Mohon tunggu...
Adriyanto M
Adriyanto M Mohon Tunggu... Freelancer - Easy reading is damn hard writing!

Write as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever. - medium.com/@adriyanto

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Saling Serap Kata: Pengaruh 350 Tahun Penjajahan Belanda di Indonesia

6 Agustus 2023   06:57 Diperbarui: 6 Agustus 2023   09:55 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarga Belanda di Indonesia dengan pembantu rumah tangganya (Foto dari VOI)

Diperkirakan ada lebih dari 3.000 kata serapan Belanda dalam bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan karena Belanda menguasai Indonesia selama lebih dari 350 tahun, dan selama itu bahasa Belanda memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan bahasa Indonesia.

Banyak kata Belanda telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dengan mengubah ejaan dan pelafalannya agar sesuai dengan sistem fonetik bahasa Indonesia. Misalnya kata Belanda "kantoor" menjadi "kantor" dalam bahasa Indonesia, dan kata Belanda "fiets" menjadi "sepeda" dalam bahasa Indonesia atau "pit" dalam Bahasa Jawa.

Namun, masa hidup bersama selama 350 tahun itu juga ternyata berpengaruh sama terhadap Bahasa Belanda, banyak kata Indonesia yang masuk terserap ke bahasa mereka. Contohnya "sambal" dan "gulai" yang terserap apa adanya, baik secara tulisan maupun cara membacanya.

Kita lihat di bawah ini beberapa contoh yang menarik. Saling serap kata-kata tersebut mencerminkan betapa dekatnya budaya kita dengan penjajah yang telah menguasai negeri kita sekian lama.

Berikut adalah contoh kata Belanda yang diserap ke Bahasa Indonesia:

appartement-apartemen
bakfiets-becak
bank-bank
biefstuk-bistik
fiets-sepeda
hotel-hotel
kado-hadiah
kantoor-kantor
koffer-koper
koffie-kopi
krant-koran

Berikut ini sebaliknya, kata dari Bahasa Indonesia yang diserap ke bahasa Belanda:

baboe-pembantu
bakmi-bakmi
gulai-gulai
jamu-jamu
ketjap-kecap
kroepoek-kerupuk
ketoprak-ketoprak
manis-manis
nasi goreng-nasi goreng
rendang-rendang
roedjak-rujak
sambal-sambal
sate-sate
setan-setan
tempe-tempeh

Penyerapan kata adalah proses pengambilan kata dari bahasa lain dan menggunakannya dalam bahasa sendiri. Penyerapan kata seperti ini dapat terjadi karena berbagai faktor, diantaranya karena adanya kontak budaya yang intens antara penutur bahasa yang berbeda, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang menuntut adanya kata-kata baru yang tidak ada dalam bahasa sendiri, serta adanya kebutuhan untuk mengekspresikan konsep-konsep baru yang tidak ada dalam bahasa sendiri.

Kita lihat lagi beberapa contoh kata Belanda yang diserap dalam bahasa kita:

mooi-bagus
oom-paman
parkeren-parkir
paspoort-paspor
radio-radio
rekening-rekening
scholen-sekolah
tante-bibi
tuin-taman

Hubungan Indonesia dan Belanda selama penjajahan 350 tahun adalah hubungan yang kompleks dan penuh dengan konflik. Belanda datang ke Indonesia pada abad ke-16 untuk mencari rempah-rempah, dan mereka kemudian mulai menjajah Indonesia. Penjajahan Belanda berlangsung selama 350 tahun, dan selama itu, Belanda melakukan berbagai tindakan yang merugikan rakyat Indonesia.

Salah satu tindakan yang paling merugikan yang dilakukan Belanda adalah eksploitasi sumber daya alam Indonesia. Belanda mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia untuk kepentingan mereka sendiri, dan tidak memberikan manfaat yang berarti bagi rakyat Indonesia.

Namun, di tengah demikian banyaknya dampak negatif kolonialisasi Belanda itu, ternyata ada hal-hal menarik yang bisa kita renungi. Saling serap kata-kata ini merupakan sesuatu yang mungkin merupakan setitik cahaya dalam gelapnya hubungan Belanda-Indonesia di era penjajahan itu.

Jika ke Belanda, jangan kaget jika salah satu botol selai di meja makan mereka adalah "selai sambal." Mereka mengoleskannya di roti seperti kita mengoleskan selai stroberi ke roti. Bahkan kita di Indonesia tidak pernah mebayangkan interpretasi dan implementasi sejauh itu terhadap "enaknya" sambal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun