Selain itu, peran penyedia platform media sosial juga penting. Mereka harus mengambil tanggung jawab untuk memitigasi dampak negatif filter bubble dengan menyajikan konten yang lebih beragam dan inklusif kepada seluruh penggunanya. Keberagaman pandangan dan informasi harus dihargai agar masyarakat dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan seimbang tentang berbagai isu.
Beberapa pihak sudah mengusulkan untuk membuka sumber kode algoritma platform media sosial ke publik. Transparansi ini penting agar masyarakat tahu mengapa mereka bisa terjebak masuk bubble tertentu, dan bisa mengambil langkah untuk menghindarinya.
Bagi regulator dan masyarakat terpelajar, akses ke kode algoritma tersebut juga penting untuk dapat memberikan masukan perbaikan agar platform media sosial dapat ikut mendukung pemecahan filter bubble ini.
Untuk kita ketahui, filter bubble ini awalnya diciptakan agar para pengguna media sosial makin "lengket" berinteraksi. Itu adalah faktor penting dan sumber utama pemasukan finansial para penyedia platform seperti Facebook, Instagram, TikTok, YouTube, Twitter, dan lain-lain.
Harus ada regulasi untuk memaksa pemilik platform untuk sedikit mengalahkan kepentingan komersial demi kepentingan yang lebih besar. Ini ranah para regulator untuk membangun sistem hukum yang mendukung.
Sebagai negara berdaulat, Indonesia berhak untuk mengatur platform media sosial untuk tunduk pada aturan di wilayah hukum kita. Jika kita yakin bahwa filter bubble mengancam kepentingan bangsa, tindakan harus dilakukan.Â
Musyawarah dan mufakat adalah DNA bangsa Indonesia, jika filter bubble mengancamnya. Apakah kita bisa berdiam diri?
Namun, perlu diingat, jangan sampai regulator malah terjebak menjadi pihak yang justru memberangus kebebasan berpendapat. Tetap harus dijaga keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan perlindungan terhadap keberagaman.
Meskipun tantangan polarisasi dan filter bubble ini kompleks, bukan berarti kita tidak dapat mengatasinya. Dengan kesadaran, edukasi, dan tindakan yang tepat, kita bisa turut serta memperkuat demokrasi dan menciptakan lingkungan dialog yang lebih inklusif dan harmonis bagi masyarakat Indonesia.Â
Paling tidak, kita bisa mulai dengan diri sendiri, pecahkan filter bubble kita masing-masing. Biasakan untuk kembali bisa menerima dan menghargai pandangan yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H