Ia tak lagi mengidentifikasikan dirinya sebagai "seorang individu" (si Fulan, si Badu) atau "personal" (Yunani, artinya "topeng"), alias karakter maya "poor little me" dalam ilusi keterpisahan pada lingkaran "samsara" (sengsara).
Ia sadar bahwa kesadarannya adalah percikan dari Kesadaran Ilahiyah Yang Maha Tunggal.Â
Posisi "Ba" adalah ketika jiwa sadar dengan diri sejatinya dalam Permainan Kosmik. Ia mengidentifikasikan dirinya sebagai percikan Kesadaran Murni dan Kebahagiaan Abadi.
Ia memperoleh Kebahagiaan Abadi pada saat ini juga, bukan "nanti di surga setelah mati". Sebab, ia sadar bahwa dimensi waktu berikut lingkaran kehidupan dan kematian -- baik di dunia, surga atau neraka -- hanyalah penampakan maya dari Sang Eksistensi Kesadaran dan Kebahagiaan Abadi.
"Jiwa yang sadar" ini disebut enlightened, awakened, liberated, nirvana, moksha, makrifat, atau apapun sebutannya.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H