Oke, yasudah, kalau begitu kita langsung saja ke inti dari tujuan tulisan ini 'bisa sampai' "nekad" ditulis.
Hubungan Filsafat dengan "Pendidikan Karakter", hampir sama seperti hubungan sebuah benda dengan bayangannya.
Cukup dekat, dan cukup mirip.
Sederhananya, Pendidikan Karakter itu adalah pendidikan yang "Memanusiakan Manusia".
Dan ternyata Filsafat pun juga seperti itu, Filsafat juga bisa dibilang sebagai upaya untuk "Memanusiakan Manusia".
Kenapa begitu?
Oke, mari kita lihat 'penjabarannya'.
Tujuan filsafat itu adalah menjadi Bijaksana.
Bijaksana itu apa?
Bijaksana itu adalah "Seimbang", Kuat dan Lembut, Tegas dan Fleksibel, punya "Kepercayaan (Prinsip)" dan "Kontrol (Toleransi)".
Dan ini adalah Karakter yang "Wajib" dimiliki oleh manusia manapun.
Saya tekankan sekali lagi ini adalah karakter yang "Wajib"! dimiliki oleh seorang manusia.
Jadi kalau ada manusia yang tidak seperti ini, alias tidak "Bijaksana", itu artinya mereka "Belum" pantas disebut sebagai manusia.
Tidak perlu benar-benar berkarakter nol besar. Karakter yang rusak saja, bisa membuat kemanusiaannya dipertanyakan.
Misalnya saja, "Kekuatan" tanpa "Kelembutan", akan membuat seseorang menjadi Barbar (Kampret).
Sedangkan "Kelembutan" tanpa "Kekuatan", akan membuat seseorang menjadi Dungu (Cebong).