Mohon tunggu...
Adriyanto M
Adriyanto M Mohon Tunggu... Freelancer - Easy reading is damn hard writing!

Write as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever. - medium.com/@adriyanto

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Generasi Digital dan Kekuatan Politiknya, Menelisik Pikiran PSI Menggaet Kaesang

27 September 2023   11:12 Diperbarui: 27 September 2023   12:15 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari Microsoft Image Creator

Sejarah telah memberikan banyak pelajaran tentang betapa pentingnya bagi generasi "tua" untuk merangkul dan memahami generasi muda, terutama dalam dunia politik. Salah satu contoh yang mencolok adalah Revolusi Prancis pada abad ke-18. Pada saat itu, Prancis dikuasai oleh monarki absolut yang dipimpin oleh Raja Louis XVI. Sang raja dan para pembantunya adalah generasi masa lalu yang tidak mampu memahami aspirasi dan tuntutan generasi muda Prancis.

Generasi muda Prancis, yang dikenal sebagai Jeunesse Dore, merupakan kelompok yang terdidik dan bersemangat untuk perubahan. Mereka menuntut reformasi politik dan sosial. Penguasa lama gagal memberi respons yang tepat terhadap tuntutan mereka. Pada tahun 1789, Revolusi Prancis pecah, dan ini terjadi karena ketidakmampuan pemerintah berkuasa untuk mengantisipasi perubahan dan merangkul generasi muda. Akhirnya, revolusi ini berhasil menggulingkan monarki absolut dan berdirilah Republik Prancis.

Sejarah Revolusi Prancis memberikan pelajaran berharga bahwa pemimpin politik harus selalu mengantisipasi perubahan dan merangkul generasi muda. Jika tidak, risiko kehilangan kekuasaan akan menjadi kenyataan.

Kini, di era digital, kekuatan politik generasi muda semakin terlihat nyata, termasuk di Indonesia. Generasi muda Indonesia, yang terdiri dari Generasi Z dan Generasi Milenial, membentuk kelompok usia produktif yang jumlahnya mencapai lebih dari 50% dari total populasi. Mereka memiliki pengaruh signifikan dalam menentukan arah politik dan masa depan bangsa.

Generasi Z adalah populasi yang lahir tahun 1997-2012, saat ini berusia 11-26 tahun. Sementara Generasi Milenial lahir dari tahun 1981-1996, saat ini berusia 27-42 tahun.

Salah satu aspek penting dari kekuatan politik generasi digital ini adalah keaktifan mereka dalam menggunakan media sosial. Generasi muda Indonesia adalah pengguna media sosial yang aktif, bukan hanya untuk berbagi momen pribadi, tetapi juga untuk mengekspresikan pendapat politik mereka dan berpartisipasi dalam kegiatan politik. Media sosial menjadi alat penting dalam mobilisasi dan organisasi generasi muda.

Selain itu, generasi muda juga dikenal karena keprihatinan mereka yang tinggi terhadap isu-isu sosial. Mereka aktif dalam memperjuangkan isu-isu seperti lingkungan hidup, kesetaraan gender, dan hak asasi manusia. Kepedulian ini mendorong mereka untuk terlibat dalam kegiatan politik dengan harapan dapat membawa perubahan positif.

Dalam konteks politik Indonesia, kekuatan politik generasi muda menjadi semakin penting. Mereka diperkirakan akan menjadi penentu kemenangan dalam Pemilihan Umum 2024. Suara generasi muda memiliki bobot yang signifikan, dan para politisi harus memperhatikan aspirasi mereka.

Fakta menunjukkan bahwa jumlah politisi muda yang terpilih menjadi pemimpin eksekutif, anggota legislatif, dan peran penting lainnya di organisasi politik semakin meningkat. Ini menunjukkan bahwa generasi muda semakin tertarik untuk terlibat dalam politik dan berkontribusi dalam penentuan kebijakan.

Kekuatan politik generasi digital ini menjadi ancaman serius bagi pemain politik konvensional yang masih mempertahankan cara-cara lama. Generasi muda memiliki cara pandang dan nilai-nilai yang berbeda, lebih progresif, dan terbuka. Mereka lebih kritis, menuntut transparansi, dan mengharapkan bukti nyata dari janji-janji para politisi. Dengan media sosial sebagai alat utama, generasi muda memiliki kemampuan untuk memengaruhi opini publik dan meraih dukungan.

Salah satu contoh entitas politik yang melihat fenomena ini dan memanfaatkannya adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai ini memiliki potensi besar untuk memanfaatkan kekuatan politik generasi muda ini. PSI memiliki platform politik yang progresif dan sesuai dengan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh generasi muda, seperti lingkungan hidup dan kesetaraan gender. Selain itu, kader-kader muda PSI yang energik menjadikannya lebih relevan bagi generasi muda.

Untuk memaksimalkan potensinya, PSI terus memperluas basis massa di kalangan generasi muda melalui kampanye yang efektif dan berkolaborasi dengan berbagai komunitas berbasis generasi digital. Mereka juga aktif membangun citra sebagai partai yang terbuka, transparan, dan mewakili aspirasi generasi muda.

Gerakan tak terduga mereka yang menggemparkan adalah keberhasilan mereka merekrut Kaesang, ikon anak muda yang masih berusia 28 tahun. Tak tanggung-tanggung, PSI langsung mendapuknya menjadi Ketua Umum. Kejadian ini menjadi viral di seluruh pelosok negeri, baik dari pihak yang melihatnya sebagai sesuatu yang positif maupun sebaliknya.

Para pendiri PSI tampak begitu yakin bahwa keputusan ini adalah titik mulai strategis bagi PSI untuk "gas pol" menjadi partai terkemuka di Indonesia. Mereka yakin bahwa Generasi Milenial seperti Grace Natalie yang berusia 41 tahun atau Giring Ganesha 40 tahun tak akan cukup "adaptif" bagi para pemilih generasi digital yang berjumlah lebih dari 100 juta orang itu. 

Tampaknya PSI yakin bahwa tidak cukup lagi bagi partai untuk sekedar merangkul dan memahami generasi muda, tetapi harus lebih jauh lagi yaitu langsung menjadi bagian dari generasi itu. Bro Ketua Kaesang adalah pengejawantahan pemikiran tersebut. Adakah pilihan lain pemimpin yang bisa masuk kategori Generasi Z dan Generasi Milenial yang bisa memberi efek sebesar Kaesang?

Sebagai pembanding, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo sama-sama berusia 54 tahun, mereka termasuk Generasi X yang lahir tahun 1965-1980, saat ini berusia 43-58 tahun. Hampir dua generasi di atas Kaesang. Sementara Prabowo Subianto yang berusia 72 tahun masuk Generasi Boomer I, dua generasi di atas Anies dan Ganjar. Ada perbedaan generasi yang cukup jauh diantara mereka.

Apakah strategi PSI akan membuahkan hasil dalam meraup suara generasi muda sebanyak-banyaknya? Hanya waktu yang akan membuktikannya. Sejarah Revolusi Prancis mengingatkan kita bahwa merangkul generasi muda adalah kunci untuk mempertahankan kekuasaan dan mencapai kemajuan politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun