Mohon tunggu...
Faqih Ashri
Faqih Ashri Mohon Tunggu... Teknisi - The Revolutionist

Bima City, 06-02-1990 Menulis untuk mengetahui rahasia tak tertulis, mendamba setiap pengalaman baru yang tak terlupakan.. City Planner, Content Writer, YouTuber. www.faqihashri.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Belanja Online Gak Selalu Fine

13 Mei 2020   23:26 Diperbarui: 14 Mei 2020   00:04 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by mohamed Hassan from Pixabay 

Tak terasa bulan penuh rahmat dan ampunan, tinggal menyisakan waktu 10 hari lagi. Rasa-rasanya baru kemarin sore kita sibuk berbelanja persiapan ramadhan. Rasa-rasanya baru dua hari yang lalu kita mulai merapatkan shaf shalat tarawih. Nikmatnya bulan ini sudah terasa di dunia, apa lagi jika kita terpilih menjadi manusia yang dijanjikan sebagai insan bertakwa di akhirat kelak.

Penghujung Bulan Ramadhan ini, kita tentu mulai memikirkan segala persiapan menyambut hari Idul Fitri. Persiapan menuju hari puncak kesuksesan seorang yang berpuasa, garis finish bagi kita yang berlari selama sebulan penuh. Pembuktian akan penghambaan diri, pembuktian akan kemurnian hati yang telah disucikan. Salah satu persiapan yang direncanakan sejak dini adalah bingkisan lebaran untuk keluarga dan sanak family.

Tradisi membagikan bingkisan lebaran kini sudah sedikit bergeser ke arah pemberian dalam bentuk uang cash. Bentuk pemberian seperti ini cenderung mudah dan simpel, tapi malah membuat pemeberian kita gampang ditafsirkan sesuai dengan nilai uang yang diberikan. Misalnya, kelompok keluarga dengan usia remaja, berapa nominal uang yang wajar untuk diberikan kepada mereka? Lalu untuk kelompok anak-anak, berapa uang yang harus diberikan per anak? Bukan masalah keikhlasan, tapi kita dituntut untuk memberikan sesuatu yang bernilai guna dan berhasil guna. Sangat berbeda penilaian orang jika kita memberikan uang dibanding dengan kita langsung memberikan bingkisan berupa barang siap pakai.

Nah, jika kita sudah menentukan akan memberikan bingkisan dalam bentuk barang pada keluarga kita, pertanyaannya sekarang adalah mana yang lebih baik bingkisannya dibeli secara online atau offline di tengah suasana pandemi Covid19 seperti saat ini? Saya tetap mendukung opsi untuk berbelanja bingkisan secara offline di toko bingkisan terdekat. Kenapa?

Alasan pertama tentang kemudahan. Berbelanja di toko bingkisan terdekat dapat menghemat waktu dan memotong proses pengiriman barang. Pengalaman saya pribadi dalam melakukan transaksi belanja online di saat suasana Covid19 ini tidak pernah ada yang memuaskan. 

Niat hati belanja online untuk menghemat waktu dan tenaga serta mendapatkan harga yang lebih murah, malah jauh panggang dari api. Proses pengiriman terbukti jauh lebih lama dari waktu normal, karena penutupan bandara, dermaga, serta terminal. Hampir semua kurir pengiriman barang mengalami hambatan dalam moda transportasinya. 

Alhasil, dalam tracking aplikasi marketplace saya selalu mendapati posisi barang yang cenderung macet di satu kota dalam waktu yang lama. Jika sudah seperti ini, barang yang kita pesan bisa-bisa keburu suasana Idul Fitri selesai baru sampai di tangan. Jadi, dengan memilih untuk berbelanja offline di toko terdekat, kita tidak perlu khawatir dengan ketidakpastian waktu pengiriman seperti itu.

Alasan kedua, barang bisa langsung dipilih didepan mata. Beberapa kali riwayat saya bertransaksi online dikecewakan dengan rupa barang yang sampai di tangan tidak sesuai ekspektasi dan gambar yang ditayangkan dalam iklan, baik dari segi ukuran maupun kualitas. 

Jika sudah seperti ini, saat kita ingin mengurus return (pengembalian) pasti sangat memakan waktu yang lebih lama lagi, semakin kita tidak puas dibuatnya. Tapi ketika kita memilih untuk berbelanja secara offline di toko-toko bingkisan terdekat, walaupun harganya sedikit lebih mahal, kita bisa langsung melihat dan mencoba barang yang kita inginkan, tanpa ada dusta diantara kita (penjual dan pembeli maksudnya).

Alasan ketiga, tentang kehangatan keluarga. Inilah faktor yang semakin berkurang nilainya di era modern saat ini. Dimana-mana perkembangan teknologi membuat jarak yang jauh menjadi dekat, namun parahnya juga jarak yang dekat bisa terasa jauh. Kesibukan masing-masing keluarga bisa jadi membuat intensitas pertemuan antar keluarga dalam setahun sangat jarang terjadi. Semua tergantikan dengan komunikasi instan menggunakan smartphone. 

Coba kita pikirkan, apa tidak ada sesuatu yang hilang diantara keluarga kita di era modern saat ini? Sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu kita masih merasakan kebahagiaan yang sangat berkualitas bersama keluarga besar yang bisa berkumpul formasi lengkap. Dahulu belum banyak smartphone, semua antusias hadir saat diundang untuk kumpul di rumah kakek dan nenek kita. Semua anak-anak maupun remaja begitu sumringah menerima bingkisan lebaran langsung dari tangan ke tangan.

Kondisi kita saat ini memang sedang dalam wabah yang sangat berbahaya. Namun semakin hari kesadaran kita untuk menjaga kesehatan diri untuk menangkal penyebaran virus ini pun semakin tinggi. 

Di setiap toko terdekat sudah disediakan mekanisme pencegahan dini penyebaran virus dengan mempersiapkan alat dan bahan cuci tangan, tes suhu tubuh, masker dan kaos tangan gratis, serta kursi yang diatur jaraknya. Pada tingkat kelurahan pun sudah diterapkan PSBK (Pembatasan Sosial Berskala Kelurahan) yang membuat setiap orang lebih siaga.

Sejalan dengan itu, MUI (Majelis Ulama Indonesia) telah mengeluarkan fatwa Nomor 28 Tahun 2020 Tentang Panduan Kaifiat Takbir dan Salah Idul Fitri Saat Pandemi Covid19. Salah satu poin dalam fatwa tersebut dijelaskan bahwa salat itu boleh dilaksanakan di rumah secara berjamaah bersama anggota keluarga atau sendiri, terutama jika berada di kawasan penyebaran Covid19 yang belum bisa terkendali.

Fatwa itu tentu saja mendukung apa yang saya katakan diatas. Setelah selesai shalat Idul Fitri berjamaah bersama beberapa keluarga terdekat, kita bisa melanjutkan dengan kegiatan ramah tamah dan tukar menukar bingkisan lebaran. Tentu saja setiap keluarga tetap memperhatikan protokol minimal untuk mencegah penularan Covid19 seperti menggunakan kaos tangan dan masker, serta menyediakan hand sanitizer dan sabun anti kuman yang memadai untuk seluruh keluarga. 

Dengan demikian, kita bisa menjaga banyak hal sekaligus. Kehangatan silahturahim tetap terjaga, bingkisan pun bisa diberikan dan telah dipastikan sendiri kualitasnya melalui toko bingkisan terdekat. Selain itu hubungan silaturahim tidak rusak hanya gara-gara telatnya paket bingkisan lebaran online sampai ke tempat pengiriman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun