Sejarah telah memberikan banyak pelajaran tentang betapa pentingnya bagi generasi "tua" untuk merangkul dan memahami generasi muda, terutama dalam dunia politik. Salah satu contoh yang mencolok adalah Revolusi Prancis pada abad ke-18. Pada saat itu, Prancis dikuasai oleh monarki absolut yang dipimpin oleh Raja Louis XVI. Sang raja dan para pembantunya adalah generasi masa lalu yang tidak mampu memahami aspirasi dan tuntutan generasi muda Prancis.
Generasi muda Prancis, yang dikenal sebagai Jeunesse Dore, merupakan kelompok yang terdidik dan bersemangat untuk perubahan. Mereka menuntut reformasi politik dan sosial. Penguasa lama gagal memberi respons yang tepat terhadap tuntutan mereka. Pada tahun 1789, Revolusi Prancis pecah, dan ini terjadi karena ketidakmampuan pemerintah berkuasa untuk mengantisipasi perubahan dan merangkul generasi muda. Akhirnya, revolusi ini berhasil menggulingkan monarki absolut dan berdirilah Republik Prancis.
Sejarah Revolusi Prancis memberikan pelajaran berharga bahwa pemimpin politik harus selalu mengantisipasi perubahan dan merangkul generasi muda. Jika tidak, risiko kehilangan kekuasaan akan menjadi kenyataan.
Kini, di era digital, kekuatan politik generasi muda semakin terlihat nyata, termasuk di Indonesia. Generasi muda Indonesia, yang terdiri dari Generasi Z dan Generasi Milenial, membentuk kelompok usia produktif yang jumlahnya mencapai lebih dari 50% dari total populasi. Mereka memiliki pengaruh signifikan dalam menentukan arah politik dan masa depan bangsa.
Generasi Z adalah populasi yang lahir tahun 1997-2012, saat ini berusia 11-26 tahun. Sementara Generasi Milenial lahir dari tahun 1981-1996, saat ini berusia 27-42 tahun.
Salah satu aspek penting dari kekuatan politik generasi digital ini adalah keaktifan mereka dalam menggunakan media sosial. Generasi muda Indonesia adalah pengguna media sosial yang aktif, bukan hanya untuk berbagi momen pribadi, tetapi juga untuk mengekspresikan pendapat politik mereka dan berpartisipasi dalam kegiatan politik. Media sosial menjadi alat penting dalam mobilisasi dan organisasi generasi muda.
Selain itu, generasi muda juga dikenal karena keprihatinan mereka yang tinggi terhadap isu-isu sosial. Mereka aktif dalam memperjuangkan isu-isu seperti lingkungan hidup, kesetaraan gender, dan hak asasi manusia. Kepedulian ini mendorong mereka untuk terlibat dalam kegiatan politik dengan harapan dapat membawa perubahan positif.
Dalam konteks politik Indonesia, kekuatan politik generasi muda menjadi semakin penting. Mereka diperkirakan akan menjadi penentu kemenangan dalam Pemilihan Umum 2024. Suara generasi muda memiliki bobot yang signifikan, dan para politisi harus memperhatikan aspirasi mereka.
Fakta menunjukkan bahwa jumlah politisi muda yang terpilih menjadi pemimpin eksekutif, anggota legislatif, dan peran penting lainnya di organisasi politik semakin meningkat. Ini menunjukkan bahwa generasi muda semakin tertarik untuk terlibat dalam politik dan berkontribusi dalam penentuan kebijakan.
Kekuatan politik generasi digital ini menjadi ancaman serius bagi pemain politik konvensional yang masih mempertahankan cara-cara lama. Generasi muda memiliki cara pandang dan nilai-nilai yang berbeda, lebih progresif, dan terbuka. Mereka lebih kritis, menuntut transparansi, dan mengharapkan bukti nyata dari janji-janji para politisi. Dengan media sosial sebagai alat utama, generasi muda memiliki kemampuan untuk memengaruhi opini publik dan meraih dukungan.