Ketika berbicara "Filsafat", banyak orang yang beranggapan bahwa itu adalah sesuatu yang rumit, dan berat.
Padahal itu tidak benar.
Menurut saya justru Filsafat itu adalah sesuatu yang "Sederhana" dan "Indah".
Bahkan bisa dibilang, hampir sama seperti "Jatuh Cinta".
Filsafat itu sederhana. Dia cuma diawali dengan "Logika". Dan tentu saja kita semua tahu kalau semua orang yang normal itu pasti bisa berlogika.
Nah, jadi tidak ada lagi alasan kita untuk menganggap Filsafat itu adalah Ilmu yang ekslusif.
Mana mungkin Jatuh Cinta cuma boleh dilakukan oleh orang-orang tertentu saja?
Wah, Nestapa sekali kalau begitu.
Filsafat itu diawali dengan logika, tetapi diakhiri dengan Kebijaksanaan.
Dan sepertinya kebanyakan orang sepakat bahwa inilah tujuan Filsafat itu sendiri.
Menuju kebijaksaan.
Iya, pada dasarnya cuma sesederhana itu saja maksud dari kata "Filsafat" yang "sering diklaim cukup keren" ini.
Jadi jangan tiba-tiba langsung merasa jadi orang bodoh ketika orang-orang "ekslusif" ini bicara soal Filsafat.
Bahkan saya sendiri saja sempat cukup ragu, apakah mereka benar-benar tahu maksud dari kata "Filsafat" yang sesungguhnya.
Kebanyakan saya lihat mereka bukanlah Ahli Filsafat.
Kebanyakan dari mereka cuma seorang yang ahli di bidang "Sejarah Filsafat" saja. Mereka memang sangat tahu siapa saja Filsuf dari zaman Yunani sampai zaman Modern ini, beserta semua pendapat-pendapatnya, dan Pengaruhnya bagi Dunia.
Kalau soal itu ya jangan ditanya.
Saya sendiri saja mengakui kalau merekalah ahlinya.
Bahkan jauh lebih hebat daripada saya yang pendapat Plato tentang Filsafat saja saya tidak tahu.
Saya lupa.
Oke, yasudah, kalau begitu kita langsung saja ke inti dari tujuan tulisan ini 'bisa sampai' "nekad" ditulis.
Hubungan Filsafat dengan "Pendidikan Karakter", hampir sama seperti hubungan sebuah benda dengan bayangannya.
Cukup dekat, dan cukup mirip.
Sederhananya, Pendidikan Karakter itu adalah pendidikan yang "Memanusiakan Manusia".
Dan ternyata Filsafat pun juga seperti itu, Filsafat juga bisa dibilang sebagai upaya untuk "Memanusiakan Manusia".
Kenapa begitu?
Oke, mari kita lihat 'penjabarannya'.
Tujuan filsafat itu adalah menjadi Bijaksana.
Bijaksana itu apa?
Bijaksana itu adalah "Seimbang", Kuat dan Lembut, Tegas dan Fleksibel, punya "Kepercayaan (Prinsip)" dan "Kontrol (Toleransi)".
Dan ini adalah Karakter yang "Wajib" dimiliki oleh manusia manapun.
Saya tekankan sekali lagi ini adalah karakter yang "Wajib"! dimiliki oleh seorang manusia.
Jadi kalau ada manusia yang tidak seperti ini, alias tidak "Bijaksana", itu artinya mereka "Belum" pantas disebut sebagai manusia.
Tidak perlu benar-benar berkarakter nol besar. Karakter yang rusak saja, bisa membuat kemanusiaannya dipertanyakan.
Misalnya saja, "Kekuatan" tanpa "Kelembutan", akan membuat seseorang menjadi Barbar (Kampret).
Sedangkan "Kelembutan" tanpa "Kekuatan", akan membuat seseorang menjadi Dungu (Cebong).
Jadi intinya "Keseimbangan" itu memang sangatlah perlu, terutama bagi kita sebagai seorang manusia.
Dan sepertinya inilah masalah "Dasar dan Utama" Pendidikan kita saat ini.
Yaitu "Karakter yang rusak", dan "Manusia yang tidak memenuhi syarat".
Padahal pada dasarnya Pendidikan Karakter adalah "Pendidikan Dasar" bagi kita, sebagai seorang Manusia.
Yang saya maksudkan disini adalah "Pendidikan Dasar" ya? bukannya "Sekolah Dasar", (Pendidikan bukan cuma di Sekolah saja).
Atau biasanya pendidikan ini juga sering disebut sebagai "Pendidikan Informal".
Yaitu pendidikan yang idealnya "Fokus" dipelajari ketika berumur 1 sampai 7 tahun (Pra Sekolah), dan difokuskan juga diajarkan oleh Orang tua (atau Walinya) di lingkungan "Rumah"-nya.
Dengan kata lain sebaiknya ajarkanlah "Filsafat", kepada anak-anak anda sedini mungkin.
Maksud saya di sini yang diajarkan itu adalah "Filsafat" ya? Bukannya "Sejarah Filsafat".
Bukan berarti kita harus memperkenalkan siapa itu Plato kepada anak-anak kita ketika mereka masih berumur 2 tahun.
Bukan, bukan seperti itu.
Bukan itu yang namanya Filsafat.
Tapi Filsafat itu adalah ketika kita mengajarkan tentang "Kepercayaan" dan "Toleransi" kepada mereka.
Atau setidak-tidaknya tentang "Kepercayaan Diri" dan "Moral" bagi mereka.
Dan "mengajarkan" ini tidak harus secara langsung. Tapi lebih kepada menjadi "Sosok Teladan" bagi mereka.
Mereka sebaiknya belajar "Kepercayaan Diri (Kekuatan)" dari Ayahnya, dan belajar "Moral (Kelembutan)" dari Ibunya (Ini adalah salah satu upaya untuk mencegah LGBT, jadi jangan sekali-kali dibalik).
Kasarnya jangan berharap anak anda akan berkarakter baik, kalau karakter anda sendiri saja tidak baik.
Ini adalah hal yang sangat penting yang harus dipahami oleh semua Orang tua di luar sana.
Dan juga inilah alasan kenapa Filsafat  itu sering disebut sebagai "Induknya Ilmu".
Karena tanpa karakter yang baik, seorang anak akan kesulitan untuk mendapatkan Ilmu yang lain.
(Pernah dengar istilah "harus punya 'Adab/Moral' terlebih dahulu sebelum menuntut Ilmu"?)
Contohnya begini, anak-anak yang tidak punya Prinsip (Kepercayaan), juga tidak akan punya Minat dan Tujuan. Karena 'krisis kepercayaan diri' mereka itu akan membuat mereka tidak akan bisa Pede dan berani mengatakan bahwa mereka menyukai dan tertarik kepada sesuatu.
Dan begitu juga sebaliknya, anak-anak yang tidak punya Kontrol (Moral), juga tidak akan punya rasa tanggung jawab terhadap bakatnya (bawaan lahirnya).
Sehingga mereka akan sulit untuk diatur dan akan mudah sekali membangkang (Egois).
Ketidakseimbangan karakter ini, akan sangat menghambat pembentukan "Skill" dan "Kemampuan" mereka.
Sehingga secara jangka panjang, tujuan Sejati dari Pendidikan itu sendiri akan sangat sulit untuk dicapai (Yaitu menjadi Manusia yang berguna bagi Masyarakatnya, dan "Mensejahterakan" bumi ini).
Jadi, menurut saya pribadi, inilah masalah utama Pendidikan kita saat ini, dan bahkan sekaligus juga masalah utama negara ini secara umum.
Karena Kualitas sebuah negara itu, dilihat dari seberapa "Berhasil" Pendidikannya.
Sedangkan keberhasilan sebuah Pendidikan, akan sangat bergantung kepada seberapa Berhasil Pendidikan Karakternya.
Jadi saya sangatlah berharap,
Semoga negara kita ini bisa lekas "Sembuh", dan akan selalu "Sehat" ke depannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H