kembali mengulang pertanyaannya. Kemudian dijawab singkat oleh RA.

"Penjara," ujar RA sambil menunduk.

"Bukan hanya penjara. Mati kamu, hukuman mati. Berarti sudah siap mati ya. Kalau kamu terbukti merencanakan membunuh itu, hukumannya mati," tutur Bima setelah menarik rambut RA agar mendongakkan kepala. (sumber detik.com)

Kita semua tentunya bertanya-tanya, Bima Arya ketika mengunjungi RA apakah berstatus sebagai Walikota Bogor atau Hakim Pengadilan Negeri Bogor ?. Memang tidak sepatutnya Bima Arya bersikap seperti itu. Beliau itu seorang Walikota Bogor, tentunya bisa lebih dingin kepala dan lebih bijak dalam menyikapi kasus tawuran sadis seperti itu, bukan memvonis dan menarik rambut pelakunya. Sikap Bima Arya mengesankan seperti seorang Hakim yang sudah putusan hukuman mati, apalagi menarik rambut seorang warganya yang belum tentu dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan pembunuhan terhadap teman sebayanya. 

Semua orang tua tentunya mengutuk tawuran sadis yang menewaskan korbannya. Namun demikian, persoalan tawuran pelajar ini bukan semata kesalahan pelaku dan korban, tetapi juga kesalahan kita semua. Yang utama yang harus disalahkan adalah orang tuanya, karena perilaku anak yang tawuran seharusnya bisa diantisipasi dengan pengawasan dari dalam rumah dan ketika keluar rumah. Banyak dari orang tua kita yang tidak bisa berperan sebagai orang tua sejati. Banyak orang tua yang apatis terhadap perilaku dan akhlaq anak-anaknya.

Yang kedua harus disalahkan adalah para pamong praja, termasuk Dinas Pendidikan, Satuan Pendidikan  sampai ke Walikota, Bupati dan Gubernur. Sekarang ini banyak pamong praja yang tidak peduli dengan kewajibannya sebagai abdi negara dan dalam mengurus pemerintahannya. 

Terakhir yang harus disalahkan atas kasus ini, adalah lingkungan sosial dimana anak-anak itu berbuat tawuran atau perilaku sadis lainnya. Diperlukan kepdulian sosial yang tinggi untuk mencegah tawuran dan berbagai jenis kenakalan remaja lainnya. Masalah anak-anak dan remaja bukan hanya tawuran saja, tapi kejahatan seksual, bullying, kecanduan narkoba, dan terakhir kecanduan gadget, yang bisa berpotensi meningkatnya kenakalan dan kriminalitas yang diperankan oleh mereka.

Semoga Bermanfaat.    

Sumber Tulisan :

https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5758491/pelajar-sman-7-bogor-tewas-ditusuk-polisi-hentikan-aksi-kekerasan

https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5759428/momen-bima-arya-murka-di-hadapan-penusuk-siswa-sma

https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-012772187/ptm-dua-sma-disetop-usai-tawuran-di-bogor-bima-arya-akan-konsultasi-ke-ridwan-kamil 

https://www.republika.co.id/berita/r0p3wj484/cegah-tawuran-polresta-bogor-kini-awasi-tongkrongan-pelajar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun